Share

Bab 3

Dimas berinisiatif bertanya, "Bagaimana kesanmu terhadapku?"

"Lu ... lumayan baik." Ditatap lurus-lurus oleh Dimas seperti ini, jantung Amel tiba-tiba jadi berdetak kencang.

"Baguslah kalau begitu. Apa kamu mau menikah denganku?"

"A ... apa?! Menikah?!"

Amel hampir saja menggigit lidahnya sendiri.

Benar, menikah.

Dengan menikah, pertama bisa menyelesaikan masalah senior yang mendesaknya untuk menikah. Kedua, Dimas memiliki kesan yang lumayan baik terhadap wanita ini karena wanita ini berpenampilan berbeda dari wanita lain yang sengaja menunjukkan sisi berbeda di hadapannya. Wanita ini tampak tulus, membuatnya merasa sangat nyaman saat bergaul.

Dimas bertanya sambil tersenyum kecil, "Karena kesan kita terhadap satu sama lain cukup bagus, kenapa nggak langsung menikah saja? Kamu nggak berani?"

Siapa bilang?

Saat ini, wajah Amel memerah karena dibuat kesal.

Sejak kecil Amel selalu patuh, tapi paling tidak tahan kalau ditantang orang.

Apalagi, Amel tetap mempunyai pemikiran sendiri dalam hati! Dari tadi dalam percakapan mereka, Amel merasa bahwa pria ini adalah pria yang layak dia percayai dan andalkan.

Amel memegang erat tasnya dengan serius dan berkata dengan galak, "Aku kemari dengan membawa kartu keluarga."

"Ya, cukup lengkap juga persiapanmu."

Dimas menepuk kepala Amel, seperti mengelus kucing saja.

Telinga Amel memerah. Dia tidak mengerti kenapa nada Dimas yang santai, malah terdengar memanjakan di telinganya.

Setengah jam kemudian, Amel berjalan keluar dari Kantor Catatan Sipil dengan tidak fokus, seperti ada perasaan, 'Aku sudah menikah begini saja?'

Sejak berkenalan sampai masuk ke Kantor Catatan Sipil, hanya berselang dua jam. Namun, karena pria ini adalah orang yang dijodohkan oleh orang tuanya, pasti tidak ada masalah.

Jadi, mulai hari ini, Amel sudah menjadi istri seseorang!

Amel mengepalkan tangannya dan diam-diam bersumpah dalam hati kalau dia harus berusaha melakukan dengan baik peran yang penting dalam hidupnya ini.

Saat ini, Dimas mengulurkan akta nikah dengan santai. Amel menunduk untuk melihatnya, lalu dibuat terkejut.

"Di ... Dimas Cahyadi?!"

Nama suami di akta nikahnya kenapa jadi Dimas Cahyadi?!

Amel merasa panik. Setelah beberapa saat, dia baru lebih tenang dan bertanya dengan gemetar, "Apakah mungkin dulu namamu bukan ini?"

"Sejak lahir, namaku tetap Dimas Cahyadi."

Dimas diam-diam tersenyum. Melihat tampang Amel yang seperti disambar petir, Dimas bertanya dengan nada tidak bersalah, "Kamu menyesal?"

Tampang Dimas itu membuat Amel teringat akan anjing jalanan yang dibuang oleh tuannya.

Amel membuka mulutnya dengan tidak percaya.

Apakah sekarang masalah dia menyesal atau tidak? Sekarang kalau orang tuanya sampai tahu masalah ini, mereka pasti akan memarahinya!

"Kenapa kamu nggak bilang dengan jelas kalau kamu bukan orang yang dijodohkan denganku?"

"Kamu nggak tanya."

Amel tercekat, lalu mendengar lanjutan perkataan Dimas, "Aku kira kamu setuju untuk menikah denganku karena suka denganku."

Perkataan ini ....

"Kalau kamu bilang sejak awal orang yang dijodohkan denganmu bukan aku, aku pasti nggak akan salah paham. Apa kamu nggak melihat dulu foto orang yang dijodohkan denganmu sebelum datang kencan buta?"

Amel terdiam.

Menghadapi tuduhan tidak bersalah dari Dimas, Amel bisa-bisanya tidak tahu harus menjawab apa.

Amel memang tidak melihat foto pria itu sebelum datang.

Bibi Mirna sudah bilang yang penting dalam pernikahan adalah ketenangan dan stabilitas, betapa murahannya kalau hanya melihat ketampanan! Kalau pihak wanita meminta untuk melihat foto, pasti akan mengurangi nilai mereka.

Namun ....

Amel bertanya dengan tergagap, "Kalau begitu, saat aku bilang kamu adalah lulusan S2 ...."

"Aku memang lulusan S2." Selain itu, gelar magister ganda.

"Lalu, saat aku bilang kamu adalah manajer departemen di Grup Angkasa ...."

"Hari ini aku baru saja lolos wawancara, minggu depan baru resmi masuk kerja." Hanya sebuah jabatan, Dimas bisa dengan mudah mengaturnya.

Amel merasa dirinya tidak terlalu nyaman. Semua ini ... bisa-bisanya cocok semua?!

Amel merasa tidak berdaya. Dia menatap Dimas dengan tatapan bersalah dan berkata, "Maaf, ini salahku."

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status