Share

Terjebak Pesona Berondong Tengil
Terjebak Pesona Berondong Tengil
Author: Alizha Qusya

Bab 1. Perselingkuhan

Gebrakan meja mengagetkan Zenaya, yang sedang menikmati jam makan siang. Hampir saja dia menumpahkan minuman di atas meja, karena terkejut.

“Putuskan Kak Ferdi sekarang!” Sudah datang tiba-tiba. Wanita ini juga mengatakan hal yang tidak masuk akal.

“Kamu siapa?” Zenaya masih mencoba berbicara dengan lembut, meskipun perilaku wanita itu sudah sangat kurang ajar. Apalagi kalau dilihat-lihat, wanita ini masih sangat muda.

“Aku pacar Kak Ferdi. Kami saling mencintai dan kamu sudah menjadi benalu dalam hubungan kami!” Tuduhnya.

Zenaya menganga tak percaya. Apa tadi katanya? Pacar siapa? “Jangan bercanda, Nona muda. Apa kamu sedang berkhayal?” Ia masih mencoba berbicara dengan tenang meskipun tatapan mata pengunjung lain, terarah pada mereka.

“Dia bilang sangat mencintaiku, karena itu dia memilihku. Bukannya wanita membosankan seperti kamu!”

“Apa Ferdi yang mengatakan, jika aku membosankan?” Geram Zee.

“Tentu saja! Jadi, cepatlah sadar diri dan putuskan dia!” Sungguh tak tahu malu sekali wanita di depan Zee itu.

Zee melipat tangan di dada. Mencoba tenang di tengah bisik-bisik yang terarah pada mereka. “Apa kamu tahu kalau kami sudah pacaran selama dua tahun?”

“Tahu! Kasihan sekali kak Ferdi tidak bahagia bersamamu. Sudah tidak perhatian, egois, dan menjadi beban.”

Zee mengeraskan rahang. Beban katanya? Siapa yang sudah menjadi beban selama ini? Dua tahun Zee membantu pria tanpa kemampuan itu, agar mendapat posisi yang bagus di perusahaan. Sekarang dia berkata Zee adalah beban? Luar biasa sekali Pria itu.

 “Sudah sadar diri? Sebaiknya cepat putuskan dia!”

“Kenapa aku yang harus memutuskan, kenapa bukan dia? Apa jangan-jangan kamu berbohong, untuk merusak hubungan kami?”

“Kamu tidak percaya?” Wanita itu mengambil ponsel dan menunjukkan sebuah rekaman yang, apa bahasa halusnya? Menjijikkan!

Tangan Zee mengepal di bawah meja. Pria yang ada di video itu benar Ferdi. Pria yang sudah menjalin hubungan dengan Zee selama dua tahun ini.

Sialan! Dada Zee mulai terasa nyeri.

“Sudah lihat ‘kan? Masih belum percaya? Mau kuceritakan bagaimana awal mula cinta kami terjalin. Sebaiknya kalian putus hari ini juga dan jangan lagi mendekati Kak Ferdi!” Dia bersikap, seolah Zee, adalah selingkuhannya.

Bagaimana perasaan Zee?

Dunia miliknya terasa runtuh seketika. Bahkan saat wanita itu menunjukkan bukti mereka telah tidur bersama. ‘Sialan!’

Dua tahun lebih, waktu yang Zee habiskan bersama pria yang telah menusuknya dari belakang itu. Rasanya, seluruh kenangan manis mereka sirna begitu saja. Semua hal yang telah Zee lakukan untuk orang itu, sekarang terasa sia-sia.

“Aku tidak peduli,” Ucap Zee pada wanita muda yang duduk di hadapannya itu. Dari gerakan matanya, Zee tahu banyak hal yang tadi wanita itu lebih-lebihkan. Tidak semua cerita yang ia sampaikan benar. Tapi itu tidak akan mengurangi rasa sakit hatinya pada pria itu. 

“Kamu bisa memiliki pria tidak berguna itu. Selama kamu bisa menerima sisa milikku.” Lanjutnya, penuh percaya diri.

“Ap-“ Wanita itu langsung terkejut. “yah, dia bilang kamu tidak cantik dan galak. Tidak sepertiku yang lemah lembut dan manis. Makanya dia-”

“Ya, ya. Terserah saja. Aku malah bersyukur, karena bisa membuangnya lebih cepat.” Zee bangkit dari tempat duduknya. Dia menunjukkan wajah biasa saja, dan bahkan menyempatkan diri untuk tersenyum tipis. “Terima kasih sudah mau menjadi tempat pembuangannya.”

Zee tidak lagi menoleh pada wanita yang mengaku bernama Nia itu. Dia ingin segera pergi dari Cafe tempat biasa dia menghabiskan waktu istirahat, dengan wajah tanpa ekspresi. Ingin mengabaikan sepenuhnya teriakan Nia, yang mengatainya tidak layak untuk pria itu. Entah apa lagi mau wanita itu. Padahal Zee sudah menyerahkan pria brengsek tukang selingkuh yang saat ini akan menjadi mantannya.

“Dasar jalang pengecut! Kembali kamu!”

Cukup! Zee tidak bisa menahannya lagi. Langkahnya terhenti. Padahal ia ingin menghindari tontonan orang-orang. Dia berbalik dan berdiri menantang di depan Nia. “Katakan lagi!”

“Apa! Jalang?”

PLAK!

Dengan seluruh emosi yang dia tahan sejak tadi, akhirnya sebuah tamparan mendarat di pipi Nia. Membuat wanita itu diam tak lagi mengoceh.

“Apa pantas wanita selingkuhan sepertimu menyebut orang lain jalang? Apa kamu bangga sudah menjadi pelampiasan nafsu pria itu?” Zee menunjuk wajah pias Nia. Pastilah dia terkejut karena Zee berani menamparnya di depan semua orang.

“Aku diam bukan karena takut padamu! Tapi, karena pria itu tidak lagi bernilai dan aku bisa kapan pun membuangnya. Jadi berhentilah menggangguku, atau bukan sekedar tamparan saja yang akan kau dapatkan. Paham!”

Tidak mau terus menjadi tontonan. Zee berbalik pergi dari sana. Dengan meneguhkan hati, dia berjanji untuk tidak menangis. Membuang seluruh kenangan yang telah ia lewati selama dua tahun bersama pria itu. Membuang semua janji manis yang pernah pria itu ucapkan padanya.

Begitulah yang Zee rencanakan. Tetapi, dikhianati tetaplah menyakitkan. Membuatnya tak lagi mampu kembali ke kantor dan memilih tempat lain untuk meluapkan emosinya. Ke kantor hanya akan membuatnya bertemu pria itu lagi. Jadi, sebisa mungkin dia tidak akan ke sana.

“Sialan! Pria brengsek!” Makinya, begitu mengingat kejadian tadi. Ia masuk ke dalam mobil dan melajukannya.

***

Zee berakhir di sebuah Club yang sedikit jauh dari tempat tinggalnya. Dia tidak mau ada satu pun orang yang dia kenal, melihat dia dalam kondisi terpuruk. Biar satu hari ini, dia meluapkan emosinya dengan menyendiri.

“Berikan apa saja yang kadar alkoholnya rendah.” Katanya pada Penjaga bar minuman. Zee masih cukup waras, untuk tidak melewati batas tolerannya pada minuman keras.

Segelas cairan berwarna kemerahan dengan es batu bulat di dalamnya telah ditangan. Zee belum ada niat meneguk minuman itu. Dia hanya memutarnya sejak tadi. Seakan sedang mengumpulkan segala perasaan yang ingin dia utarakan, pada minuman di tangannya.  

Segelas minuman, tempat yang paling pojok. Rasanya semua sudah sangat pas, untuk menangis. Yah, dia ingin menangis saat ini. Kata siapa dia melepas pria itu dengan mudah?

Dua tahun. Selama dua tahun, pria itu mengisi hari-harinya. Lalu tiba-tiba saja. Tanpa adanya angin dan hujan, seorang wanita yang lebih muda darinya datang dengan bukti menjijikkan itu.

 Zee menghabiskan minumannya dalam sekali teguk. Melupakan tujuan jika tadi tidak ingin mabuk.

“Wanita itu bilang aku jalang setelah mengambil pacarku ... heh, sebenarnya siapa yang jalang?” Keluhnya. Entah pada siapa, karena di meja itu, dia hanya sendirian. Efek dari mabuk mulai ia rasakan.

Di depan Zee ada pasangan muda yang sedang bercumbu mesra. Ah, Zee jadi ingin mengumpat. Karena di tempat seperti inilah, dia mengenal pria itu. Di sebelah Zee, ada seorang pria yang juga sama sendirian. Sepertinya, bukan hanya dia yang datang ke sana untuk tujuan menyendiri.

“Huh! Dua tahun aku mendukungnya.” Lirih Zee. Kesedihannya lama-lama semakin memuncak. Akhirnya, Zee memesan minuman lagi. Masa bodoh dia mabuk dan tidak bisa pulang. Dia akan menghabiskan seluruh keluhannya di sini, dan besok benar-benar akan melupakan pria itu.

“Kamu bilang aku membosankan? Biar kutunjukkan! Aku tidak membosankan!” Zee naik ke pangkuan pria yang duduk seorang diri meja sebelah. Kesadaran Zee sudah menghilang. Dia mencium pria itu dengan gerakan sensual.

Pria itu tidak menolak. Dia malah meladeni ciuman panas dari Zee. Bahkan berani mencumbunya di sana. Dalam keadaan setengah sadar. Zee dapat mendengar seorang memanggil dengan nama panggilan kecilnya.

“Aku mencintaimu, Naya.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status