Share

Pertolongan Aryan

Aryan yang tak tega dengan Acha pun akhirnya berjalan keluar dari persembunyiannya dan menemui Acha lagi. Acha terkejut dan beringsut mundur perlahan membuat Rey berdecak kesal.

"Gue cuma mau nolongin lo! Lo mau disini sampe malem? Hah!" tanya Aryan ketus membuat Acha berangsur mendekat ke arahnya.

"Siapa nama lo?" tanya Aryan lagi.

"Acha," jawab Acha pelan.

"Gue Aryan, boleh gue lihat luka lo?" tanya Aryan dengan nada yang dibuatnya lembut.

Aryan dapat melihat ketakutan dalam diri Acha, itulah mengapa dia sedikit melunakkan suaranya demi bisa membantu Acha.

Aryan memang terkenal dingin, namun bukan berarti dia sosok yang tak berhati dan berperasaan. Aryan cukup pandai dalam mengambil sikap dalam menghadapi persoalan yang tengah dihadapinya.

Acha mengangguk perlahan, namun tangannya masih memegang rapat ujung bajunya. Aryan yang menyadari ketakutan Acha yang belum sepenuhnya hilang membuatnya memutar otak agar bisa menenangkan Acha.

"Lo tenang aja, gue janji gue nggak bakal ngapa-ngapain elo. Lo pegang janji gue, atau lo pegang kayu ini. Kalau nanti gue macem-macem sama lo, lo bisa pukul gue dengan kayu ini sekuat mungkin," terang Aryan menyerahkan balok kayu pada Acha.

Acha yang bimbang akhirnya menerima balok kayu itu, Aryan membimbing Acha untuk berbaring. Acha yang sangat tegang menjadi semakin tegang saat tangan Aryan perlahan menyingkap seragamnya sampai di bawah dadanya.

Aryan terkejut melihat luka memar yang cukup parah di perut Acha. Belum lagi lecet-lecet di sekujur badannya. Aryan menduga jika Acha barusaja dikeroyok oleh banyak orang.

Aryan segera membuka seragam sekolahnya membuat Acha spontan terduduk kembali.

"Kamu..." lirih Acha ketakutan.

"Tenang, gue cuma mau komprea perut lo pake baju gue. Lo rileks aja, pejamin mata lo karena ini akan sedikit sakit," terang Aryan membuat Acha kembali tenang.

Aryan sebenarnya juga merasa gemetar saat tangannya tak sengaja bersentuhan dengan kulit mulus Acha. Namun sebisa mungkin dia tetap mengendalikan sikapnya agar tidak terlalu kentara jika dirinya tengah grogi.

"Tutup mata lo, supaya lo lebih rileks.." alibi Aryan karena takut ketahuan jika dirinya sedang grogi.

"Ba..baiklah," jawab Acha kemudian menutup matanya.

Aryan memulai aktivitasnya mengompres perut Acha dengan es batu minuman dingin yang dibawanya dengan dilapisi oleh baju seragamnya. Kini Aryan hanya mengenakan kaos polos berwarna putihnya.

Aryan melakukannya dengan sangat pelan agar tidak menimbulkan rasa sakit pada Acha. Acha yang memejamkan matanya berusaha sebisa mungkin menahan rasa sakit dan juga degup jantungnya yang seakan hendak meledak itu. 

Perlahan rasa sakit di perut Acha mulai mereda walau belum sepenuhnya menghilang. Acha yang sudah merasa mendingan akhirnya membuka matanya dan mata mereka pun bertemu. Aryan dan juga Acha menjadi salah tingkah sendiri.

Keduanya sama-sama saling memalingkan wajah secara bersamaan. Aryan masih menyibukkan dirinya dengan mengompres perut Acha dan Acha yang sibuk menormalkan degup jantungnya yang semakin menjadi-jadi itu.

"Udah mendingan?" tanya Aryan pada Acah memutus keheningan.

Acha mengangguk, Aryan lantas menurunkan kembali baju Acha yang tadi disingkapnya. Acha berusaha duduk, rasa sakit di perutnya sudah lebih baik dan dia mulai bisa duduk dengan baik tanpa terganggu rasa sakit di perutnya.

"Lebih baik lo pulang aja, atau nggak periksa ke klinik atau rumah sakit. Takutnya ada yang infeksi di perut lo," saran Aryan penuh perhatian pada Acha.

Acha hanya tersenyum malu-malu sambil menundukkan pandangannya.

"Aku mau balik ke kelas aja," jawab Acha lirih.

"Ngapain ke kelas, orang udah selesai juga jam pelajarannya. Percuma aja lo ke kelas," terang Aryan membuat Acha kaget.

"Kamu serius? Jam berapa sekarang?" tanya Acha dengan paniknya.

"Jam dua siang," jawab santai Aryan setelah menengok jam di pergelangan tangannya.

"Astaga, aku harus cepetan pulang. Bunda pasti nyariin aku," ucap Acha dengan paniknya.

Acha mencoba berdiri namun ia kembali merasakan sakit di pergelangan kakinya. Ia yang hampir berdiri kemudian limbung dan terjatuh menimpa Aryan yang ada dibawahnya.

Posisi mereka saat ini adalah Acha di atas dan Aryan dibawahnya. Mata mereka kembali saling mengunci, Acha yang semakin gelagapan merasa tak aman buat jantungnya yang semakin menggila ini.

"Maaf.." lirih Acha kemudian mencoba bangun namun gagal karena rasa sakit di kakinya.

"Kenapa kaki lo? Keseleo?" tanya Aryan masih dengan posisi di bawag Acha.

Acha mengangguk pelan sembari meringis kesakitan. Aryan segera membalikkan posisi dengan berada di atas Acha dan sontak Acha terbelalak penuh takjub dengan apa yang terjadi antara mereka berdua.

Aryan yang terbuai dalam beningnya mata Acha kembali sadar dan bangkit dari posisinya. Dibantunya Acha untuk duduk disampingnya. Aryan memegangi pergelangan kaki Acha dan membuat Acha meringis menahan rasa sakit yang luar biasa.

"Lo tahan ya, ini pasti sakit banget. Lo pegangan aja ke tangan gue kalau lo nggak kuat nahan rasa sakitnya," ucap Aryan kemudian membawa tangan Acha ke lengan atasnya. Achapun memeluk lengan atas Aryan kencang.

Pertama-tama Aryan melepas sepatu dan juga kaos kaki Acha, setelah diurutnya perlahan Aryan pun bisa mengetahui letak kesalahan yang ada pada pergelangan kaki Acha. Aryan sudah paham dan sering kali membantu teman-temannya yang mengalami persoalan serupa dengan Acha.

Dan dengan sekali gerakan, Aryan memutar pergelangan kaki Acha dan sontak membuat Acha memeluk tubuh Aryan dari belakang dengan kencangnya. Tubuh Aryan menegang, merasakan degupan jantung yang selama ini belum pernah dirasakannya.

Aryan lantas memijat pelan pergelangan kaki Acha dengan lembut. Sedangkan Acha masih setia memeluk erat tubuh Aryan dari belakang.

"Ekhem.." suara Aryan berdehem dan berhasil menyadarkan Acha. 

Acha segera melepas pelukannya dan mendongak ke arah Aryan dengan wajah yang sudah memerah.

"Maaf.." lirih Acha malu.

"Udah selesai, sekarang lo bisa coba berdiri pelan-pelan. Sini gue bantu," ucap Aryan mencoba membantu Acha berdiri.

"Udah enakan, makasih ya Aryan. Kalau nggak ada kamu, aku nggak tahu apa yang akan terjadi sama aku,"  terang Araya tulus.

"Lain kali hati-hati, lo jangan mau ditindas lagi kayak gini ke depannya. Lo harus jadi cewek yang kuat. Gue pergi dulu, jaga diri lo baik-baik. Bye.." ucap Aryan lantas pergi meninggalkan Acha.

Sepanjang perjalanan pulang, Aryam terus membayangkan bagaimana tadi dirinya saat tengah mengobati Acha.

Kulit putih mulus Acha yang sempat mengalihkan dunianya sekejap membuatnya tak henti tersenyum sendiri.

Entah mengapa sampai saat ini pun degup jantung Aryan berdetak dengan sangat cepat. Untuk pertama kalinya, ia merasakan sesuatu yang belum pernah dirasakannya sebelumnya.

Dan itu semua karena Acha, teman satu sekolahnya yang baru saja dikenalnya secara tak sengaja di gudang belakang sekolah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status