Share

TRANSFORMASI MANTAN ISTRI GENDUTKU
TRANSFORMASI MANTAN ISTRI GENDUTKU
Penulis: Fhifhie_Zaa

part 1

"Gendut,  kamu setrika bajuku ini. Ingat ya yang licin jangan ada kusut sedikitpun." ucap Wulan yang mana ia langsung melemparkan baju tepat dimuka Anisa. 

"Eh punya ibu juga, ambil di gantungan pintu kamar. Ambil baju jangan ambil barang lainnya." 

Ya, aku selalu dipanggil gendut dirumah ini, memang fisikku gendut bobot tubuhku mencapai 80 kilo. Walau tubuh ini gendut namun aku lincah melakukan aktifitas pekerjaan rumah, mulai dari memasak, menyapu halaman rumah, membereskan rumah selalu kulakukan dengan gesit. Semua pekerjaan rumah terlihat mudah bagiku

"Jangan bengong aja, buruan sana. Keburu siang ke kondangan." 

Dengan tersenyum kecut, Anisa segera masuk ke kamar mertuanya dan langsung mengambil baju untuk di setrika. Dengan telaten Anisa menyetrika baju-baju hingga serapi mungkin. 

"Alhamdulillah selesai juga, semuanya sudah rapi. Tinggal bersiap-siap." gumam Anisa seraya mengusap keringat yang meleleh di dahinya. 

Hari ini keluarga Mas Bagas ada acara pernikahan dirumah saudara Ibu. Jarak rumah Ibu dan rumah saudara tak jauh hanya 15 menit jika menggunakan kendaraan. 

"Hahahaha. Kamu mau kemana pakai pakaian seperti itu, Dut. Ya ampun si gendut ini ya. Pagi- pagi sudah melucu saja." tawa Wulan pecah kala melihat Anisa telah menggunakan gamis. 

"Ada apa sih, Mbak." tanya Bagas yang datang dari arah dapur. 

"Tuh lihat istri gendut kamu. Pakai gamis, mana muka masih kucel banget lagi. Udah kaya buntelan lemper saja. Mau bikin malu keluarga Ibu." 

Mata Bagas membulat melihat penampilan Anisa. Anisa yang ditatap Bagas langsung menundukkan kepalanya, tangannya meremas gamis yabg dikenakan. 

"Anisa! Sudah aku bilang berapa kali, kamu tetap di rumah. Jangan ikut ke acara itu. Sadar diri, badan kami segede itu, muka kucel gak ada menarik- menariknya, mana sekarang jerawat kami makin banyak lagi. Ganti baju dan tetap dirumah. Jangan melawan suami." Bagas langsung memarahi Anisa saat itu juga. 

Bulir bening membasahi pipi Anisa. Hati istri mana yang diperlakukan seperti itu tak merasa sedih. Hinaan bahkan caci maki akhir-akhir ini terlontar dari mulut sang suami., Padahal dahulu Bagas hanya akan diam tanpa berkomentar. Hanya tatapannya yang mengisyaratkan kemarahan. 

"Mas, tapi ini acara Bude Sari. Dan Bude meminta-ku untuk datang juga." 

"Dengan dandanan kamu seperti ini. Mau bikin malu aku begitu? Sudahlah, Nis. Nanti aku bilang kalau kamu sakit." 

Wajar Mas Bagas marah melihat penampilan ku. Aku tak bisa berdandan seperi Mbak Wulan maupun seperti Nana. Bahkan alat make up pun aku tak punya. Hanya bedak dan lipstik saja yang ku miliki. Wajah ini sebelumnya mulus tak berjerawat seeprti ini. Ini gara-gara Mbak Wulan memberikan aku skincare yang katanya bagus untuk mencerahkan kulit, namun ternyata skincare ini sudah kadaluwarsa lama. Akhirnya mukaku hancur dan berjerawat,. 

"Biarkan dia ikut, Gas." ujar Mutia yang sudah rapi dengan gamisnya. Belum lagi  gelang emas yang melingkari kedua tangannya begitu mengkilat. 

"Apa? Ibu gak salah kan ajak so gendut ini ke acra Bude Sari? Malu, Bu? Ibu lihat dong penampilannya seperti apa?" 

"Ibu aneh-aneh saja deh. Penampilannya sudah kaya lemper yang.... Ah sudahlah yang terpenting jangan naik mobil. Biarkan dia datang sendiri, terserah mau naik apa." ujar Nana yang keluar dari kamarnya. 

"Kita semaunya naik mobil bersama. Ayo buruan berangkat." 

"Gendut kamu duduk di belakang." 

"Tapi Mbak, aku susah masuknya." 

"Haduh.... Lewat pintu belakang." ketus Wulan yang mana sudah berlalu meninggalkan Anisa di depan pintu kamarnya. 

Kini mobil Keluarga Bagas telah tiba di rumah Bude Sari. Suasana masih belum ramai tetapi sudah ada yang datang. Anisa dan semaunya masuk kedalam rumah.  Terlihat didalam rumah begitu sibuk, orang-orang berseliweran mempersiapkan semuanya agar acara nanti lancar. 

"Nis, kamu langsung kebelakang. Bantuin nyuci piring atau peralatan kotor lainnya." ucap Bude Sari yang mana sudah berdandan. 

"A.. apa? Nyuci piring, Bude?" 

"Hahahaha lah kamu mau apa kemari?  Mau jadi pagar ayu? Atau jadi pengisi acara? Sudah turuti saja ucapan Bude Sari." 

"Betul Mbak Gendut, lah nanti kalau Mbak di depan bisa lari semaunya tamu-tamu undangan Bude." ujar Nana yang ikut menimpali perkataan Wulan. 

"Bu, ayo kita keluar saja. Linda sudah ada didepan." ujar Bagas. 

"Linda? Linda siapa, Mas?" Anisa memberanikan diri untuk bertanya pada Bagas.

"Bukan urusan kamu. Kerjakan saja apa perintah Bude Sari." ucap Bagas yang tak memperdulikan Anisa. 

Bulir bening kembali menetes dari kelopak mata Anisa. Ya, suaminya tak sedikitpun memperdulikannya. Hatinya sakit, sungguh sangat sakit saat sang suami menyebutkan nama wanita lain dihadapannya. .

"Apa salahku, Mas? Apa aku bertubuh gemuk?" lirih Anisa yang kini menyeka air matanya. 

Mengapa takdir begitu jahat mempermainkan hati ini. Aku tahu pernikahan ini adalah sebuah perjodohan yang mana sejak awal Mas Bagas tak menyukaiku. Ku kira semua perbuatan dan perlakuanku pelan-pelan akan meluluhkan hatinya. Namun.... Ah entahlah. 

Mumpung pekerjaan belum begitu banyak, aku mencoba mencari tahu siapa wanita yang dimaksud oleh Mas Bagas tadi. Apa dia kekasihnya? Tetapi harusnya Mas Bagas tak berbuat seperti ini padaku. 

Aku memnag gadis dari desa, sekolahpun hanya lulusan SMA. Kegiatan sehari-hari hanya bekerja di sawah membantu Bapak. Boro- boro membeli dan belajar makeup, uang saja hanya pas untuk kebutuhan sehari-hari. Tubuhku memang gemuk, entah bagaimana bisa segemuk ini padahal untuk makan saja hanya seadanya. 

Betapa terkejutnya hati ini saat melihat Mas Bagas bergandengan mesra dengan seorang wanita cantik. Kulitnya putih mulus, rambut tergerai dan berwarna. Berbanding jauh dariku. Ada rasa nyeri didalam dada ini, sakit... Sungguh sakit hati ini.. 

"Mengapa setega ini kamu, Mas. Apa kamu tak peduli akan hatiku?" gumamku yang menahan sesak didalam dada. 

"Heh gendut, ngapain kamu disini. Sana kebelakang." Nana memergoki Anisa yang tengah berdiri mengintip di balik dekorasi pernikahan. 

"Owh lagi ngintip Mas Bagas. Ngapain ngintip- ngintip segala, sudahlah Mbak. Mbak itu sadar diri dong. Mbak itu cuma wanita dari kampung, berbeda jauh dari dari Mbak Linda. Jadi jangan berharap banyak pada Mas Bagas." 

"Maaf, Na. Tolong hargai aku sebagai kakak ipar kamu. Aku masih istri Mas Bagas." 

"Hahahaha aduh, Mbak. Sudah deh gak usah berharap lebih. Mbak itu hanya istri status. Sudah kembali ke belakang, tugas kamu ada dibelakang. Jangan bikin malu di sini." dengan kasar, Nana menarik kuat tubuh Anisa dan mendorongnya agar menjauh dari area acara. Ia tak ingin malu jika status Anisa adalah kakak iparnya. 

Anisa kembali masuk kedalam rumah, ia menuju kamar mandi dan menangis sejadi-jadinya.  Sakit hati atas sikap suami dan keluarganya. Anisa membuka mata terlihat jelas pantulan wajah dan tubuh didalam cermin yang ada didalam kamar mandi. Ya tubuhnya gemuk, muka kusam dan berjerawat. 

"Aku mengerikan sekali." lirih Anisa yang masih menatap nanar kearah pantulan dirinya. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
selesai masalah dg kau menangis njing?? betul yg dikatakan ipar,mertua dan suamimu, dasar bodoh dan g tau diri. klu kau sedikit waras dan pintar pasti g mau diperlakukan kayak babu. sekarang menangis meraung2,dasar dungu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status