Share

Bab 4. Mulut Pedas

Mbak Desi sering keluar bergaul dengan tetangga sebelah atau untuk pengajian. Namanya mulut kalau tidak dikontrol suka membicarakan orang lain walaupn itu adalah adik ipar sendiri. Bahkan Mbak Desi bisa memutar balikkan fakta.

"Mbak, aku dengar di rumahmu ada istri Dani yang dari desa Suko Harjo ya?" tanya Titik salah satu tetangga Mbak Desi.

Sore itu mereka sedang duduk di teras menunggu tukang jajan yang biasa lewat di kampung mereka.

"Iya Tik. Dia datang hampur seminggu," sahut Mbak Desi.

"Lo emang Mas Dani dengan Tini itu sudah cerai ya? Kok bisa meikah lagi," ujar Titik.

"Aku juga gak tahu dimana Dani kenal dengan wanita itu. Namanya Minah. Padahal orangnya cantik juga enggak. Miskin pula. Heran aku mengapa Dani sampai terpikat dengan wanita itu," ujar Mbak Desi dengan mulut seperti ikan lohan. Maju mundur tidak jelas.

"Wah jadi dia itu pelakor gitu ya. Udah tahu kalau Mas Dani udah punya istri kok mau-maunya dia jadi istrinya lagi' sahut Titik.

"Yah. Adiku kan ganteng to. Tapi aku sih pengen punya adik ipar yang kaya biar kecipratan kaya," sahut Mbak Desi

"La emang Minah itu ngapain aja kalau d rumah Mbak Desi?" tanya Titik dengan sangat penasaran.

"Oalah Tik. Anaknya males banget. Dia kan punya anak kecil. Kalau dia tidur sambil ngelonin gitu dia udah gak mau megang kerjaan dapur. Semua aku yang nyuci piring dan nyuci baju. Bahkan aku juga yang masak. Semua pakai uangku. Kalau begini terus dia bisa kaya.La uangku lama-lama habis" ujat Mbak Desi.

"Kok gitu sih. Mendingan Diusir aja dari rumah Mbak Desi. Suruh ngontrak sediri saja. Udah numpang kok males gitu. Kalau aku sih jelas gak mau. Mending dia keluar dari rumah Mbak Desi," saran Titik .

"Hah pokoknya bikin panas dada ini kalau lihat kelakuan dia. Mana kalau makan dimakan sendiri. Dia tidak pernah memberiku makanan walaupun sedikit. Padahal kurang baik apa aku ini. Semua makanan aku selalu ngasih ama dia. Kadang aku juga nyuci baju anaknya. Kadang aku juga membatu mengendong anaknnya," kata Mbak Desi.

Sambil mengelus dadanya dengan tangan. Nada dan raut wajahnya nampak serius sehingga dia tidak lagi nampak bicara bohong.

"Masa sih Mbak Desi. Hmm. Aku juga gak mau bergaul dengan orang itu" kata Titik.

"Eh ya sudah kalau gitu. Aku belanja dulu ya." kata Mbak Desi sambil berlalu dari hadapan Titik.

Mbak Desi seperti ketakutan ketika meninggalkan Titik. Namun wanita itu tidak lekas percaya dengan semua yang diomongkan Mbak Desi.

"Halah paling kamu yang pelit Mbak. Mana mungkin ada yang betah hidup denganmu. Menantumu juga kamu omongin apalgi orang lain'," gerutu Titik kemudian dia masuk ke dalam kamar.

Mbak Desi kemudian menuju warung Mbak Must untuk membeli sesuatu. Melihat kedatangan Mbak Desi yang akan belanja ke warung.

"Must aku mau minta daging ayam dan ikan," kata Mbak Ira.

"Mau beli apa hutang Mbak?" tanya Must.

"Aku belanja kan untuk ngasih makan Minah dan anak-anaknya. Dia itu kan pelit. Makan gak pernah masak," ujar Mbak Desi.

"Masak sih Mbak. Kemaren dia juga blanja sendiri," bela Must pada Mbak Desi.

"Yah kamu gak tahu aja kok Must. Memang dia itu suka membalikkan fakta. Aku yang mengerjakan semua kerjaan tapi dia yang mengaku . Dasar mulutnya memang bawel,' gerutu Mbak Desi.

"Terus ini daging ayam untuk siapa? Bayar atau hutang?" tanya Must.

"Masukin ke dalam bonnya Minah ya. Kan ini daging untuk ngasih makan dia," ujar Mbak Desi.

"Ya sudah Mbak. Aku gak mau ribut denganmu" ujar Must dengan membungkus daging ayam dan ikan itu untuk Mbak Desi. Wanita itu hanya tersenyum lalu pergi meninggalkan warung.

"Huh dasar. Awas aja kalau hutangnya yang banyak itu tidak dibayar' gerutu Must dalam hati.

Mbak Desi pulang ke rumah dengan meneteng daging ayam dan ikan. Minah masih mencuci baju di kamar mandi. Mbak Desi langsung menuju ke dapur.

"Dek Minah ini daging ayamnya tolong dimasak ya.Terus ikannya digoreng balado pasti enak" sambil menaruh semua belanjaan di atas meja dapur. Minah hanya meihat dengan mengambil nafas.

Dia terpaksa mengerjakan semua pekerjaan yang disuruh Mbak Desi. . Sementara kakak iparnya itu langsung masuk kamar dan tidak lama kemudian terdengar dengkur halus dari dalam kamar. Sementara Minah harus memasak sambil mengawasi anaknya Zaki yang tiduran di lantai. Kalau bisa dia teriak sekuat tenaga untuk membuang rasa sesak di dadanya.

Dani pulang dengan muka yang kusut. Dia sepertinya sedang kalah judi. Hingga mukanya seprti itu. Zaki menangis denga kencang juga tidak mau menyentuhnya. Terpaksa Minah berlari untuk menggendong.

"Mas Dani kapan balik. Kenapa mukamu kusut sperti itu?" tanya Minah.

"Gak papa Dek. Aku cuma cape aja" ujar Mas Dani.

"Dek sini Mas mau ngomong," ujar Mas Dani.

Minah mendekai suaminya yng sudah duduk di atas tikar.

"Iya ada apa Mas?" tanya Minah. Dani menatap Minah dengan tatapan yang penuh arti. Kemudian tangannya meraih tangan Minah.

"Dek istrinya teman Mas ada yang sukses di luar negeri. Kalau kamu mau nanti kamu aku daftarin ke luar negeri," ujar Mas Dani pada Minah.

Mata Minah seolah membelalak. Dia tidak percaya kalau suaminya akn menyuruh dia untuk bekerja di luar negeri. Apalagi saat ini dia jug masih imempunyai bayi.

"Mas emang kenapa aku harus kerja di luar negrei?" tanya Minah dengan muka yang cemberut. Dani meraih dagu Minah dengan tangan kekarnya.

"Iya sekarang di luar negeri kerjaan enak Dek. Sebulan hampir enam juta. Kita kan belum punya rumah jadi kamu mau gak berangkat?' tanya Dani.

Minah tidak mau menjawabnya. Dia langsung menggendong Zaki dan keuar dai rumah Mbak Desi.

Perlahan air matanya mengalir. Apa sebenarnya yang ada di dalam pikiran Mas Dani hingga menyuruh Minah bekerja di luar negeri. Ya karena Mas Dani sangat malas bekerja . Setiap hari hanya mabuk dan main judi. Mungkin uangnya sudah habis untuk mabuk dan judi. Kini dia menyuruh Minah untuk bekerja ke luar negri.

Hingga ada suara telpon dan Dani mengangkatnya.

"Siap Bos" ujar Dani ketika mengangkat telpon itu.

"Ya sekarang. Aku akan ke sana," ujar Dani . Kemudian dia bersiap dengan mengganti bajunya menggunakan kaos yang bersih setelah itu pamit dia keluar rumah.

"Dek pikirkan ucapanku. Kita ini belum punya rumah. Masak kamu mau numpang selamanya di rumah Mbak Desi,' ujar dani.

Laki-laki macam apa yang telah menjadi suami Minah. Hingga menyuruh Minah untuk bekerja ke luar negri. Kalau saja Minah tidak mencintainya pasti sudah meninggalkannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status