"Tolong lepaskan aku, Ais. Aku hanya mencintai Rana.. " "Bayar dulu hutang-hutangmu, Mas." "Jika sudah, kamu mau melepaskan aku kan?" "Ya, hanya saja.. jika itu terjadi, kamu sungguh berhutang surga padaku. Harusnya kau selalu menjadi tempat aku merindukan surga.. " "Maaf, Ais. Aku tidak bisa merakit kisah sejuk itu bersamamu. Sebab perasaan itu.. hanya bisa aku berikan untuk Rana.. Aku tidak ingin terus menderita Ais.." Air mata Aisyah menetes begitu pilu, "Dan aku harus menanggung sendiri atas derita yang kau torehkan, begitu kah?" Ilyas diam, ia menunduk begitu dalam, ucapan Ais berhasil membuatnya merasa jadi lelaki yang sempurna kebrengsekannnya. Tapi dia tidak peduli. Ia hanya ingin hidup bersama Rana dan akan melakukan apapun untuk itu.
Lihat lebih banyakAcara ulang tahun Arka dimulai dengan pembukaan ceria yang dibuka oleh Eza dan Rana. Meski duduk di kursi roda, perempuan itu terlihat begitu anggun dan memesona.Ilyas sesekali mencuri pandang pada Rana. Ia merutuki dirinya sendiri sebab melihat Rana begitu cantik meski hatinya benci atas perlakuan Rana.Usai pembukaan dan segala macam sambutan serta ucapan terimakasih, Eza memulai acara inti, yakni tiup lilin. Di tengah ruangan terdapat kue tart dengan hiasan mewah namun terkesan lucu, cocok dengan usianya yang masih lima tahun.Semua tamu undangan bernyanyi lagu ulang tahun dengan bahagia. Para anak-anak kecil saling tersenyum lebar, ikut berbahagia dengan acara itu.Di sesi meniup lilin, Arka lebih dulu memejamkan mata, seakan membuat permohonan. Usai itu, ditiupnya lilin-lilin itu dengan gembira. Selesai, semua lilin padam. Orang-orang di dalam ruangan kemudian jadi ikut berbahagia."Oke.. sekarang kita potong kuenya.. Sini Papa bantu," ujar Eza sembari menggenggam tangan kecil
"Assalamu'alaikum, Aisyah... " sapa seorang perempuan dengan suara begitu ceria di seberang teleponnya."Wa'alaikumussalam Ranaaa..." suara yang ditelpon tak kalah ceria."Ais, besok malam kamu ada acara enggak?"Pertanyaan itu membuat Aisyah berpikir sejenak, mengingat-ingat barangkali ada janji besok malam, "InsyaAllah besok aku free, Ran. Kenapa nih?" jawab Aisyah penasaran."Syukurlah, besok ulang tahun Arka, kami mengadakan pesta. Tolong datang ya Ais, ajak juga si Ilyas.. " pinta Rana."Wah.. ternyata si kecil lagi bertambah umur. Oke InsyaAllah aku dan mas datang," Ais menyambut undangan Rana dengan riang. Kini ia jadi tidak sabar membelikan kado untuk Arka."Yay! Kalau gitu see you tomorrow, Ais!"Sambungan telepon itu langsung mati, Ais bahkan belum menjawab ucapan Rana. Namun itu bukan masalah untuknya. Ia langsung meletakkan handphone, dan bergegas turun ke bawah untuk menunggu suaminya pulang. Meski sudah malam, Aisyah tetap merias tipis wajahnya. Ia ingin menyambut suamin
"Mencintai itu tidak lagi berbicara tentang obsesi. Sebab hadirnya rasa cinta itu sendiri, sebab keinginan hati atas kebahagiaan seseorang yang dicintai. Entah bisa ia miliki atau tidak, selama orang yang ia cintai bahagia, itu sudah cukup"________________________________"Tolong siapkan pesta untuk besok lusa. Kamu rancang sebaik mungkin. Aku ingin mengadakan pesta untuk ulang tahun putraku lusa," titah Eza pada Yusuf.Yusuf hanya mengangguk, ia bergegas keluar dari ruangan Eza untuk mengurus pelaksanaan pesta lusa. Jika titah sudah turun begitu, seluruh anak buah Eza paham bahwa tuannya tidak lagi ingin berbicara perihal hal lain.Setelah Yusuf keluar dari ruangan, Eza menambahkan sebuah tulisan di kertas yang dibawa Yusuf tadi. Kertas coklat itu kini tidak hanya berisikan link, melainkan jua sebuah pesan penting untuk si penerima nantinya. Terkait kapan ia akan memberikan kertas itu, bergantung pada kondisinya nanti.Eza langsung menyimpan kertas itu di salah satu brankas tersembu
Dua minggu berlalu, Rana sudah boleh menjalani perawatan mandiri di rumah. Eza bahkan membawa seorang suster dan dokter untuk tinggal di dekat mereka, berjaga-jaga jika terjadi sesuatu pada Rana.Usai pernikahan, Rana selalu menampakkan kebahagiaan di depan Eza. Sebisa mungkin, ia menahan hatinya yang masih penuh dengan rasa cinta untuk Ilyas."Sayang, istirahat dulu ya. Kalau perlu sesuatu, telepon aku aja." Eza mengelus lembut rambut Rana. Perempuan itu hanya tersenyum, ia menatap Eza dengan tatapan letih usai melaksanakan terapi. Tak lama usai itu, Rana memejamkan mata. Tubuhnya terasa begitu letih dan membuatnya terlelap begitu cepat.Wajah teduh itu membuat hati Eza bahagia. Ia senang sekali setiap mengingat pernikahan mereka. Baginya, menikahi Rana menjadi anugerah terindah untuk Eza.Usai menatap wajah Rana begitu lekat, Eza tersenyum kecil. Dengkuran lirih Rana terdengae sungguh lucu pada Eza. Lelaki itu kemudian mengecup lembut kening Rana. Rana menggeliat pelan, posisi tidu
"Assalamu'alaikum..." Ilyas membuka pintu ruangan Rana, di sana tampak jelas wajah cantik Rana yang tertawa bahagia dengan suaminya, Eza. Sedangkan di sofa dekat ranjang Rana, seorang anak kecil tertidur dalam dekapan Aisyah. "Sorry.. tadi klien tiba-tiba minta ketemu. Aku jadi ga bisa menghadiri pernikahan kalian," Ilyas tersenyum ramah. "Gak papa, Yas. Terimakasih ya sudah hadir," Eza juga tersenyum ramah pada Ilyas. "Selamat atas pernikahan kalian. Semoga samawa," singkatnya lagi. Senyum yang Ilyas berikan tampak begitu sempurna, padahal dalam hatinya berkecamuk kebencian pada mantan pacaranya itu. "Ais, kita pulang yuk.. Kamu pasti udah capek," Ilyas menoleh ke arah istrinya. Wajah Aisyah memang mulai tampak letih. "Pulanglah, Ais. Arka sama aku aja," Eza menghampiri Aisyah. Digendongnya tubuh kecil putranya perlahan. Anak kecil itu hanya menggeliat. Eza kemudian menidurkannya di sofa panjang dekat tempat Aisyah duduk. "Rana.. sorry gak bisa nemenin lama-lama yah. Kalau kamu
"Mas, kamu di mana sih? Ke kamar mandi doang lama banget??" Aisyah cemberut dari seberang telponnya, Ilyas benar-benar membuat dirinya menunggu lama."Ais.. maafin mas, tadi tiba-tiba klien minta ketemu. Jadi mas terpaksa harus pergi tadi.. " Ilyas berbohong. Dia tidak bertemu klien. Ia hanya butuh waktu sendiri untuk melampiaskan amarah."Habis ini mas selesai kok. Ais bisa nunggu mas kan?" ujar Ilyas. Dihisapnya rokok yang hampir habis itu. Sementara di hadapannya, seorang lelaki yang sepantaran dengan Ilyas juga ikut menghisap rokok ditemani wanita berpakaian mini yang menempel padanya.Ya, Ilyas pergi menemui seorang teman lamanya ketika SMA–teman satu geng yang kini menjadi preman. Namanya Dito. Mereka masih saling berkomunikasi dan menjaga hubungan dengan baik. Sesekali, mereka melakukan hubungan bisnis. Bagaimanapun, Raka sekarang menjadi ketua preman di kotanya."Yaudah, Ais tunggu aja. Jangan lama-lama ya, Mas. Ais pengen istirahat.. "Usai akad tadi, Aisyah bermain dengan Ar
"Mas, udah siap belum?" Aisyah tergopoh-gopoh turun dari kamar. Ia berdandan begitu cantik hari ini."Udah sayang, ayo berangkat," Ilyas memberi senyum sumringah. Tampilannya begitu elegan dengan jas hitam mewah."Btw penghulunya udah kamu pastikan kalau bisa datang kan mas?" ujar perempuan bermata cokelat itu yang tampak sedikit panik."Udah, Aisyah. Pengawal Eza sekarang otw jemput beliau," jawab Ilyas sabar."Hm, si Rana udah selesai belum yah make up nya? Harusnya udah kan ya mas?"Ilyas tertawa melihat sikap Aisyah, "Kalau panik gini kok tambah cantik ya?" godanya."Iiihhhh mas Ilyas. Aku serius lohh.. " sebal Aisyah."Hahaha, lagian kamu kenapa panik banget sih? Udah tenang aja. InsyaAllah semua berjalan lancar, sayang... "Aisyah menghela napas perlahan, "Hft.. bismillah ya mas. Jadi keingat saat kita nikah dulu. Bunda dan Ayah pada panik khawatir acaranya gak lancar.""Hmm, dulu kan nikahan kita cukup besar, sayang. Sekarang kam hanya akad... ""Si Eza itu kira-kira bakal seka
Hening malam menjelma melodi sendu di antara gemerlap lampu lorong rumah sakit. Cinta masa lalu itu ternyata hanya sebuah mimpi, begitu batin Ilyas. Lelaki itu kini menunduk pilu sembari menunggu sang istri di depan masjid rumah sakit. Nama Rana tidak lagi menjadi bunga yang mewarnai hatinya, melainkan menjadi sembilu di dada."Bagaimana caraku untuk melupakanmu, Rana?" batin Ilyas lagi.Ia menghembuskan napas kesal, mengusap wajahnya kasar. Di antara pilu dan ketidakberdayaan yang menguasai hatinya, ingin sekali ia melampiaskan amarah. Berteriak, atau mungkin memukul tembok berkali-kali. Ia ingin marah pada dirinya sendiri yang telah keliru menjaga rasa cinta, bahkan ketika ia telah menikah."Brengsek! Kamu emang lelaki brengsek, Ilyas!!!" batinnya sembari mengepalkan tangan.Tak ingin berujung pada kemarahan yang lebih besar, Ilyas mencari tempat sepi untuk melampiaskan amarah. Ia pergi ke luar area RS, tepatnya menuju ruko terbengkalai di dekat RS.Tak pikir panjang, dihantamnya temb
"Tentu, Rana.. Aku dan Mas Ilyas dengan senang hati akan membantu pernikahan kalian," Aisyah tersenyum sumringah. Rana ikut tersenyum, ia menatap Eza dengan senyuman bahagia.Rana dan Aisyah kemudian membicarakan beberapa persiapan pernikahan Rana dan Eza. Mereka ingin mengadakan pernikahan yang sangat sederhana sebab kondisi mereka masih tidak baik-baik saja."Cukup akad aja, Syah. Tapi aku tetap ingin berdandan dan pakai baju pengantin sih kalau bisa.." pinta Rana terkekeh."Bisa banget dong, Ran.. Biasanya MUA gitu mau kok meski harus ke RS," jelas Rana."Hmm... ya.. tapi MUA yang kemarin aku pesan sedang full jadwalnya di minggu ini, Syah.""Kalau gitu, aku hubungi MUA kenalanku mau gak? Nih kamu bisa cek dulu hasil make up dia di instagramnya," Aisyah menyodorkan handphonenya yang telah membuka sosial media MUA yang ia maksud.Rana langsung tersenyum, ia suka dengan hasil riasan MUA kenalan Rana. Mereka bergegas menghubungi
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.