Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan

Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan

By:  Dhesu Nurill  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
5Chapters
60views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

"Ipar adalah maut." Harusnya Hana sadar dengan pepatah itu. Namun, karena rasa sayangnya kepada Kalila, sang Adik kandung. Akhirnya Hana malah menggali kuburan sendiri, mengundang musuh dalam selimut di mahligai rumah tangganya bersama Aji. Pernikahan yang berjalan harmonis bertahun-tahun, akhirnya harus hancur karena pengkhianatan Aji dengan Kalila. Hana yang dinyatakan sakit karena TBC membuat perubahan dalam rumah tangga dirinya dan Aji. Siapa sangka, semua yang terjadi padanya karena ulah Kalila. “Aku bisa mengambil Mas Aji, dan kehidupan Kakak yang sempurna." Kalila adalah musuh dalam selimut untuk Hana. Seorang penjahat yang sesungguhnya.

View More
Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
5 Chapters
Bab 1 Istri Pesakitan
“Aku bisa mengurusi Mas, menggantikan tugas-tugas Kak Hana. Jadi jangan khawatir.”Dari pintu masuk ke ruang kerja sang suami, Hana menutup mulutnya agar ia tidak bersuara. Tubuhnya yang lemah ia paksakan agar tetap berdiri dengan bersandar di dinding.Di dalam sana, Hana melihat kedekatan yang tidak biasa antara Aji, suaminya, dan Kalila, adik kandung Hana sendiri. Keduanya saling berhadapan dan wajah mereka hanya berjarak beberapa senti. Dari bahasa tubuh sang adik pun, Hana bisa menduga apa yang sedang mereka lakukan.Dada Hana terasa makin sesak. Akhir-akhir ini pernapasannya juga agak lambat. Bahkan tekanan darahnya bisa naik turun secara drastis. Pemandangan itu justru menambah rasa sakitnya.Saat ini, Hanna sedang sakit. Sehari-hari, ia hanya terbaring begitu saja di atas tempat tidur. Hana tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang biasa ia kerjakan, apalagi tampil sebagai seorang istri yang dicintai oleh Aji. Jangankan beraktivitas, berjalan saja harus Hana lakukan d
Read more
Bab 2 Resi dan Struk Belanja
“Kalila?” panggil Hana. Ia duduk dengan susah payah.Wanita itu mendengar suara seseorang di luar kamar. Namun, ia tidak tahu siapa. Ini adalah saatnya dia berjemur, berharap itu adalah salah satu cara agar penyakitnya tidak makin parah.“Nyonya?” Kepala Bi Asih menyembul dari ambang pintu. “Maaf, saya tadi membersihkan ruang keluarga. Apakah saya membangunkan Nyonya?”Hana tersenyum. Bi Asih adaalah wanita paruh baya yang menjaga Hana jika Aji dan Kalila pergi dari rumah untuk bekerja atau kuliah. Biasanya beliau hanya bekerja selama beberapa jam saja.. Wanita yang hampir sepuh itu akan pulang jika salah satu di antara mereka pulang.“Tidak apa-apa, Bi. Ini sudah jamnya berjemur.” Hana menjawab. Ia kemudian dibantu agar bisa duduk di kursi roda sebelum kemudian dibawa ke halaman belakang.“Nyonya sedang memikirkan apa?” tanya Bi Asih saat melihat Hana diam saja dan melamun. “Apa ada yang kurang nyaman.Sekali lagi, Hana tersenyum. "Enggak, Bi. Saya cuma sedang merenung,” jawab Hana.
Read more
Bab 3 Kecurigaan Hana
"Saya juga berpikir begitu, Nya. Tapi, saya tidak pernah melihat Tuan Aji dan Nona Kalila pergi berdua ke luar kecuali mengantarkan Non Kalila kuliah," terang Bi Asih.Hana tersadarkan akan hal itu. Entah memang mereka sengaja menyembunyikannya atauhanya prasangka Hana saja. Apalagi setelah melihat kejadian tadi pagi. Pemikiran buruk yang sempat mereka, kini kembali muncul.Hana memijit pelipisnya dengan pelan. Di saat seperti ini, malah timbul masalah yang akan membuat kesehatannya menurun."Bi, saya bingung. Tidak tahu harus apa. Semua ini benar-benar membuat saya kaget. Mau tidak percaya pun, buktinya sudah ada."Bi Asih gusar. Dia tidak mungkin menghasut majikannya setelah apa yang dilihat. Meskipun kecurigaan Bi Asih juga timbul.Sering kali wanita itu melihat keduanya bercanda dan tampak akrab, bukan seperti adik dan kakak, tetapi malah tampak sepasang kekasih. Namun, selama ini Bi Asih hanya diam saja."Saya juga tidak tahu harus bagaimana, Nyonya. Tapi, daripada Nyonya menerk
Read more
Bab 4 Orang dari Masa Lalu
"Ayo, Kak. Hari ini Kakak harus cek up."Kalila mendorong kursi roda Hana menuju mobil. Wanita itu hanya tersenyum kecil dan tak mengatakan apa pun.Sejak menemukan bukti transfer dan struk belanja, Hana merasa harus menjaga jarak dengan Kalila. Hatinya mulai resah, takut jika Kalila sedang menyembunyikan sesuatu darinya.Setelah menaiki mobil, Kalila pun masih terus mengajak Hana ngobrol. Bahkan, sampai mobil sudah ada di jalan raya, Kalila masih betah bercerita perihal kesehariannya di kampus.Biasanya, Hana akan antusias. Dia merasa ada teman berbagi. Tetapi, sekarang tidak lagi. Entah kenapa, semakin dilihat Kalila itu punya aura berbeda. Hanya saja, Hana tidak tahu apa. Baru menyadarinya sekarang."Kak? Kakak!"Hana tersentak kala Kalila memanggilnya dengan suara tinggi. Wanita itu pun langsung menoleh dengan wajah penuh tanya."Ya? Kenapa?""Kakak yang kenapa? Dari tadi diam terus, kaya lagi melamun. Kakak mikiran apa, sih?"Hana terdiam. Menelisik wajah Kalila yang penasaran be
Read more
Bab 5 Kemarahan Aji
"Tadi siapa, Kak?" tanya Kalila, saat mereka dalam perjalanan pulang.Hana yang tampak semringah pun menjawab dengan antusias. "Dia temanku, Kal. Lebih tepatnya sahabatku. Orangnya alim, sebab dia anak Kyai. Makanya aku gak nyangka kalau dia bisa jadi dokter. Aku kira bakal ngikutin jejak ayahnya."Kalila ber-oh ria sembari menganggukkan kepala. "Kenapa Kakak tidak menikah saja dengannya?"Pertanyaan itu membuat senyuman di wajah Hana memudar. Menatap adiknya dengan serius."Kenapa kamu bertanya seperti itu? Aku berteman dengannya, bukan berarti harus menikah dengannya juga, kan? Lagian, dia teman SMA. Baru bertemu lagi setelah sekian lama."Kalila tampaknya baru menyadari apa yang barusan dia lontarkan pada Hana."Em, maksudku bukan gitu, Kak. Tadi kan katanya dia alim. Biasanya gadis-gadis nyari yang alim, apalagi dia seorang dokter."Hana menatap datar adiknya, lalu memandang lurus ke depan."Tidak begitu konsepnya, Kal. Kamu pikir nikah itu hanya karena dia alim saja? Enggak. Lagi
Read more
DMCA.com Protection Status