Share

Part 4

Ternyata kami benar-benar dipanggil, Sinta terlihat pucat dengan gengnya. Sementara aku tetap santai, siapa yang ingin menjadi janda? Andai dia tahu sakitnya dibuang dan ditelantarkan begitu saja. Om-om? Darimana dia mendapat ide sejahat itu. Biarkan saja, selama tidak ada bukti, tidak perlu capek untuk meladenin hal-hal yang tidak penting.

 

Kami berempat dikumpulkan di ruang pertemuan, dari jauh Andra melihatku seperti ingin membantu. Aku sudah benar-benar melupakan Andra dalam kondisi apa pun, bagiku Andra adalah masa lalu meski jujur, Andra memang sangat memesona.

 

"Silahkan duduk!" suasana terasa menegangkan, jika memang dibutuhkan pembenaran dipastikan nama baik Andra akan tercemar.

 

"Kenapa kalian mempermasalahkan rekan sejawat kalian yang menjadi janda, saya sudah membaca biodata dari dokter Nadhine dan sangat jelas dia menulis di identitas statusnya jika dia seorang janda. Mungkin kalian kurang update!" aku lumayan terkejut, perasaan selama ini tidak ada yang tahu jika aku janda kecuali Reyhan. Apa ini hanya akal-akalan dokter ini saja.

 

"Wajar, lah, kami penasaran, pak. Selama ini dia yang paling kere diantara kami, orang tuanya hanya seorang tukang becak. Orang tua kami saja hanya mampu membiayai kami sampai gelar dokter sementara dia sampai gelar dokter spesialis. Hal itu dari dulu membuat kami cemburu." Sinta membela diri.

 

"Tapi bukan membuat fitnah, Sin." Aku mulai membuka suara. Jika tidak ada surat perjanjian yang kubuat dengan ibunya Andra mungkin sudah kubuat pengumuman bahwa aku adalah janda dari dokter Andra yang terhormat!

 

"Itu fitnah yang kalian lakukan dengan dokter Nadhine, kita tidak tahu mungkin selama ini dokter Nadhine bekerja dengan giat, atau ...." Direktur itu diam, kenapa dia tidak melanjutkan ucapannya?

 

"Atau apa?" tanyaku, jangan-jangan ini hanya akal-akalan dia saja!

 

"Baiklah, jika dokter Sinta tidak membuat klarifikasi saya pastikan mulai besok dokter Sinta dan rekan yang menghina dokter Nadhine tidak bekerja lagi di rumah sakit ini." Sinta diam, terlihat dia panik. Ada rasa yang tidak bisa dijelaskan, karena ada laki-laki yang berani membelaku. Meski kata atau ... Yang dia pakai membuatku kurang simpati padanya.

 

"Iya, Pak. Kami akan buat klarifikasi."

 

"Buat klarifikasi di web rumah sakit, biar semua baca. Pakai surat dengan tanda tangan bermaterai agar jika terulang lagi tidak ada ampun bagimu!" tatapan mata Sinta masih sinis, dan aku hanya tersenyum puas melihatnya. Kuakui Anak pemilik rumah sakit ini memang luar biasa membuat Sinta dan gengnya bertekuk lutut. Harta, tahta dan jabatan memang membuat nyalinya ciut.

 

Sinta ke luar ruangan, aku juga ikut ke luar setelah pamit. Ketika sampai di depan pintu,   Direktur itu berteriak.

 

"Jangan terlalu ge-er, aku hanya membela yang benar!" idiih siapa juga yang geer, aku berlalu tanpa memedulikannya. Ketika membuka pintu dia berseru lagi.

 

"Belajarlah berterima kasih, jangan nyelonong keluar!" tadi mau ucapin terima kasih bambang! 

 

"Makasih, sering-sering membela yang benar, pak!" matanya mendelik tidak percaya, aku berkata demikian.

 

Hari yang menegangkan, sekaligus menyenangkan minimal musuh satu sudah bisa dikendalikan. Dari jauh kulihat Andra masih menunggu, apa dia penasaran? Ah, biarlah, kali ini aku harus buktikan bahwa anak tulang becak ini bisa berprestasi. 

 

"Nadhine ...." Andra memanggilku, mungkin harus diberi penegasan biar kami sama-sama plong!

 

"Ada apa lagi? Delapan tahun yang lalu kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi, disini tempatku mencari nafkah jika dokter Andra mempermasalahkanku silahkan lakukan sesuka hatimu, yang jelas aku sudah mengubur hatiku untukmu dan keluarga terhormatmu, Dok!" Dia diam tidak menyangka aku berani melawannya.

 

Nadhine wanita yang sopan dulu telah hilang beserta segala rasa yang ada!

 

***

Kurebahkan badanku memandang langit-langit di kamarku. Terlalu banyak yang kulewati hingga sampai saat ini. Bekerja siang malam, untuk mengumpulkan pundi - pundi uang. Aku tidak pungkiri pesangon orang tua dokter Andra senilai seratus lima puluh juta yang membuatku bisa menjadi dokter spesialis. 

 

Namun, dua tahun belakangan ini sudah bisa kukumpulkan, jaga-jaga jika ibunya Andra menagih uang yang dia berikan. Dalamnya lautan bisa diselami, tapi dalam hati manusia tidak ada yang tahu. Sebenarnya ingin kubalas semua penghinaan Andra dan keluarganya. Ayahku memang seorang tukang becak dan aku bangga dengan itu. 

 

Tak ingin melakukan kesalahan yang sama lagi! Mengubur masa lalu ternyata tidak mudah.

 

***

Udara pegunungan memang paling pas untuk relaksasi diri, tinggal disini sangat cocok untuk menghilangkan gejolak yang ada.  Aku memang masih tinggal di kontrakan agar bisa menabung.  Bagiku tidak mudah sampai ke titik ini, tapi untungnya bisa dilewati. Saatnya bangkit dengan menghilangkan bayangan masa lalu. Dan sekarang semua orang sudah mengetahui aku janda, saatnya tebal telinga!

 

 

 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
makin seru...dr kok pada ribut
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status