Share

Part 6

"Bagaimana, Nad?"

 

"Apanya, Han?"

 

"Kamu harus berubah, seandainya dari dulu kamu ikut saran dariku untuk berubah, pasti lain lagi ceritanya." Kenapa Reyhan begini, sebentar lagi dia akan menikah, pernyataannya seperti ini membuat hati tak menentu. Kebaikannya jarang dimiliki oleh orang lain. 

 

"Han, selama kita mampu, jangan sampai menjadi beban bagi orang lain."

 

"Kalau begitu berjanjilah padaku, untuk bangkit, Nad. Dipastikan jika mantanmu muncul maka babak baru dalam hidupmu akan dimulai, sekarang mantanmu, besok mantan iparmu, besoknya lagi mantan mertuamu dan kamu harus berubah, Nad." Sifat Han seperti ini membuat hati tak menentu.

 

"Aku harus bagaimana, Han."

 

"Belajarlah jatuh cinta lagi, kalau bisa menikah lah. Agar ada yang membelamu dalam keadaan apa pun!" aku diam bingung mau jawab apa. Menikah? Apa semudah itu? Bahkan laki-laki yang akan setia lahir dan bathin pun tidak bisa menepati janjinya.

 

"Akan kupikirkan, Han. Sekarang kita kembali ke ruangan saja." Aku bersiap menuju ruangan, reflek Reyhan memegang tanganku.

 

"Berjanjilah untuk tidak terluka lagi, Nad. Terlalu banyak luka dihatimu bahkan ketika ayahmu meninggal kamu masih kuat dan tegar seperti ini, jangan sampai kamu terluka lagi, aku yang akan menjadi orang pertama yang akan pasang badan untukmu!" mata Reyhan beradu denganku terlihat sangat serius kali ini. Sementara dari jauh ada sepasang mata yang tak berhenti berkedip memandang kami yang seperti sedang jatuh cinta.

 

***

Flashack 8 tahun lalu

Baru saja kami melangsungkan akad nikah, ayahku ikut mendampingiku sebagai wali nikah. Dengan pakaian sederhana ayah menjadi waliku. Luapan kebahagiaan sangat terasa di hati kami. Namun, tidak bagi keluarga Andra. Melihat dan mendengar ayahku yang bekerja sebagai tukang becak membuat mereka mulai menghina dan merasa jijik dengan kami. Akad nikah yang semula sakral menjadi cerita horor bagiku.

Apa tidak boleh anak dari tukang becak menjadi dokter? Apa tidak boleh menikah dengan keluarga terpandang seperti Andra? Jujur, hati ini sedih melihat mereka mulai menunjukkan taringnya di depan orang tuaku. Sosok ayah panutanku, walau dalam keadaan tidak punya pun ayah selalu mengajariku untuk bekerja keras, dan tetap semangat menjalani hidup. Kuliah kedokteran berbekal dari beasiswa prestasi dan sepetak sawah dari ayah menjadi saksi perjuangan kami.

"Sabar, Nak. Kita memang orang miskin, tapi ayah bangga melihatmu menjadi seorang dokter. Ini adalah pilihan hidupmu menjadi seorang istri dari dokter yang hebat, Ayah tenang bisa mengantarmu sampai disini." wajah sepuh itu justru menasehatiku, ayah tidak pernah membuat hati seorang pun terluka, sebagai anak gadisnya yang berprestasi membuat semangat ayah terus menggebu-gebu setiap saat, menunjukkan kepada semua orang bahwa siapa saja bisa menjadi dokter meski dari golongan ke bawah. 

Salahku yang cepat ingin menikah karena Andra menjanjikan kebahagiaan untukku. Menjanjikan akan melanjutkan gelar dokter hingga spesialis.

"Nanti Mas yang akan membiayaimu sampai spesialis setelah menikah." Begitu ucapannya, karena Andra memang sangat menyanyangiku. Tidak ingin pacaran dia langsung melamarku.

Acara akad nikah selesai keluarganya mulai menerorku satu per satu. Dari awal hubungan ini salah karena Andra tidak jujur dengan keluarganya menikahiku anak tukang becak, keluarga kebawah menurut mereka.  

"Anak tukang becak jadi mantu di rumah ini, selamat!" mereka mulai memojokkanku, Andra bersaudara tiga dan Andra anak pertama.

"Kenapa kamu tidak jujur jika anak tukang becak, bangun woy dari mimpi!" saudara perempuan nya Andra berteriak, apa dia tidak takut karma berlaku padanya!

"Sampai kapan pun kami tidak sudi!" Penghinaan itu terus berlanjut, pernikahanku seperti neraka bagiku. Malam pertama yang harusnya bahagia jauh dari ekspetasi. Ini memang salahku dari awal, berambisi menjadi istri seorang Andra dokter berprestasi yang banyak direbutkan oleh para gadis dan dokter yang lain.

"Hei, Nad. Pastikan kamu tidak berhubungan dengan Andra! Katakan kalau kamu sedang berhalangan. Pikir baik-baik jika kamu ingin melangsungkan pernikahan ini." Mama mertuaku ikut menghinaku. Dari awal dia memang menentang hubungan kami karena Andra akan dinikahkan dengan gadis dari kalangannya.

"Apaan Andra ini, bilangnya istrinya sudah bergelar dokter ternyata masih panjang perjalanan. Harusnya kamu juga mikir menikah dengan yang tidak sepadan denganmu!" dada ini terus bergemuruh, make up ku masih cantik dengan polesan perias terkenal pun rusak seketika, air mata terus mengalir. Kemana Andra? Bukannya dia sangat mencintaiku? Kemana dia ketika istri yang baru dinikahi dihina seperti ini.

Aku memang baru selesai kuliah dengan gelar S.Ked perjuangan yang luar biasa meski belum bergelar dr. Karena harus menjadi co-ass terlebih dahulu.

"Kamu tidur di gudang!"

"Aku istri sahnya mas Andra, Ma." Aku mulai membela diri.

"Hei, mimpi bangun, woy!" mereka sangat kompak menyerangku.

"Apa kata Mas Andra jika istrinya tidak bersama di malam pertama!" aku mulai membela diri, jangan sampai lemah dengan keadaan yang sudah terjadi denganku, menikah dengan Andra benar-benar bencana bagiku.

"Baiklah, jangan sampai kamu berhubungan, katakan sama Andra jika kamu sedang halangan. Kamu tidak mau 'kan menghidupi anakmu sendiri!" Baru kutahu keluarga mereka sangat kejam! Ini seperti masuk ke dalam lubang buaya yang siap menerkam.

Di malam pertama yang harusnya memadu kasih, tidak bagiku dengan Andra. Beralasan sedang berhalangan membuat Andra sadar tidak berani menyentuhku. Andra laki-laki yang sangat istimewa, dia sangat memperlakukanku seperti ratu. Itu semakin membuat keluarga tidak terima.

Di rumah sebesar itu aku sudah seperti babu bagi mereka, segala urusan rumah dilimpahkan kepadaku. Harga diriku benar-benar hancur. Mereka mulai bereaksi ketika Andra berangkat kerja.

"Pilih diam atau pergi, rumah ini akan jadi neraka bagimu, Nadhin!" begitu ucapan mereka menyerangku.

Mencoba bertahan meski luka dihati ini terus tumbuh setiap harinya, apalagi terang-terangan mereka menunjukkan calon istri Andra yang sebenarnya. Mereka sangat puas menghinaku, memojokkanku dan membuang segala harga diriku. Kalau tidak ingat pesan ayah ketika akad nikah, "Rumah tangga itu tidak mudah kadang butuh kekuatan untuk menjalani, ayah yakin kamu kuat."

Hingga saat waktunya tiba, Andra dikirim keluarganya untuk keluar daerah, itulah puncak dari semua rasa yang ada. Disiksa lahir dan bathin. Selama ini Andra sikapnya bagaimana? Percuma menceritakan apa pun dengannya karena dia lebih berpihak dengan keluarganya yang terhormat!

Mereka membuangku di jalanan, puas menghinaku dan melempar cek senilai seratus lima puluh juta, setelah itu dia memfitnahku sehingga keluar kata talak itu dari mulut Andra. 

"Menghilang lah, jangan pernah kembali!" Ibunya menyodorkan surat perjanjian agar aku tidak menceritakan menjadi janda dari Andra.

Yang lebih menyakitkan Andra lebih membela keluarganya, tak sedikit pun membelaku. 

"Aku pulangkan kamu kepada keluargamu Nadhine Azzahra, hari ini resmi aku menceraikanmu!" suara di telpon begitu lantang, Ibunya terlihat sangat bahagia dan aku tak mengeluarkan sedikit pun air mata. Mereka berhasil membuat fitnah aku main dibelakang dengan seorang laki-laki selama Andra di luar daerah.

Flashback off

***

"Hallo, Nad! Kenapa bengong!" Khayalanku ke delapan tahun yang lalu membuat hati ini perih dan semakin mantap bahwa Andra bukan laki-laki yang patut diperjuangkan. 

"Baik, Han. Kali ini aku mengikuti saranmu!" Reyhan tersenyum, Reyhan laki-laki yang luar biasa ikhlas membantuku.

Akan kubuktikan bahwa Nadhine Azzahra anak tukang becak itu bangkit!

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
JAHAT nya Merasa mereka ada di atas karena kekayaan satu hal yang pasti Semua punya waktu harta yang di banggakan akan lenyap ketika ALLAH berkenan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status