Share

Bab 8

Urung melangkah, aku menjatuhkan diriku di depan Naila. Tubuhku berdiri bertumpukan lutut yang kutekuk. Aku membuka tanganku lebar-lebar untuk bisa mendekap erat putriku yang tampak terluka itu.

Namun, betapa perih kurasa saat putriku melangkah mundur. Kepalanya menggeleng dengan air yang terus bercucuran dari kelopak matanya. "Tidak, Ibu! Tidak mau!" teriak Naila kencang.

Dadaku bak dililit dengan tali tambang yang besar lagi kokoh. Tenggorokanku tercekat, bahkan aku pun kesusahan untuk mengirup udara yang sedang menerpa wajahku. Duniaku hancur melihat respon Naila seperti itu.

"Naila tidak mau melihat Ibu pergi! Naila tidak mau melihat kalian berpisah!" teriaknya kencang. Beruntung tangan kecil putriku itu segera dipegang erat oleh neneknya.

Sesaat, setelah berteriak, Ibu mertua meraih badan Naila untuk didekap erat dalam pelukannya.

"Nak, maafkan Ibu. Ini sudah jadi keputusan Ibu," ujarku lirih. Aku tak bisa jauh dari Naila. Aku pun tak bisa tetap diam saja di rumah ini dengan seg
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Hevvy Lisandora Novita
nyesekk bacanya ....
goodnovel comment avatar
Meriatih Fadilah
semakin seru, lanjut
goodnovel comment avatar
Aqilanurazizah
Lanjut baca ah. Seru
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status