Share

YANG MULAI KUGENGGAM

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, seperti angin yang berhembus perlahan, seperti kata bermajas yang dengan lembut di ucapkan, dan seperti langkah kaki yang dengan ikhlas meninggalkan".

_

@junaJunanda

Part 2

YANG MULAI KUGENGGAM

               Tempat ini telah menjadi saksi bisu atas pertemuan kita, pertemuan yang berhasil mengubah  kehampaanku, yang mampu mengubah kekosonganku, dan sukses memutar balik perasan yang sebenarnya sudah lama kubiarkan mengemudi sendiri tanpa tujuan. Hadirmu hari ini adalah pengubah segala keberantakan yang terjadi dalam hidupku.

               Pada hari pertama saat semua perguruan tinggi sudah mulai aktif memulai perkuliahan, kala itu aku tak pernah mengenalmu, kita bertemu tanpa paksaan entah ini karena telah direncanakan Tuhan atau hanya karena kebetulan, kita mengambil jurusan yang sama dan ditempati dalam ruang yang sama pula. Aku tak pernah menduga bila yang akan terjadi adalah rencana Tuhan untuk menyatukan kita. 

               Pagi itu aku datang sedikit terlambat, padahal aku sadar bahwa itu adalah hari pertama bagi mahasiswa baru mulai menggendong hari perkuliahan. Tapi anehnya aku tak pernah merasakan bahwa itu adalah hari spesial bagiku, semuanya terlihat sama dalam penilaianku. Aku yang datang memikul harapan dengan keterpaksaan yang berlebihan, kini harus menjadi seseorang yang bertambah banyak menaruh harapan-harapan dengan penuh keyakinan. 

               Namaku Juna Junanda, ya setidaknya itulah yang tertulis di akta kelahiranku. Masa itu, merupakan masa pertama dalam hidupku, dimana aku mulai merantau ke tempat orang dan akhirnya memilih untuk melanjutkan pendidikan di sana. 

               Saat aku menginjakkan kaki di ruang kelas, aku tak berniat menatap sepasang mata pun dari semua teman-temanku. Aku benar-benar ingin bersikap bodo amat dan menjadi yang paling dingin di antara yang ada. Bagiku semuanya membosankan, apalagi saat aku mulai memperkenalkan diriku satu per satu dengan saling sapa dan salam. Itu pun perkenalannya hanya karena dimintai oleh dosenku. Aku mulai memperkenalkan diri dan menjabat tangan semuanya satu per satu. Dari sekian banyak mahasiswa dalam ruang itu, hanya ketika berjabat denganmu tangan dan mataku berani mengeluarkan suara. Seketika suasana dingin dan tatapanku membeku, lalu kau membalasnya dengan senyum tanpa ragu.

               Hari itu setelah dari panjangnya rasa bosan yang menderaku, kita sempat bertukar nama dan saling menyapa. Kau mengucapkan namamu dan aku membalas dengan menyebut namaku, lalu tanpa memakan waktu lama, kau mengulang sebutan itu. Pertemuan pertama denganmu telah meracuni pikiranku sepanjang hari. Saat itu aku sungguh tak bisa fokus dengan apapun yang tengah berlangsung, tatapan matamu telah membuatku terjatuh seketika dalam perasaan yang tak tahu harus di mana berlabuhnya. 

               Matamu bagaikan rembulan yang terang cahayanya, mampu melelehkan kutub-kutub yang pernah membeku di hatiku. Senyummu bagai sulaman sutra yang lembut dan menenangkan setiap mata yang memandangnya. Aku tak pernah melihat seberkas cahaya seperti ini sebelumnya dengan jarak yang cukup sempurna.

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status