Rumah Kosong di Dusun Sentani menjadi salah satu rumah yang ditakuti oleh warga dusun karena cerita yang beredar selalu menyeramkan mengenai rumah yang sudah tidak berpenghuni ini. Namun uniknya masih ada rumah yang berpenghuni yang berada di dekat Ruamah Kosong ini yang masih terawat rapi.
Rumah ini menjadi satu-satunya rumah yang berpenghuni di dekat ujung dusun karena selain rumah kosong yang dikenal angker, tidak ada lagi tetangga di sekeliling rumah itu. Mungkin juga karena keangkeran cerita rumah kosong ini membuat warga dusun ini tidak berani tinggal di sekitarnya dan memilih tinggal di dekat pusat dusun saja biar lebih aman dari gangguan hal-hal yang berbau spiritual.
Rumah besar ini ternyata hanya dihuni satu orang saja yaitu seorang wanita setengah baya bernama Ningsih yang juga merupakan penduduk asli dusun ini. Rumah yang ditempatinya pun merupakan rumah warisan dari pendahulunya yang sudah dia perbaiki menjadi rumah yang lebih besar dan kuat. Hanya 2 rumah ini yang terbuat dari bangunan beton yang kuat, sangat bertolak belakang dengan rumah-rumah penduduk yang hanya terbuat dari kayu saja.Sepeninggal suaminya, Ningsih tinggal sendirian di rumah ini. Anak-anaknya juga tidak pernah kelihatan mengunjunginya. Entah konflik keluarga apa yang menyertai kehidupan mereka di masa lalu sehingga di masa tuanya Ningsih harus tinggal sendirian di dusun ini.Sudah puluhan tahun Ningsih mendengar cerita yang beredar mengenai Rumah Kosong di sebelahnya tapi dia tidak menjumpai kebenaran cerita-cerita seram yang beredar dari mulut ke mulut itu. Selama tinggal di rumahnya tidak pernah sekalipun dia diganggu oleh suara-suara maupun penampakan yang katanya berasal dari rumah kosong di sebelahnya.Semua terasa normal-normal saja hingga beberapa hari belakangan ini Ningsih sering mendengar percakapan di malam hari yang berasal dari Rumah Kosong ini. Apa rumah kosong ini sudah ada penghuninya ya?. Begitu pikiran Ningsih yang kemudian memberanikan diri keluar melihat ke arah rumah kosong yang gelap gulita ini. Tapi suara-suara yang dia dengar kemudian menghilang. Hanya terdengar suara angin malam dan binatang malam yang meramaikan sunyinya malam di ujung dusun ini.Ningsih yang kemudian kembali masuk ke rumahnya mendengar lagi suara percakapan beberapa orang yang dia yakin berasal dari rumah kosong. Suara-suara yang semula terdengar seperti orang yang sedang berbicara itu berubah menjadi suara desahan yang hampir mirip bisikan. Suara inilah yang sangat mengganggu pikiran Ningsih.Wanita ini berusaha mengabaikan suara-suara ini yang dia khawatirkan hanya ada di pikirannya saja. Tidak mungkin rumah kosong yang yang tidak berpenghuni itu yang membuat suara-suara gaduh ini. Semakin lama suara ini makin membuat kepalanya sakit dan merasa depresi.Ningsih kemudian melaporkan kejadian ini ke kepala dusun yang langsung menanggapi serius laporannya. Wanita ini khawatir suara-suara gaduh ini diciptakan seseorang untuk membuatnya tidak betah dan pergi meninggalkan rumah peninggalan almarhum suaminya ini.Bukan hal yang mustahil jika Ningsih beranggapan seperti itu. Sejak 2 minggu lalu sebelum dia pertama kali mendengar suara-suara aneh ini, ada tawaran dari pengusaha luar daerah yang sangat berminat untuk membeli kediamannya. Walaupun sudah ditolak berkali-kali mereka tetap datang berusaha membujuk dirinya sehingga akhirnya Ningsih mengusir mereka dengan amarah yang besar. Hanya di rumah ini dia merasa aman merasakan kehadiran almarhum suaminya sehingga dia memilih bertahan di rumahnya yang sekarang. Dia juga tidak tahu maksud pengusaha ini ingin membeli rumahnya ini. Mungkin untuk tempat persinggahan saat mereka pergi ke hutan di ujung rumah ini untuk melakukan ritual kekayaan atau memang ada hal khusus yang tidak diketahui Ningsih mengenai rumah ini yang membuat pengusaha itu tertarik membelinya.Beberapa warga yang berani menawarkan diri memasuki rumah kosong ini atas ijin kepala dusun untuk menemukan rekaman atau audio yang dipasang di rumah kosong ini yang menyala di malam hari yang diduga mengganggu ketenangan Ningsih. Tapi mereka tidak menemukan tanda-tanda ada orang yang masuk ke dalam rumah kosong ini karena lantainya sangat berdebu dan tidak ada jejak kaki siapapun di rumah ini.Warga Dusun Sentani lambat laun sudah lupa dengan masalah Ningsih karena menganggap mungkin wanita ini memang mengalami halusinasi karena rindu dengan almarhum suaminya. Hingga pada suatu pagi seorang warga dusun menemukan wanita yang posisinya terga**ung di pohon besar rumah kosong ini. Setelah penduduk dusun beramai-ramai menurunkannya ternyata sosok yang terga**ung itu adalah Ningsih, wanita yang pernah mereka anggap mengalami halusinasi.Kepala dusun segera menyarankan menutupi wajah Ningsih dengan kain karena wajahnya terlihat agak mengerikan dengan mata yang melotot seakan melihat sesuatu yang sangat menakutkan dirinya sebelum ajal menjemputnya.Kejadian ini kemudian menggemparkan Dusun Sentani yang tenang itu. Sejak kejadian itu banyak warga dusun yang mengakui melihat Hantu Ningsih yang berkeliaran di Rumah Kosong itu. Kadang mereka melihatnya juga di rumah bekas tempat tinggal Ningsih.Cerita beredar dari mulut ke mulut ini membuat rumah kosong ini semakin mengerikan untuk warga dusun, apalagi sekarang rumah di sebelahnya juga sudah tidak berpenghuni. Jalanan di sekitar rumah kosong ini menjadi gelap dan sangat menyeramkan jika malam tiba. Tidak ada seorangpun warga dusun ini yang berani lagi melewati rumah kosong ini baik di siang hari maupun malam hari.
Hutan yang terletak di ujung Dusun Sentani ini ternyata menyimpan kisah misteri yang menyangkut leluhur yang pernah tinggal di dalam hutan yang kini menjadi tempat ritual untuk orang-orang yang berdatangan dari luar kota yang mencari kekayaan dan kemasyuran.Konon di dalam hutan ini tinggal siluman cantik yang bisa mengabulkan semua keinginan pemujanya yang menyediakan segala macam syarat yang diminta olehnya. Berbeda dengan tempat ritual lainnya, di hutan ini tinggal siluman harimau putih yang akan berubah menjadi gadis yang sangat cantik jika berjumpa dengan orang yang akan melakukan ritual di hutan.Leluhur Dusun Sentani pernah melakukan kesalahan dengan sembarangan menebang dan membakar hutan yang menjadi tempat tinggal siluman harimau putih ini sehingga mereka harus menuruti setiap keinginan siluman ini jika tidak ingin celaka sampai kepada keturunannya. Itulah yang membuat Hutan ini terkutuk dan tidak pernah dimasuki keturunan leluhur-leluhur yang pernah mengikrarkan janji kepad
Pada pagi yang cerah tampak seorang gadis muda memasuki Dusun Sentani dengan berjalan kaki sementara di belakang gadis ini tampak satu mobil sedan mewah mengikutinya dengan perlahan-lahan.Gadis ini tenang saja berjalan di jalanan dusun yang agak becek karena hujan sebelumnya sementara gaunnya mulai basah dan kotor terkena genangan air. Tapi tidak seperti gadis kota lainnya, dia tidak peduli dan dengan santai meneruskan perjalanannya. Gadis ini malah asyik tertawa riang berlari menghindari genangan air yang bercampur lumpur ini.“Carla, ayo masuk mobil saja..Becek banget tuh jalanan..”, teriak pemuda yang mengendarai sedan mewah ini tidak sabar mengikuti langkah gadis yang bernama Carla ini“Aku kan tidak memaksamu untuk ikut ke kampung halamanku. Kamu saja yang memaksa mengantarkan aku ke Dusun Sentani ini”, kata Carla sambil sesekali melompati genangan air“Lagian kamu kan sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dusun ini. Kenapa juga kamu harus pulang kampung La”, tanya pemuda ini la
Warung Bu Siti merupakan satu-satunya warung makan yang berada di Dusun Sentani. Warung ini sudah ada sejak Carla masih kecil. Dia sering bermain di warung ini saat mamanya pergi entah kemana, dan selalu dikasih makan sama Bu Siti si pemilik warung makan ini. Warung yang dahulu hanya gubuk reyot kini tampak mulai bagus terbuat dari papan kayu dan atap seng.“Kamu mau makan Ren? Cobain gulai ikan Bu Siti, enak banget tahu!”, kata Carla saat mereka turun dari mobil menuju warung“Boleh kalau memang enak. Aku sudah lama tidak mencoba makan makanan rumah kayak begini”, ujar Rendy“Adik-adik ini mau makan?”, tanya seorang wanita yang sudah cukup tua menyambut mereka“Bu Siti..!”, teriak CarlaWanita yang dipanggil Bu siti tampak sangat terkejut melihat munculnya Carla, Namun bukan rasa terkejut gembira yang dilihat Carla melainkan rasa khawatir karena wajah Bu Siti langsung pucat pasi.“Kenapa kamu kembali lagi ke Dusun Sentani ini Carla? Apa mamamu tahu kamu datang ke sini?”, tanya Bu Sit
Rendy yang mengendarai mobil sedannya menuju ke arah warung Bu Siti melewati jalanan yang sangat gelap sekali. Sesekali dia memainkan lampu mobilnya dengan menyalakan dan mematikan berulang-ulang kali. Hal ini dia lakukan sebagai permintaan ijin jalan kepada makhluk-makhluk tak kasat mata agar menyingkir dari jalanan. Walaupun dia tadi seperti tidak mau mendengar penjelasan Jajang tapi saran Jajang ini diturutinya juga.Kalau kata Jajang tadi, dengan mematikan dan menyalakan lampu mobil berulang kali ini membuat perjalanan aman dalam kegelapan tengah malam. Jadi itu yang sekarang dilakukan Rendy sambil mobilnya melaju menuju ke pusat dusun. Sesekali dia membunyikan klakson mobil juga untuk memberi peringatan kepada setan atau hantu penunggu jalan agar tidak tertabrak olehnya. Itu juga saran Jajang yang diturutinya.“Kenapa aku tidak menuruti saran dari Jajang tadi ya? Seharusnya aku di rumahnya saja tadi bersama Carla”, pikir Rendy menyesali keputusannyaRendy bukanlah orang yang gamp
Langkah kaki Rendy terseok-seok menyusuri jalanan dusun yang berlumpur dan basah tergenang air hujan yang turun sebelumnya. Dia merasa masih ada sesuatu yang bergelantungan di kakinya membuatnya sulit melangkah, tapi dia tidak bisa melihatnya saat ini. Satu-satunya penerangan yang ada di ponselnya juga juga sudah tidak bisa diharapkan lagi karena baterai ponselnya habis.Sejauh matanya memandang tidak terlihat sama sekali penerangan yang diharapkannya yang akan menunjukkan kalau dia sudah sampai di perkampungan yang ramai penduduk. Hanya kegelapan yang membuatnya makin sulit melangkah. Rasa letih sudah menyerang tubuhnya, namun Rendy tidak mau menyerah oleh keangkeran dusun ini. Hanya saja rasa penyesalan tidak menuruti perkataan Jajang membuatnya menderita sepanjang malam di dusun ini. Seandainya dia masih berada di rumah Jajang, tentu dia tidak akan mengalami kejadian aneh seperti ini.“Kenapa tidak ada sama sekali kehidupan di dusun ini ya?”, pikirnya. “Apa sebenarnya yang seperti
Carla yang masih bersama Jajang tetap setia menunggu kedatangan Rendy yang hendak membeli sedikit makanan untuknya, namun setelah ditunggu berjam-jam, pacarnya ini belum kembali juga.Tidak terlihat lampu mobil yang mendekati rumah Jajang. Hanya kegelapan malam yang dilihatnya di jalanan dusun ini.“Apa yang sebenarnya terjadi pada Rendy ya? Jajang bisa tidak pergi periksa keadaan Rendy?’, pinta Carla“Kalau itu Jajang tidak berani..Kan Jajang tadi sudah larang Mas Rendy pergi malam-malam ke pusat dusun, tapi Mas Rendy bandel..”, ujar Jajang“Tapi benaran kata kamu kalau di jalanan dusun ini banyak hantu jalanan kalau malam hari?”, tanya Carla“Benar atuh Carla..Masa Carla tidak percaya sama Jajang!”, kata Jajang sambil merenggut“Bukan begitu Jang..Aku cemas karena Rendy belum balik juga dari tadi. Padahal kalau pakai mobil kan sebentar saja menuju Warung Bu Siti”, jelas Carla“Jajang punya makanan tidak? Aku lapar juga nih..Tadi tidak sempat makan di Warung Bu Siti karena sifatnya ya
Carla yang mengantuk akhirnya menerima tawaran Jajang untuk menginap di rumahnya.Gadis ini diberi kunci untuk mengunci pintu kamarnya yang sebenarnya adalah kamarnya Jajang.“Kamu tidur saja dahulu,” ujar Jajang. “Besok pagi-pagi sekali aku akan mencari Mas Rendy di pusat dusun”Carla mengangukan kepalanya, kemudian memasuki kamar untuk beristirahat. "Terima kasih ya, Jajang,' ujarnya.“Kunci pintunya saja Carla,” kata Jajang sebelum Carla menutup pintu kamarnya.Jajang memenuhi janjinya kepada Carla.Pagi-pagi sekali Jajang sudah berangkat ke pusat dusun untuk mencari Rendy.Jajang menemukan mobil Rendy yang sebelumnya mogok di jalanan dusun ini, tapi Rendy tidak ada di dalam mobilnya.“Kemana ya mas Rendy?” gumam Jajang, “Kok tidak kelihatan ya sama sekali kemana mas Rendy pergi”“Jangan-jangan mas Rendy memasuki rumah kosong yang ada di dekat sini sebelum sampai ke pusat dusun,” pikir Jajang.“Rumah itu sudah kosong lama. Tidak mungkin mas Rendy nekad memasuki rumah kosong yang ad
Jajang kemudian kembali lagi ke rumahnya, khawatir nanti ibunya pulang dan terkejut melihat Carla yang sedang tidur di kamarnya.Pemuda dusun ini juga telah memutuskan tidak akan memberitahukan kejadian sebenarnya kepada Carla agar gadis ini tidak panik dan segera meninggalkan dusun.Jajang mulai menyembunyikan mobil Rendy dengan mendorongnya ke arah pepohonan yang bisa menutupi mobil ini dari pandangan luar.“Untuk sementara begini saja dahulu. Nanti kalau mas Rendy sudah sadar, aku akan mengeluarkan mobilnya lagi,” pikir Jajang.Jajang juga tidak ingin kehilangan Carla secepat itu. Jika dia memberitahukan yang sebenarnya, pasti Carla langsung menyusul Rendy ke rumah sakit dan meninggalkannya.Rumah Jajang masih sepi saat pemuda dusun ini sampai di rumahnya. Pintu kamarnya juga masih terkunci menandakan kalau Carla masih tidur.Jajang duduk di teras depan menunggu ibunya pulang, tapi masih belum kelihatan tanda-tanda kalau ibunya akan pulang.“Jajang ... sudah balik?” tanya suara yan