Share

Carla yang Misterius

Warung Bu Siti merupakan satu-satunya warung makan yang berada di Dusun Sentani. Warung ini sudah ada sejak Carla masih kecil. Dia sering bermain di warung ini saat mamanya pergi entah kemana, dan selalu dikasih makan sama Bu Siti si pemilik warung makan ini. Warung yang dahulu hanya gubuk reyot kini tampak mulai bagus terbuat dari papan kayu dan atap seng.

“Kamu mau makan Ren? Cobain gulai ikan Bu Siti, enak banget tahu!”, kata Carla saat mereka turun dari mobil menuju warung

“Boleh kalau memang enak. Aku sudah lama tidak mencoba makan makanan rumah kayak begini”, ujar Rendy

“Adik-adik ini mau makan?”, tanya seorang wanita yang sudah cukup tua menyambut mereka

“Bu Siti..!”, teriak Carla

Wanita yang dipanggil Bu siti tampak sangat terkejut melihat munculnya Carla, Namun bukan rasa terkejut gembira yang dilihat Carla melainkan rasa khawatir karena wajah Bu Siti langsung pucat pasi.

“Kenapa kamu kembali lagi ke Dusun Sentani ini Carla? Apa mamamu tahu kamu datang ke sini?”, tanya Bu Siti dengan nada yang sangat khawatir

Giliran Carla yang heran dengan warga dusun ini. Tadi wanita tua tidak dikenal yang aneh melihat kedatangannya di dusun ini dia memakluminya, tapi ini Bu Siti yang sudah dikenalnya sejak dia kecil juga bersikap aneh padanya. Kenapa warga dusun ini tidak menginginkan dirinya datang ke Dusun Sentani?

“Bu Siti kenapa sih? Aku kemari hanya ingin berziarah ke makam Bu Ningsih. Kenapa aku tidak boleh datang ke dusun ini?”

Bu Siti tampak terkulai lemas membuat Carla makin keheranan melihatnya. “Bu Siti, sebenarnya ada apa sih? Kenapa aku tidak boleh datang ke dusun ini?”

“Mungkin ini sudah takdir kali ya..jauh-jauh mamamu membawamu pergi dari Dusun Sentani. Sekarang kamu malahan kembali ke dusun ini dengan sukarela”, kata Bu Siti yang masih saja pucat pasi

“Jadi mama pindah dari Dusun Sentani ini karena aku Bu Siti? Sebenarnya ada masalah apa ya Bu di masa lalu mama sehingga harus meninggalkan Dusun Sentani ini?”, tanya Carla lagi

Lagi-lagi Carla tidak mendapatkan jawaban yang pasti dari Bu Siti. Wanita ini hanya tetap duduk terkulai lemas sambil terus menggelengkan kepalanya seakan kedatangan Carla ke Dusun Sentani merupakan bencana besar baginya.

Carla akhirnya menyerah juga dengan sikap Bu Siti yang diam seribu bahasa tidak mengubris pertanyaannya lagi.

“Lebih baik kita ke tempat lain dahulu Ren. Bu Siti jadi aneh begitu melihatku. Aku tidak tahu kesalahan apa yang telah diperbuat mama sehingga warga dusun ini tidak menyukai kedatanganku”, kata Carla begitu melihat Bu Siti masih tidak bisa diajak bicara

“Apa tidak lebih baik kita pulang saja La. Nanti kamu tanyakan sama mamamu tentang apa yang terjadi sebenarnya?”, saran Rendy

“Kamu gila! Ke sini saja aku tidak ijin sama mama. Melihat sikap warga dusun yang aneh, pasti ada kesalahan yang diperbuat mama ketika meninggalkan dusun ini”, teriak Carla

“Jadi harus bagaimana? Ada teman mamamu lagi yang mau kamu kunjungi?”, tanya Rendy lagi

“Kayaknya semua teman mama sama saja deh. Pasti aku disalahkan lagi datang ke Dusun Sentani. Bingung aku harus tanya ke siapa lagi?”, tutur Carla

“Terus saran kamu apa biar kita tahu masalah apa yang sebenarnya terjadi di Dusun Sentani ini. Kalau menurut aku sih kamu lupain saja kejadian hari ini dan kembali lagi di kehidupan biasa di kota”, saran Rendy lagi

Tiba-tiba Carla teringat teman masa kecilnya Jajang yang sering bermain dengannya. “Aku punya teman waktu kecil, namanya Jajang. Coba kita ke rumahnya yuk, mungkin saja dia punya jawaban atas semua kemisteriusan ini”, ajak Carla

“Kamu tahu rumahnya La?”

“Rumahnya tidak jauh dari rumah besar di ujung dusun ini. Aku dulu sering main ke rumah Bu Ningsih yang di ujung jalan dusun ini bersama Jajang. Semoga saja dia masih tinggal di sana”, harap Carla

"Ya sudah kalau maunya kamu begitu La. Tapi janji ya kalau sudah dapat jawaban kita pulang saja ke kota. Lama-lama di sini kok aku jadi merinding ya"

Mobil sedan ini melaju kencang menuju ujung dusun. Hari sudah sore saat mereka tiba di sebuah rumah kecil dari papan kayu tidak jauh dari rumah kosong dekat ujung dusun. 

Carla bergegas menuju rumah ini dan mengetuk pintu. “Permisi, apa ini rumahnya Jajang?”, sapa Carla

“Sebentar!”, terdengar jawaban dari dalam rumah ini

Pintu dibuka oleh pria kurus hitam tapi masih kelihatan ketampanannya. “Ini Carla bukan? Kemana saja sobat?”, tanya pria ini yang kaget dengan kedatangan Caarla yang tiba-tiba

“Jajang..Kamu masih tidak berubah dari kecil, tetap hitam..hehehe”, tegur Carla

“Sebenarnya aku ke sini mau menanyakan sesuatu sama kamu Jang”, lanjutnya

“Memangnya Carla mau nanya apa ke Jajang?”, tanya pria ini yang masih merasa kaget dengan kedatangan Carla ini

“Aku bingung dengan warga dusun ini terutama Bu Siti. Kamu tahu kan Bu Siti yang punya warung di pusat dusun ini? Bu Siti merasa aku seharusnya tidak boleh datang ke Dusun Sentani ini. Kamu tahu kenapa Jang?”

“Kalau itu Jajang tidak tahu. Mungkin Carla bisa tanya ke ibu nanti. Hari sudah mau malam. Saran Jajang kalian menginap di rumah Jajang saja karena jalanan di Dusun Sentani sekarang menyeramkan dan ada hantunya sejak kejadian Bu Ningsih”, kata Jajang

“Mana mungkin ada hantu sekarang bang”, kata Rendy yang tidak percaya dengan ucapan Jajang

“Oh iya Carla. Aku mau beli makanan dahulu di warung Bu Siti. Kamu mau titip apa?”, tanya Rendy

“Jangan lewat jalan dusun ini kalau malam Mas Rendy. Sekarang kalau malam warga tidak ada yang keluar. Warung Bu Siti juga sudah tutup kalau malam. Ibu sepertinya tidak jadi pulang malam ini. Kalian menginap di sini saja. Bahaya kalau keluar malam-malam begini”, pesan Jajang

Rendy tidak mengubris larangan Jajang karena menurutnya itu akal-akalan pemuda ini saja. “Kamu ikut tidak La?”, tanyanya

“Aku di sini saja sama Jajang”, jawab carla

“Kalau Mas Rendy tetap mau ke pusat desa, ingat ya selalu bunyikan klakson dan sesekali saja nyalakan lampu mobil untuk menghapal jalan, setelah itu jalan dalam kegelapan saja. Tapi tetap saran dariku jangan keluar ke jalanan dusun ini kalau sudah malam”, saran Jajang

“Aku jalan dahulu La. Kali saja warung makan tadi masih buka. Lapar perut belum makan dari tadi”, kata Rendy yang menuju ke arah mobilnya

Carla melihat Jajang mendekati mobil Rendy dan berbicara serius dengannya agak lama. Rendy hanya mengangukan kepalanya kemudian mulai menyalakan mesin mobilnya.

Perlahan-lahan mobil sedan Rendy meninggalkan rumah kayu Jajang menuju ke pusat desa.

“Semoga temanmu ini tidak mengalami kejadian aneh di jalan dusun”

“Memangnya ada apa di jalanan dusun ini Jang?”, tanya Carla lagi yang sepertinya tidak mendengar penjelasan Jajang sebelumnya

“Sejak kejadian Bu Ningsih itu, dusun ini jadi aneh dan menyeramkan. Jalanan dusun jadi banyak hantunya kalau malam sudah menjelang, yang sering disebut warga dusun ini sebagai Hantu Jalanan”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status