Share

Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku
Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku
Author: Ida Saidah

Part 1

[La, tolong transfer uang lima puluh juta ke nomor rekening Mas sekarang ya.]

Aku mengernyitkan dahi membaca pesan singkat dari suami. Untuk apa dia meminta uang dalam jumlah banyak seperti itu?

[Untuk apa, Mas?] Send, Mas Arya.

[Aku butuh banget. Ibu sakit.]

[Sakit apa, Mas? Aku ke Jakarta nyusul kamu aja ya? Sekalian pengen liat Ibu.]

[Nggak usah, La. Kamu juga ‘kan keadaannya sedang kurang sehat. Di rumah saja, nanti uangnya tolong ditransfer. Jangan pake lama, soalnya butuh banget.]

[Oke.]

Aku menatap layar gawai, ada sedikit rasa khawatir karena setahuku Ibu memang memiliki riwayat penyakit gula, dan bisa kambuh kapan saja.

Tapi, kok tumben sekali suami meminta uang sebanyak ini kepadaku? Biasanya semua masalah akan dia tangani sendiri dan tidak pernah melibatkan diriku sama sekali. Apa mungkin Mas Arya sedang sangat kesulitan di Jakarta?

“Ada apa, Nok?” Aku terkesiap ketika tiba-tiba seseorang mengusap lembut bahuku.

Dia adalah Bi Sarni—orang yang membantu merawatku sejak kecil, apalagi setelah kecelakaan yang menimpaku beberapa tahun yang lalu sehingga membuat kaki ini cedera dan tidak bisa berjalan.

“Mas Arya kirim pesan ke saya. Katanya Ibu sakit dan butuh uang. Menurut Bibi, sebaiknya saya ke sana atau transfer saja ya? Soalnya perasaan saya itu tiba-tiba nggak enak banget. Nggak tau kenapa perasaan saya itu gelisah banget, Bi. Kaya deg-degan terus. Mas Arya juga ‘kan udah beberapa hari ini tidak pulang.”

“Kalau begitu kita ke Jakarta saja, Nok. Kita nyusul suami kamu.”

Aku mengangguk setuju.

Bi Sarni segera mengemasi barang-barang yang hendak dibawa ke Jakarta, sementara aku mencoba membantu sebisa mungkin, karena gerakkanku memang terbatas. Entah kapan kaki ini bisa kembali normal, sebab sudah berkali-kali terapi tapi masih belum ada perubahan. Padahal, kata dokter yang menangani dulu, aku bisa kembali berjalan normal jika rajin terapi.

Selepas subuh aku berangkat menyusul suami tanpa sepengetahuan darinya, berniat ingin memberikan kejutan kepada Mas Arya. Pasti dia seneng banget melihatku tiba-tiba sudah berada di depan mata.

Hingga pukul sembilan siang, mobil yang mengantarku sampai di gang kompleks yang ditinggali ibu mertua dan aku lihat seperti sedang ada acara besar di sana. Ada pelaminan juga di halaman rumah ibu, juga tenda yang terlihat lumayan mewah.

Siapa yang menikah? Sebab setahuku, semua anak-anak Ibu berkeluarga bahkan sudah memiliki anak semua.

Pak Karyo menepikan mobil di sebuah lahan kosong sesuai arahan hansip yang bertugas. Aku menurunkan kaca mobil, melihat sekilas siapa yang sedang duduk di atas kursi pelaminan. Mas Arya dan seorang perempuan cantik tengah duduk sambil tersenyum bahagia dan sesekali saling memandang.

Ada Ibu juga di sana bersama tiga orang anak yang lainnya, dan mereka semua terlihat begitu bahagia.

Ya Allah ... Benarkah dia suamiku? Tega sekali dia menghianati cintaku.

“Pak, maaf numpang tanya. Siapa yang menikah?” tanyaku kepada Pak Hansip, untuk memastikan.

“Anaknya Bu Haryanti, Mbak. Mas Arya namanya,” jawab si Hansip sambil tersenyum sopan.

“Oke, terima kasih.”

“Sama-sama, Mbak.”

Aku memotret suami serta istri barunya yang tengah duduk manis sambil saling melempar senyum di pelaminan lalu menjadikannya story di w******p-ku, supaya Mas Arya tahu kalau aku sudah mencium pengkhianatan yang sudah dia lakukan. Aku juga tidak akan mengirimkan uang walaupun hanya seperak, biar dia kelimpungan mencari sendiri buat biaya pernikahannya yang megah itu.

Enak saja. Dia telah berkhianat, berani membagi cintanya tapi, aku yang harus memodalinya juga.

Aku kepingin tahu, apakah dia mampu membayar semua itu? Dan aku juga pengen lihat seperti apa reaksinya nanti setelah melihat story di w******p-ku.

Meskipun aku cacat tapi aku tidak terima diperlakukan seperti itu. Aku tidak mentolerir pengkhianatan. Aku masih bisa hidup sendiri juga mandiri. Toh, selama ini juga punya suami hanya di atas kertas doang. Dia jarang pulang, apalagi mendatangi diriku.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Nunung Nurhayati
good women... kita harus punya prisip... salutttt
goodnovel comment avatar
Yanto Yanto
bagus lah penghianat harus dikasih pelajaran
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status