Share

Rayuan cinta mantan suami
Rayuan cinta mantan suami
Author: Kalana senja

bab 1

"Mam, ada ayah di depan mau ngajak berangkat bareng katanya!"

Liam datang ke kamar Raya mengatakan itu padanya.

Liam adalah putra tunggal Raga dan Raya,kedua orang tuanya berpisah 2 tahun lalu. Usia Liam sekarang 8 tahun.

Pada saat awal perpisahan dulu, Liam ikut neneknya dari pihak Raga. Baru setahun belakangan ini Raya meminta Liam untuk tinggal bersamanya.

Raga dan Raya memang berpisah, tapi mereka bekerja di tempat yang sama. Raga bahkan meminta secara Langsung pada pimpinannya untuk menjadikan Raya sekertaris pribadi Raga. Berpisah karena alasan sudah tak sejalan membuat mereka memutuskan tetap menjalin hubungan baik selama ini.

"Ck... ngapain sih pake bareng segala? Kan mami bisa berangkat sendiri. Udah suruh aja anterin kamu ke sekolah sana!"

"Mami lupa kalo ini masih liburan? Hari ini kan aku mau di jemput oma buat temenin oma ke peternakan. Lumayan Mam dapat sepatu bola baru aku nanti, hehehe...!"

Nampaknya saking seringnya bersama mantan suaminya, Raya bahkan lupa jadwal anaknya sekarang.

Saat ini masih libur panjang anak sekolah, jadi kegiatan Liam hanya menemani oma-opa atau kakek-neneknya bergantian. Dan jangan lupa tiada yang gratis dalam hidup Liam. Ajaran Raya sangat melekat di otaknya.

"Ekhem...." Raya berdehem di ujung tangga yang langsung menghadap meja makan.

"Ehh udah siap? Bentar habisin nasi goreng Liam dulu!"

Raya memutar bola matanya malas.

Selalu seperti ini. Raga yang datang ke rumahnya pagi buta, lalu dengan tenangnya ikut sarapan bersama dan mengajak berangkat bersama sambil mengantar Liam ke sekolahnya.

Rumah kedua orang tua mereka berdekatan, setelah menikah pun mereka juga membeli rumah di daerah itu. Sekarang setelah berpisah, Raga meminta Raya tetap tinggal di rumah yang lama, dan Raga membeli rumah tepat di hadapan rumah lama mereka. Entah apa alasannya.

"Padahal kamu nggak perlu susah-susah jemput ke sini. Aku bisa berangkat pulang sendiri tau kak?" komentar Raya.

"Ya kan biar cepet. Lagian kita searah sekantor, terus nanti di kantor kita juga pergi sama-sama lagi kan!" jawab Raga masih mengunyah.

"Jujur deh kak, kamu kan yang minta Om Nando buat jadiin aku sekertaris kamu?"

"Dihh ... pede banget kamu dek! Sebenarnya tanpa kamu aku bisa meng-handle semuanya!" bela Raga dengan wajah sok galak.

"Ya terus bilang dong sama Om Nando buat balikin aku ke posisi awal lagi!"

"Udah deh terima aja. Lagian gaji kamu 3 kali lipat dari yang awal, belum lagi semua bonus."

"Aku nggak minta ya soal bonus-bonus itu, kamu yang nawarin sendiri buat aku. Ya kalo nggak ikhlas balikin posisi awal akunya!"

Raya tak terima dengan semua ucapan itu. Ia masih tak percaya dengan tindakan Raga satu tahun ini.

"Ayah, mami, Liam berangkat dulu ya. Udah di jemput oma di luar!" Suara Liam yang berada di depan tv terdengar sampai dapur.

Raya lalu bangkit menghampiri Liam.

"Salim dulu sama ayah dong nak!"

Liam menuju dapur menghampiri Raga yang sedang menghabiskan teh manisnya.

"Yah.. aku mau berangkat ya?" Katanya sambil meraih tangan Raga.

"Iya hati-hati ya nak. Jangan lupa misi kita kemarin?"

"Oke siap ayah!"

Bocah laki-laki yang sangat amat mirip dengannya itu tersenyum, lalu mengangkat jempol tangannya. Mereka saling merangkul menuju depan.

"Yuk dek sekalian berangkat!"

"Padahal habis pulang kantor aku mau jalan sama radit nonton. Kalo berangkatnya sama kakak kan pasti pulangnya harus sama kakak juga!"

"Udah deh ntar nonton kakak yang temani, semuanya kakak yang bayarin!"

Raga masih selalu ingat sifat Raya yang satu ini. Tidak ada yang gratis untuk Raya. Raya suka uang. Ia merasa akan hidup tenang jika saldo tabungannya membengkak.

Makanya ia harus memanfaatkan situasi dan kondisi yang membuat ia tak mengeluarkan uang untuk kebutuhannya.

"Beneran ya? Sekalian beliin krim malam aku dong kakak ganteng!" Raya merangkul lengan mantan suaminya menuju mobil .

"Kenapa jadi kemana-mana nih?"

"Kalo mau berbuat baik jangan setengah-setengah, Harus full biar barokah. Ntar aku doa'in kakak ketemu sama bu Gendis deh!"

Bu Gendis adalah manager pemasaran yang di kabarkan dekat dengan Raga, bahkan mereka sering makan berdua di kantin.

"Kenapa jadi bu Gendis sih dek,semua ini nggak ada hubungannya sama orang lain!"

"Kita juga orang lain,tapi kakak selalu dan hampir tiap hari berhubungan sama aku?" jawab Raya enteng.

"Kamu beda. Kamu bukan orang lain, kamu ibunya LIam!"

"Tapi aku mantan istri kamu. Harusnya hubungan kamu tuh cuma sama Liam aja, bukan sama aku juga!"

"Kamu ibunya Liam, Raya!" Raga mengeraskan suara membuat Raya terdiam dan menoleh ke samping kaca.

Hening melingkupi mereka sampai mereka tiba di kantor.

***

Selesai meeting, Raga dan Raya nampak berjalan bersisian tapi tetap dalam keadaan diam. Bahkan saat di lift, Raya tak menjawab apapun pertanyaan Raga yang tak berhubungan dengan pekerjaan.

Saat sampai koridor ruangan mereka bertemu Bu Gendis. Ia mengajak Raga untuk makan siang sambil beralasan tentang pembahasan meeting tadi.

Hanya Raga yang di ajak, Raya yang berada di belakangnya tak pernah dianggap.

"Permisi bisa minggir sebentar?" Raya membuka suara setelah dari tadi diam mendengarkan percakapan mereka.

Bu Gendis minggir memberi jalan untuk Raya sambil menghentakkan kakinya.

Raga sigap membuka pintu ruangan untuk Raya. "Raya kamu nggak makan siang atau mau nanti sekalian di bungkusin aja?"

Raga bertanya pada Raya, namun yang ditanya hanya diam membisu duduk di tempatnya. Raya terus bermain dengan gawainya. Raga menghela nafas lelah lalu menutup pintu ruangan dan meninggalkan Raya.

Setelah mengetahui bahwa mereka telah pergi, Raya meletakkan gawainya berpindah ke laptopnya untuk melihat drakor kesukaannya.

"Kalo udah cerai ya cerai aja, nggak sih? Nggak perlu sok perhatian lagi bikin susah move on aja!" Raya mulai menggerutu sendiri sambil nonton.

"Tiap hari ngajak berangkat bareng, pulang bareng ,sarapan makan malam bareng, nggak inget apa gimana dia talak gue dulu!"

"Untung aja masih bisa diporotin. Bodo amat habis ini dia miskin, lagian kan gue morotin bukan buat gue sendiri, buat anak dia juga!"

Segala kecamuk dalam hati Raya hanya bisa ungkapkan dalam hati, lama ia melamun membuat ia mengantuk dan menjatuhkan kepalanya perlahan di meja kerjanya.

***

Raga masuk sambil membawa sekotak makan siang untuk Raya. Namun yang dia lihat Raya tertidur di meja kerjanya dengan laptop yang menyala.

Lama Raga pandangi wajah cantik mantan istrinya. Semakin terlihat dewasa dan matang, tapi itu tak berlaku untuk sifat dan sikapnya.

Mantan istrinya ini sangat manja dan cinta uang. Dulu saat Raga memutuskan berpisah, dengannya bukanya mempertanyakan alasannya apa, Raya malah bertanya tentang harta gono-gini. Ia juga memintanya mencarikan pekerjaan sebelum bercerai.

Sejak dulu mereka bertetangga, Raya anak teman mamanya yang sering dibawa ke rumah karna orang tua Raga sangat menginginkan anak perempuan. Mereka sama-sama anak tunggal, dan Raya 5 tahun di bawah Raga.

Mengenal Raya dari kecil membuatnya mudah memahami wataknya. Saat itu, Raga memutuskan berpisah karna ia merasa jenuh dengan semua sikap Raya. Ia merasa tak bisa bebas dengan hidupnya.

Selama masa perpisahan Raga merasa hidupnya lebih tak bergairah lagi, apalagi semua orang menjauhinya. Liam bahkan enggan bertemu dengannya.

Raga masih mengamatinya,merasakan penyesalan yang tak pernah dapat ia ungkap pada Raya, Ia ingin Raya kembali padanya, ia ingin Raya yang mengejar dan memohon padanya, nyatanya hingga sekarang Raya tak mengatakan apa-apa bahkan sangat enggan jika harus berurusan dengannya.

Raga bangkit mengunci pintu, lalu menggendong Raya membawa tubuhnya di kursi panjang yang tersedia. Ia membiarkan Raya tertidur.

"Huh...Ya ampun...!!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status