"Mam, ada ayah di depan mau ngajak berangkat bareng katanya!"
Liam datang ke kamar Raya mengatakan itu padanya.Liam adalah putra tunggal Raga dan Raya,kedua orang tuanya berpisah 2 tahun lalu. Usia Liam sekarang 8 tahun.Pada saat awal perpisahan dulu, Liam ikut neneknya dari pihak Raga. Baru setahun belakangan ini Raya meminta Liam untuk tinggal bersamanya.Raga dan Raya memang berpisah, tapi mereka bekerja di tempat yang sama. Raga bahkan meminta secara Langsung pada pimpinannya untuk menjadikan Raya sekertaris pribadi Raga. Berpisah karena alasan sudah tak sejalan membuat mereka memutuskan tetap menjalin hubungan baik selama ini."Ck... ngapain sih pake bareng segala? Kan mami bisa berangkat sendiri. Udah suruh aja anterin kamu ke sekolah sana!""Mami lupa kalo ini masih liburan? Hari ini kan aku mau di jemput oma buat temenin oma ke peternakan. Lumayan Mam dapat sepatu bola baru aku nanti, hehehe...!"Nampaknya saking seringnya bersama mantan suaminya, Raya bahkan lupa jadwal anaknya sekarang.Saat ini masih libur panjang anak sekolah, jadi kegiatan Liam hanya menemani oma-opa atau kakek-neneknya bergantian. Dan jangan lupa tiada yang gratis dalam hidup Liam. Ajaran Raya sangat melekat di otaknya."Ekhem...." Raya berdehem di ujung tangga yang langsung menghadap meja makan."Ehh udah siap? Bentar habisin nasi goreng Liam dulu!"Raya memutar bola matanya malas.Selalu seperti ini. Raga yang datang ke rumahnya pagi buta, lalu dengan tenangnya ikut sarapan bersama dan mengajak berangkat bersama sambil mengantar Liam ke sekolahnya.Rumah kedua orang tua mereka berdekatan, setelah menikah pun mereka juga membeli rumah di daerah itu. Sekarang setelah berpisah, Raga meminta Raya tetap tinggal di rumah yang lama, dan Raga membeli rumah tepat di hadapan rumah lama mereka. Entah apa alasannya."Padahal kamu nggak perlu susah-susah jemput ke sini. Aku bisa berangkat pulang sendiri tau kak?" komentar Raya."Ya kan biar cepet. Lagian kita searah sekantor, terus nanti di kantor kita juga pergi sama-sama lagi kan!" jawab Raga masih mengunyah."Jujur deh kak, kamu kan yang minta Om Nando buat jadiin aku sekertaris kamu?""Dihh ... pede banget kamu dek! Sebenarnya tanpa kamu aku bisa meng-handle semuanya!" bela Raga dengan wajah sok galak."Ya terus bilang dong sama Om Nando buat balikin aku ke posisi awal lagi!""Udah deh terima aja. Lagian gaji kamu 3 kali lipat dari yang awal, belum lagi semua bonus.""Aku nggak minta ya soal bonus-bonus itu, kamu yang nawarin sendiri buat aku. Ya kalo nggak ikhlas balikin posisi awal akunya!"Raya tak terima dengan semua ucapan itu. Ia masih tak percaya dengan tindakan Raga satu tahun ini."Ayah, mami, Liam berangkat dulu ya. Udah di jemput oma di luar!" Suara Liam yang berada di depan tv terdengar sampai dapur.Raya lalu bangkit menghampiri Liam."Salim dulu sama ayah dong nak!"Liam menuju dapur menghampiri Raga yang sedang menghabiskan teh manisnya."Yah.. aku mau berangkat ya?" Katanya sambil meraih tangan Raga."Iya hati-hati ya nak. Jangan lupa misi kita kemarin?""Oke siap ayah!"Bocah laki-laki yang sangat amat mirip dengannya itu tersenyum, lalu mengangkat jempol tangannya. Mereka saling merangkul menuju depan."Yuk dek sekalian berangkat!""Padahal habis pulang kantor aku mau jalan sama radit nonton. Kalo berangkatnya sama kakak kan pasti pulangnya harus sama kakak juga!""Udah deh ntar nonton kakak yang temani, semuanya kakak yang bayarin!"Raga masih selalu ingat sifat Raya yang satu ini. Tidak ada yang gratis untuk Raya. Raya suka uang. Ia merasa akan hidup tenang jika saldo tabungannya membengkak.Makanya ia harus memanfaatkan situasi dan kondisi yang membuat ia tak mengeluarkan uang untuk kebutuhannya."Beneran ya? Sekalian beliin krim malam aku dong kakak ganteng!" Raya merangkul lengan mantan suaminya menuju mobil ."Kenapa jadi kemana-mana nih?""Kalo mau berbuat baik jangan setengah-setengah, Harus full biar barokah. Ntar aku doa'in kakak ketemu sama bu Gendis deh!"Bu Gendis adalah manager pemasaran yang di kabarkan dekat dengan Raga, bahkan mereka sering makan berdua di kantin."Kenapa jadi bu Gendis sih dek,semua ini nggak ada hubungannya sama orang lain!""Kita juga orang lain,tapi kakak selalu dan hampir tiap hari berhubungan sama aku?" jawab Raya enteng."Kamu beda. Kamu bukan orang lain, kamu ibunya LIam!""Tapi aku mantan istri kamu. Harusnya hubungan kamu tuh cuma sama Liam aja, bukan sama aku juga!""Kamu ibunya Liam, Raya!" Raga mengeraskan suara membuat Raya terdiam dan menoleh ke samping kaca.Hening melingkupi mereka sampai mereka tiba di kantor.***Selesai meeting, Raga dan Raya nampak berjalan bersisian tapi tetap dalam keadaan diam. Bahkan saat di lift, Raya tak menjawab apapun pertanyaan Raga yang tak berhubungan dengan pekerjaan.Saat sampai koridor ruangan mereka bertemu Bu Gendis. Ia mengajak Raga untuk makan siang sambil beralasan tentang pembahasan meeting tadi.Hanya Raga yang di ajak, Raya yang berada di belakangnya tak pernah dianggap."Permisi bisa minggir sebentar?" Raya membuka suara setelah dari tadi diam mendengarkan percakapan mereka.Bu Gendis minggir memberi jalan untuk Raya sambil menghentakkan kakinya. Raga sigap membuka pintu ruangan untuk Raya. "Raya kamu nggak makan siang atau mau nanti sekalian di bungkusin aja?"Raga bertanya pada Raya, namun yang ditanya hanya diam membisu duduk di tempatnya. Raya terus bermain dengan gawainya. Raga menghela nafas lelah lalu menutup pintu ruangan dan meninggalkan Raya.Setelah mengetahui bahwa mereka telah pergi, Raya meletakkan gawainya berpindah ke laptopnya untuk melihat drakor kesukaannya."Kalo udah cerai ya cerai aja, nggak sih? Nggak perlu sok perhatian lagi bikin susah move on aja!" Raya mulai menggerutu sendiri sambil nonton."Tiap hari ngajak berangkat bareng, pulang bareng ,sarapan makan malam bareng, nggak inget apa gimana dia talak gue dulu!""Untung aja masih bisa diporotin. Bodo amat habis ini dia miskin, lagian kan gue morotin bukan buat gue sendiri, buat anak dia juga!"Segala kecamuk dalam hati Raya hanya bisa ungkapkan dalam hati, lama ia melamun membuat ia mengantuk dan menjatuhkan kepalanya perlahan di meja kerjanya.***Raga masuk sambil membawa sekotak makan siang untuk Raya. Namun yang dia lihat Raya tertidur di meja kerjanya dengan laptop yang menyala.Lama Raga pandangi wajah cantik mantan istrinya. Semakin terlihat dewasa dan matang, tapi itu tak berlaku untuk sifat dan sikapnya.Mantan istrinya ini sangat manja dan cinta uang. Dulu saat Raga memutuskan berpisah, dengannya bukanya mempertanyakan alasannya apa, Raya malah bertanya tentang harta gono-gini. Ia juga memintanya mencarikan pekerjaan sebelum bercerai.Sejak dulu mereka bertetangga, Raya anak teman mamanya yang sering dibawa ke rumah karna orang tua Raga sangat menginginkan anak perempuan. Mereka sama-sama anak tunggal, dan Raya 5 tahun di bawah Raga.Mengenal Raya dari kecil membuatnya mudah memahami wataknya. Saat itu, Raga memutuskan berpisah karna ia merasa jenuh dengan semua sikap Raya. Ia merasa tak bisa bebas dengan hidupnya.Selama masa perpisahan Raga merasa hidupnya lebih tak bergairah lagi, apalagi semua orang menjauhinya. Liam bahkan enggan bertemu dengannya.Raga masih mengamatinya,merasakan penyesalan yang tak pernah dapat ia ungkap pada Raya, Ia ingin Raya kembali padanya, ia ingin Raya yang mengejar dan memohon padanya, nyatanya hingga sekarang Raya tak mengatakan apa-apa bahkan sangat enggan jika harus berurusan dengannya.Raga bangkit mengunci pintu, lalu menggendong Raya membawa tubuhnya di kursi panjang yang tersedia. Ia membiarkan Raya tertidur."Huh...Ya ampun...!!"
"Huh...Ya ampun...!!" Terdengar suara Raya yang membuat Raga langsung menoleh ke sumber suara tersebut. Raya sudah bangun dan langsung bangkit melepaskan jas yang menutupi kakinya, lalu menuju toilet.Raga Masih berpura-pura sibuk dengan kertas-kertas yang ada di hadapannya."Udah bangun, makan dulu sana...aku bawain nasi sambal ijo kesukaan kamu!" Raga membuka percakapan dengan Raya. Tadi ia memang memesan makanan kesukaan Raya saat makan siang. Ia suruh satpam untuk menyimpannya terlebih dulu. Raya hanya diam tak menanggapi lalu duduk melanjutkan pekerjaannya yang sudah selesai Raga kerjakan tadi.Raga menghela nafas lelah, jika sudah mode seperti ini memang lebih baik jangan di ajak bicara dahulu.Ia biarkan Raya melakukan sesukanya. Entah kenapa setelah menjadi mantan Raga semakin tak ingin jauh dari Raya. Jika dulu Raya yang akan lebih sering mengajaknya berbicara, sekarang malah kebalikannya.Pukul 4.30 Raya sudah bersiap membereskan pekerjaannya begitu pula dengan Raga, Ray
Semalam Liam menelpon Raya jika ia akan menginap beberapa hari lagi di bandung menemani oma dan opa nya.Akhirnya pagi ini ia bisa sedikit bersantai di meja makan tanpa harus memasak sarapan terlebih dahulu. Putranya itu lebih suka makan makanan berat saat sarapan persis seperti ayahnya, berbeda dengannya yang lebih menyukai sereal atau roti panggang saja.Hari ini ia berencana untuk berangkat lebih pagi, agar dapat menjauhi Raga. Saat membuka gerbang ia di kejutkan Raga yang sudah siap di pintu gerbang rumahnya sambil menenteng bungkusan plastik berlogo skincare terkenal yang biasa Raya pakai.Raga buru-buru datang menyerahkan bungkusan tadi pada Raya."Dek... kakak udah pesenin kemarin pas pulang kantor. Kakak nggak tahu yang mana yang kamu butuhkan jadi kakak beli aja semuanya!"Raya masih berdiri tanpa membalas ucapan Raga. Ia hanya memandang sekilas lalu berlalu masuk pada mobilnya."dek ...please jangan diam terus kakak pusing hadepin kamu yang kaya gini!" Raga mencekal lengan
Semalam setelah makan malam sendirian, Raya menelpon Liam, menanyakan kabar dan kegiatan putranya. Biasanya saat santai seperti ini Raya akan menemani Liam mengerjakan tugas sekolahnya bersama Raga yang selalu datang meskipun tak pernah di undang.Raga akan datang sendiri. Dibanding di rumahnya, Raga lebih sering menghabiskan waktu di rumah mantan istrinya bersama putra mereka. Rumahnya hanya sekedar tempat singgah untuk tidur dan mandi.Hari ini Sabtu, kantor mereka libur. Raya sudah bangun sejak habis subuh tadi. Menjadi single kembali bukan berarti membuat ia malas, apalagi ia tak mempunyai asisten rumah tangga, meskipun berkali-kali Raga menawarkan itu untuknya.Saat Raya sedang mengatur bunga-bunga kesayangannya, Raga baru saja membuka jendela kamarnya yang berada di lantai atas rumahnya. Raga melihat mantan istrinya sudah cantik dan segar membuat ia buru-buru mandi untuk bergegas menghampirinya.Ia tak ingin di abaikan Raya lagi apalagi kemarin ia hanya memegang uang 200 ribu sa
***Setelah pertemuan Raya dan Vika kemarin, Raga nampak berpikir keras berusaha mengingat kembali siapa Vika. Namun sepertinya untuk saat ini daya ingatnya belum bisa di ajak kerjasama.Hari ini masih hari libur bekerja, semalam seusai makan malam Raga meminta Raya untuk menemaninya menjemput Liam di bandung. Putranya sudah menerornya untuk minta di jemput.Liam tak ingin pulang bersama Oma dan Opanya karena mereka masih lama di peternakan dan lagi Liam sudah mendapatkan apa yang dia mau.Pukul 10 siang Raya sudah bersiap di teras rumah Raga, menunggu Raga yang entah sedang menyiapkan apalagi."Kak....lama banget sih!" Teriak Raya dari teras."Iya bentar ini lagi cari sepatu, aku cocoknya pake sepatu yang mana dek?" Raga menghampiri Raya sambil membawa 2 pasang sepatu. Raya mendongak melihat tampilan Raga, cukup terkesima sebenarnya tapi ia harus pandai menutupi kekagumannya terhadap mantan suaminya itu."Yang putih aja, lagian kan yang navi udah sering banget di pake, nggak takut t
Raga dan Raya sudah sampai dari satu jam yang lalu, Raga sudah beristirahat di kamar sang putra, sedang Raya berada di kamarnya sendiri, Raya sudah terlelap dari semenjak membersihkan dirinya tadi. Saat ini Raga masih menemani Liam yang sedang sibuk dengan permainan di komputernya."Mami lagi marah ya sama ayah?""Marah kenapa? emang mami kenapa?" Raga pura-pura tak mengerti keadaan Raya, padahal semua orang tahu jika Raya mungkin sedang menahan kesal pada Raga."Dari tadi dateng mami, jutek terus mukanya, nggak banyak omong kayak biasanya, aku nggak suka mami jutek terus ?" Liam mengakhiri permainan nya dan menuju ranjang lalu berbaring miring di samping sang ayah, Raga mengusap pelan kepala putranya yang berada tepat di bawah dadanya, bahkan kaki Liam melilitnya erat."Aku tahu loh ayah, kalo mami pas malam suka diem sendiri lihatin foto aku sama ayah yang di kamar aku, tapi aku biarin aja soalnya udah ngantuk!" "Oh ya..? ngapain lihatin foto ayah sama Liam?""Ya nggak tahu, tapi
Sekarang sudah malam, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam namum Raga dan keluarganya belum juga sampai. Padahal jika di hitung dari awal mereka berangkat harusnya mereka sudah sampai 2 jam lalu.Ibu Raga bahkan sudah 2 kali menelpon Raya menanyakan keberadaan mereka, alasan mereka belum juga sampai karna tadi di tengah perjalanan ada kecelakaan antara bus dan sepeda motor, mengakibatkan jalanan macet parah.Liam juga sempat merengek karena sudah capek, karna hampir 3 jam duduk di dalam mobil, perjalanan masih jauh kurang lebih 2 jam lagi mereka akan sampai, sebenarnya Raya juga sudah merasa sangat lelah namun ia tetap menahan, ia pikir lebih lelah Raga yang harus mengemudi tanpa mau di gantikan olehnya."Kalau adek ngantuk tidur aja! nanti pas udah dekat kakak bangunin!" Raga melirik sekilas Raya yang terlihat matanya sudah memerah."Ehmm..iya!!" Setelah menjawab Raya langsung menutup matanya dan Raga melanjutkan mengemudi dengan fokus.Baru 15 menit Raya tertidur, ada suara dering po
Yang pertama kali bangun adalah Raya, ia terkejut saat pertama kali membuka mata yang di lihatnya adalah Raga yang tidur menghadap dirinya dan tangannya yang melingkar di perut.Sebenarnya ia mau marah, tapi mengingat Raga semalam yang bahkan tidak istirahat mengemudi ia menjadi sedikit kasihan. Ia pindahkan perlahan tangan Raga lalu turun pelan-pelan.Ia menghampiri Liam yang masih terlelap lalu meletakkan tangannya di atas kening sang putra, setelah di rasa cukup membaik ia lalu ke kamar mandi membersihkan diri. Selesai mandi ia masih menggunakan pakaian yang sama karna hanya Liam saja yang membawa beberapa baju ganti, Raga pun tak membawa.Saat Raya keluar ia melihat Raga sedang berbaring di samping Liam sambil memeluk anaknya mungkin menidurkan kembali. Liam ini akan bersikap lebih manja jika sedang tak enak badan."Kenapa?" Raya bertanya setengah berbisik takut menganggu tidur Liam."Lagi manja anaknya, udah biar tidur dulu, masih setengah 6 nanti aja pas sarapan baru di bangunin!
Sarapan sudah datang, Liam juga sudah selesai mandi dan sudah berpakaian lengkap, saat ini putra raga itu sedang berbaring santai di ranjangnya sambil melihat tayangan kartun yang ada di televisi hotel.Liam tidak mau sarapan sendiri, padahal makanan sudah datang sejak 15menit yang lalu, sekarang ia sedang menunggu maminya yang sedang mengambil pakaian ganti ayahnya yang berada di mobil.Tadi setelah Liam selesai mandi Raga berteriak memanggil Raya untuk mengambil pakaian ganti yang ada di bagasi mobil, Raya tidak tahu jika Raga membawa baju ganti makanya semalam ia hanya membawa baju ganti milik Liam saja.Menunggu 10 menit akhirnya pintu terbuka menampakkan mami nya yang sedang membawa paper bag yang pasti berisi pakaian ayahnya."Kok belum sarapan sih nak, udah mami siapin lho itu di piring, keburu dingin nanti!" Liam hanya bergumam tak jelas matanya masih fokus pada televisi."Kak ini bajunya aku taruh meja kamar mandi cepetan di ambil!" Bukannya tak mau mengantarkan sampai dalam