Share

bab 7

Sekarang sudah malam, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam namum Raga dan keluarganya belum juga sampai. Padahal jika di hitung dari awal mereka berangkat harusnya mereka sudah sampai 2 jam lalu.

Ibu Raga bahkan sudah 2 kali menelpon Raya menanyakan keberadaan mereka, alasan mereka belum juga sampai karna tadi di tengah perjalanan ada kecelakaan antara bus dan sepeda motor, mengakibatkan jalanan macet parah.

Liam juga sempat merengek karena sudah capek, karna hampir 3 jam duduk di dalam mobil, perjalanan masih jauh kurang lebih 2 jam lagi mereka akan sampai, sebenarnya Raya juga sudah merasa sangat lelah namun ia tetap menahan, ia pikir lebih lelah Raga yang harus mengemudi tanpa mau di gantikan olehnya.

"Kalau adek ngantuk tidur aja! nanti pas udah dekat kakak bangunin!" Raga melirik sekilas Raya yang terlihat matanya sudah memerah.

"Ehmm..iya!!"

Setelah menjawab Raya langsung menutup matanya dan Raga melanjutkan mengemudi dengan fokus.

Baru 15 menit Raya tertidur, ada suara dering ponsel menyadarkannya, ia tersadar lalu bangun dari posisinya, mengambil ponselnya lalu melihat Id panggilan tadi.

Mantan mertuanya menelpon lagi.

"Siapa?"

"Ibu kak!"

"Kenapa lagi ?"

"Tau, nih kakak aja yang ngomong!"

"Hallo..ya bu!"

"Kok kamu yang angkat,Raya mana?"

"Raya lagi tidur bu...Ini belum sampai kita!"

"Masih lama kamu sampainya, kalo masih lama kamu cari hotel atau penginapan aja! kasian cucu sama menantu ibu pasti capek itu badannya!"

"Ibu nggak kasian sama aku, aku yang nyetir loh bu!"

Mendengar ucapan Raga membuat Raya mendelikkan matanya.

"Kamu kan Laki-laki Raga, fisik kamu lebih kuat dibanding anak sama mantan istri kamu! masak minta di kasihani, lagian kamu kalo di kasihani suka nggak tahu diri!"

"Apaan sih bu?"

"Udah kasih hp-nya ke Raya biar ibu ngomong sendiri!"

"Kan tadi aku udah bilang kalo Raya lagi tidur bu!"

Raya langsung mengambil hpnya yang masih berada di telinga Raga

"Iya kenapa bu?" Raya bertanya pada mantan Ibu mertuanya.

"Halo Raya, masih jauh,kamu udah capek ya? kok suaranya beda gitu?"

"Kata kakak sih masih 2 jam lagi bu? kenapa emangnya?"

"Masih jauh itu! udah suruh Raga cari penginapan atau hotel terdekat, jangan di paksa pulang kalo tenaganya udah habis, kasiam Liam!"

"Penginapan? tapikan kita besok masuk kerja bu?"

"Udah gapapa cuti sehari,kalo di paksa kasiam cucu ibu! pasti Liam dari tadi udah rewel kan ?"

"Iya juga sih!"

"Mangkanya cari penginapan biar bisa cepet istirahat masalah kerja nggak usah di pikirin! emang siapa yang mau negur kamu sama Raga?"

"Ya nggak ada sih emang!''

"Lagian mau kamu cuti setahun juga nggak ada yang negur kan kalian berdua pemiliknya!"

"Ya udah deh bu, biar kakak cari penginapan besok pagi baru lanjut pulang!"

"Pulang kapan-kapan juga gapapa kok sayang!"

"Eh...kok gitu?"

"Udah cepetan selesaikan ngobrolnya, kamu bantu aku cari hotel nggak fokus aku kalo suruh noleh kiri kanan juga!" tiba-tiba Raga menginterupsi Raya.

"Iya-iya ini juga mau udahan, tuhkan mulai nggak tahu diri, padahal seneng tuh dia!" Ibu Raga tak terima mendengar ucapan Raga.

"Ya udah ya bu, aku tutup telponnya!"

"Iya hati-hati ya nak!'

"Iya bu!"

Sebenarnya tak salah dengan apa yang di katakan Raga, perjalanan mereka di iringi dengan hujan yang sedikit deras membuat Raga harus fokus pada kemudinya, berbahaya jika Raga juga harus menoleh

kanan kiri.

"Kak depan iti kayaknya hotel deh, coba pelan-pelan jalannya!"

"Yang mana? oh iya sebelah minimarket itukan?"

"Iya coba lihat dulu aja jangan langsung boking!"

Raga lalu menghentikan mobilnya di parkiran hotel itu, sepertinya hotel ini untuk kalangan menengah ke bawah, bangunannya berlantai satu dan terlihat sangat sederhana. Raga sempat takut jika Raya dan Liam tak nyaman saat berada di sini.

" Gimana mau nggak nginep di sini?"

" Yuk udah gapapa, lagian kayaknya banyak yang booking juga tuh lihat parkirannya penuh!"

"Oke, kakak ke recepsionis dulu kamu tunggu di sini aja temani anaknya!"

Raya mengangguk lalu berpindah ke kursi belakang, tak berapa lama Raga datang sambil membawa sebuah kunci.

" Dek,tinggal satu kamar aja semua udah penuh katanya?"

"Terus gimana dong kak? masak kita satu kamar sih?"

"Kita bertiga sayang! ada Liam juga, aku nggak mungkin ngapa-ngapain kamu juga kan?"

"Ya udah deh gapapa, kasian kakak juga kalo harus muter cari-cari lagi!"

"Lagian kamarnya 2 ranjang kok, nanti Liam biar tidur sama kakak aja!"

Raya tak menjawab ucapan Raga, ia segera membawa peralatan yang di rasa penting.

Handphonenya dan juga Raga lalu ia juga menenteng tas bekal milik Liam, saat ini ia sudah lapar, tapi malas jika harus keluar lagi atau memesan pada pihak hotel.

Raya berjalan di belakang Raga yang sudah menggendong Liam. jika orang lain yang melihat mereka seperti pasangan suami istri yang sangat harmonis dan cocok sekali, tak nampak seperti mantan suami istri.

Mereka masuk kamar setah Raya membuka pintunya, ukuran kamarnya tak seberapa luas, 2 ranjang berukuran single 1 sofa panjang yang berada tepat di depan ranjang dan 2 buah nakas keci masing-masing di sebelah kiri ranjang.

Setelah membaringkan Liam di salah satu ranjang, Raga lalu masuk ke kamar mandi. Raya melepas satu persatu sepatu Liam dan membuka perlahan jaket yang di kenakan putranya itu.

"Hemzz mami....Liam capek!!"

Nampaknya Liam terusik dengan gerakan Raya yang sedang melepas jaketnya.

"Kenapa?" Raga bertanya karna saat ia baru keluar dari kamar mandi ia mendengar suara teriakan Liam.

" Aku mau coba lepasin jakey Liam kak, nggak nyenyak nanti tidurnya kalo pake baju dobel-dobe gini!"

Raga mencoba mengangkat tubuh Liam, dan raya melepas jaketnya.

"Akhirnya, udah kamu cepetan bersih-bersih dulu"!

"Selimutin dulu itu kaki anaknya"

Raya masuk ke kamar mandi dan Raga melakukan apa yang di perintah Raya.

"Mami....huhuhu!" Raga baru saja terbaring di sebelah anaknya langsung bangun dan menoleh ke arah putranya itu.

Liam sedang mengigau memanggil maminya, biasanya jika seperti ini tubuh Liam sedang capek atau sebentar lagi ia akan sakit. Raya yang baru saja keluar dari kamar mandi menghampiri putranya.

"Udah kakak tidur di sebelah aja, aku aja yang tidur sama Liam, lagi capek mungkin anaknya!"

Raga yang sudah sangat-sangat lelah beringsut pindah ke ranjang yang ada di sampingnya. Raya memeluk Liam yang tadi tiba-tiba menghadap ke arahnya dan langsung memeluknya. Seakan tahu jika ibunya berada di sampingnya.

Raya tertidur setelah memastikan Liam sudah benar-benar lelap dan tak mengigau lagi.

Pukul 3 pagi Raga terjaga dari tidurnya panggilan alam membuatnya terbangun dan bergegas ke kamar mandi, selesai dari kamar mandi ia masih berdiri de depan pintu mengamati anak dan mantan istrinya tertidur, posisinya sangat tak enak untuk di lihat. Kaki Liam berada di atas perut Raya, tangannya terlentang tepat di muka ibunya sedang Raya sendiri berbaring terlentang berada di ujung sebelah kiri, bantalnya saja hampir menyentuh nakas, sekali gerakan ke kiri Raya akan terjatuh.

Raga mendekat membenarkan posisi Liam sembari mengecek suhu badan putranya, tidak panas berarti kemungkinan besar Liam tidak akan sakit esok harinya.

fisik putranya ini sama seperti ibunya, gampang lelah. Ia langsung demam atau sakit jika kelelahan sedikit saja

Setelah memastikan Liam berada di posisi yang benar Raga lalu beralih ke mantan istrinya, niatnya ia akan memindahkan Raya ke ranjang sebelah mengingat Liam yang tidurnya tak pernah bisa diam.

Dengan hati-hati Raga menggendong Raya dan membaringkan dj sisi sebelah kanan, lalu ia mengambil guling yang berada di ranjangnya dan meletakkan di samping kanan putranya. Jadi sekarang posisi putranya sudah nampak seperti bayi saja, kiri dan kanan di lindungi oleh guling, Raga jadi tersenyum melihatnya.

Setelah di rasa semuanya selesai ia berbaring di sebelah mantan istrinya lalu berbaring miring menghadap Raya yang sedang tertidur pulas.

" Posisi kamu tuh di samping aku sejak dulu bukan orang lain" Raga berbicara sendiri sambil melingkarkan tangannya di perut Raya, ia tak perduli alasan apa yang harus di buat esok hari jika Raya ngambek lagi padanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status