Share

bab 2

"Huh...Ya ampun...!!"

Terdengar suara Raya yang membuat Raga langsung menoleh ke sumber suara tersebut.

Raya sudah bangun dan langsung bangkit melepaskan jas yang menutupi kakinya, lalu menuju toilet.

Raga Masih berpura-pura sibuk dengan kertas-kertas yang ada di hadapannya.

"Udah bangun, makan dulu sana...aku bawain nasi sambal ijo kesukaan kamu!"

Raga membuka percakapan dengan Raya. Tadi ia memang memesan makanan kesukaan Raya saat makan siang. Ia suruh satpam untuk menyimpannya terlebih dulu.

Raya hanya diam tak menanggapi lalu duduk melanjutkan pekerjaannya yang sudah selesai Raga kerjakan tadi.

Raga menghela nafas lelah, jika sudah mode seperti ini memang lebih baik jangan di ajak bicara dahulu.

Ia biarkan Raya melakukan sesukanya. Entah kenapa setelah menjadi mantan Raga semakin tak ingin jauh dari Raya. Jika dulu Raya yang akan lebih sering mengajaknya berbicara, sekarang malah kebalikannya.

Pukul 4.30 Raya sudah bersiap membereskan pekerjaannya begitu pula dengan Raga, Raya nampak tergesa ingin keluar dari ruangan ini. Raga mengikutinya dari belakang, langkahnya menuju ke departemen penyediaan barang.

Ah... ia tahu pasti Raya akan menemui radit yang katanya tadi sudah membuat janji.

"Apa-apaan dia, bukankah aku sudah mengatakan jika aku yang akan menemani kegiatannya selepas kerja!" Raga mendumel dalam hati namun tetap mengikutinya dengan agak berjarak.

"Gimana jadi nggak Ray..? aku udah belain lembur minggu depan nih cuma buat temani Raya seorang hehehe ...?"

Raga bersembunyi di balik tiang yang ada di samping pintu ruangan itu. Mendengar kalimat Radit ia tersenyum sinis.

Radit kira siapa orang yang sedang ia dekati. Sebisa mungkin Raga harus menggagalkan rencana pergi mereka seperti yang sudah-sudah.

"Sebenarnya agak mager sih aku, pengen rebahan aja di rumah. Tapi karna kamu udah belain lembur minggu depan buat nonton kali ini ya udah gapapa jalan aja!"

"Bentar aku ambil kunci mobil dulu di dalam oke....?"

Setelah Radit masuk ke ruangannya, Raga keluar dari persembunyiannya dan menemui Raya. Ia tarik lengannya dan membawanya agak sedikit menjauh.

"Apaan sih, Pak? Jam kerja udah selesai ya, udah waktunya pulang ini!" Raya protes terhadap sikap Raga.

"Bukannya tadi aku udah bilang kalo aku yang temani kamu hari ini, kenapa sekarang kamu malah nerima ajakan Radit?"

"Ya gapapa dong..! lagian aku udah janjian sama Radit dari kemarin nggak enak kali nolak terus?"

"Kamu nggak mikirin perasaan Liam seandainya dia lihat ibunya jalan sama laki-laki lain. Gimana kalo nanti ketemu rekan bisnis atau keluarga kamu keluarga aku?"

Raya mulai marah. "Yang aneh itu kalo mereka ketemu kita berdua jalan bareng terus, padahal kita udah cerai. Soal Liam anak aku udah jauh mengerti keadaan sejak dulu, jadi nggak usah larang-larang aku buat jalan sama siapa saja!!"

"Dek .. kamu marah aku bentak kamu di mobil tadi, kakak bener-bener minta maaf kakak cuma nggak suka kamu bahas orang lain terus!!" Raga berusaha membujuknya lagi.

"Adek-adek... stop jangan panggil aku kayak gitu lagi. Di sini selain cuma mantan istri aku tuh bawahan kamu, kamu mau buat aku malu?"

"Oke Raya .. kita pulang terus mampir ke mana aja yang kamu mau, asal kamu batalin janji kamu sama Radit sekarang!"

"Maaf pak, Raya udah janjian sama saya dari lama, lagian selesai pekerjaan Raya bukan sekertaris bapak lagi kan?" Radit yang tiba-tiba datang berkata demikian.

"Lagipula status bapak dan Raya kan sudah mantan, sangat tidak bagus jika terus mengekang Raya, anda sudah tidak berhak lagi memaksa Raya selain masalah pekerjaan!" Tambahnya lagi

Raga benar-benar kesal mendengar ucapan Radit. ia pikir sedang berhadapan dengan siapa....."Oke kali ini aku biarkan mereka pergi berdua, tapi aku tetap mengawasi mereka, aku menyuruh seseorang mengawasi mereka."

***

Sebenarnya apa yang di mau Raga?

Dulu, Raya berusaha menjadi istri yang penurut untuk Raga. Waktu itu umur Raya baru 20tahun, masih menyelesaikan kuliah tahap akhir, lalu memutuskan menikah.

Setelah menikah Raya full menjadi ibu rumah tangga yang setia pada Raga. Meskipun sifat manja dan keras kepalanya masih ada, tapi kan harusnya Raga bisa memahami sifat dan sikap Raya ini dong. Mereka sudah kenal lama, orang tua kita udah saling kenal bahkan dari Raya belum ada.

Saat pertama ia mengatakan keinginannya untuk berpisah yang Raya pikirkan adalah bagaimana ia bisa hidup tanpa Raga lagi. Bagaimana kehidupan putra mereka nanti, Raya kecewa menangis dan sangat tak menduga. Apalagi Raga mengatakan alasan berpisah karna ia jenuh dengan segala sikap rewel Raya.

"Aku heran deh sama mantan suami kamu, udah mantan tapi posesifnya minta ampun, belum move on kali ya dia?"

Saat ini Raya bersama Radit, janji nonton tadi batal ia dan Radit hanya mampir makan mungkin setelah itu Radit akan mengantarkannya pulang.

Di kafe Raya makan dengan lahap karna sejak tadi siang. Ia tidak memasukkan makanan apapun, bahkan makanan dari Raga ia biarkan utuh tetap di tempatnya. 

"Apaan sih, jangan bahas dia mulu bikin aku nggak nafsu makan aja!!"

"Ya kamu pikir aja, kamu di cerai, trus dia masih membatasi kegiatanmu, emang kamu nggak risih bareng terus sama mantan?"

Sebenarnya Radit ini teman kuliahnya dulu, hanya berbeda fakultas, jadi mereka sudah kenal sejak zaman kuliah. Tapi tidak banyak orang yang tahu, bahkan Raga sekalipun.

"Aku pengennya kita jalan masing-masing lalu jalani hidup masing-masing juga, bukan terus hidup terpisah tapi masih merasa terkekang dengan sikapnya sekarang, tapi kayaknya susah deh Dit..! orang tua dia sama aku dukung kalo kami balikan lagi, apalagi ada Liam di tengah kita!"

Raya mengatakan keluh kesahnya pada Radit, sebenarnya Radit adalah tunangan sepupu jauh Raya, jadi tidak mungkin mereka akan memiliki hubungan spesial, hanya saja sifat Radit yang sedikit ganjen membuat semua orang mengira jika Radit menyukai Raya.

Jam setengah 7 malam Raya baru saja sampai rumah. Raya turun dari taksi lalu membuka pintu gerbang, dan ingin segera masuk tanpa ia sadari Raga sudah mengikutinya dari belakang.

"Kenapa jam segini baru pulang? Ke mana aja kamu pergi ?"

Raga berbicara hingga membuat Raya terkejut. Tak ingin berdebat lagi Raya segera menutup pintu rumahnya tapi kalah cepat dengan Raga. Karna begitu malas menghadapi Raga ia langsung masuk ke kamarnya dan mengunci pintunya, berniat membersihkan diri, tak perduli sama sekali dengan keberadaan Raga.

"Brengsek..!!" Umpat raga lirih

Raga duduk di ruang keluarga menunggu Raya turun. Niatnya ia akan mengajak Raya makan malam dan meminta maaf padanya. Dia tahu jika seperti ini akan sulit meluluhkan mantan istrinya itu.

Hampir 2 jam Raga menunggu Raya turun tapi mantan istrinya itu bahkan tak menampakkan batang hidungnya. Raga merasa khawatir dengan keadaan Raya, ia memberanikan diri mengetuk pintu kamar Raya.

"Dek!"

Tak ada sahutan ia mengulangi lagi ketukan dengan lebih keras.

"Dek...buka pintunya, kita makan malam dulu ya?"

Raga berusaha membujuk Raya, namun pintu itu tetap tertutup dan tak ada sahutan dari dalam. Karna merasa khawatir Raga segera pulang sebentar untuk mengambil kunci cadangan.

Raga hampir punya seluruh kunci cadangan rumah ini kecuali kunci gerbang, karna gerbang baru saja si ganti saat Raya kembali lagi ke rumah ini.

Baru saja ia menemukan semua kunci rumahnya yang dulu, ia mendengar suara gerbang rumah Raya tertutup. Dengan langkah tergesa ia segera menuju pintu depan rumahnya dan melihat Raya mengunci gerbang dengan terburu-buru.

"Dek... dengerin kakak dulu, kakak cuma khawatir sama kamu."

Raga berbicara di depan pintu pagar Raya yang sudah terkunci. Dengan muka datar Raya hanya menatap Raga tanpa mau menjawab semua perkataan Raga.

Raya masuk mengunci pintu tak mau mendengar apapun penjelasan Raga.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status