Berawal dari penemuan ruang bawah tanah di ruang kerja suamiku, dari situ aku mengetahui rahasia besar yang selama bertahun-tahun dia sembunyikan dariku. Soal sosok yang selama ini ada diantara aku dan Mas Nata.
View MorePengantin baru itu duduk dalam posisi berjauhan. Tadi Afnan mencoba menjelaskan pada mertuanya soal apa yang terjadi. Nata yang awalnya khawatir bisa bernapas lega karena Yuna disentuh suaminya sendiri bukan orang lain.Memang Yuna saja yang berlebihan, ia lupa kalau sudah menikah dan harus melayani lelaki yang menjadi suaminya. Berhubung yang terjadi begitu mendadak membuatnya lupa akan status barunya.Saat ingatan soal semalam melintas dalam benak, Yuna malu sendiri karena ia yang lebih dulu mengajak Afnan. Tapi bukan Yuna namanya kalau mengakui kalau dirinya yang memulai. Gengsi perempuan satu ini sangat tinggi.Mana Papa nggak belain aku lagi.Yuna menggerutu dalam hati. Ia sudah kehilangan mahkota berharganya yang ia jaga tapi satu hal yang seharusnya tidak ia sesali, setidaknya ia melakukan dengan lelaki yang sah menjadi suaminya bukan kekasihnya yang sudah berulang kali memberikan kode pada Yuna untuk mau diajak melakukan hal di luar batas.Karena terlalu cinta bisa membuat Yun
Bagaimana caranya aku beritahu ibu dan Nisa ya soal kejadian tadi malam?Sepanjang perjalanan pulang, Afnan memikirkan hal itu. Tidak mungkin kalau menyembunyikan Yuna karena besok ibunya pulang.Ia ingin segera sampai di rumah untuk memastikan Yuna baik-baik saja. Sebenarnya perasaannya tidak karuan saat meninggalkan Yuna karena gadis itu sendirian di rumah dan tidak tahu menahu soal daerah di sana. Meski sudah beberapa kali liburan tapi tidak pernah masuk ke pemukiman warga.Butuh waktu lama untuk sampai di rumah kalau menggunakan angkutan umum, kecuali pakai kendaraan pribadi. Tapi apa daya, motor saja Afnan tidak punya.Awan sudah mulai menghitam dan suara guntur bersahutan. Afnan yang baru saja turun dari angkutan harus berjalan menuju rumahnya ditemani rintik hujan yang mulai lebat.Baru saja pukul dua siang tapi langit begitu gelap. Langkah lelaki itu semakin cepat karena khawatir pada Yuna. Gadis itu memang tidak dikenalnya tapi Afnan punya tanggung jawab untuk menjaganya kare
“Dek, jangan nangis. Nanti saya antar kamu pulang.”Bukannya mereda, tangis Yuna semakin menjadi.“Memang kamu punya uang antar aku pulang?” bentaknya.Yuna tidak bisa pulang sendiri, saat ini dalam dompetnya hanya ada kartu debit kosong. Biasanya memang diisi setiap bulannya oleh papanya untuk bulan ini jelas sudah dihabiskan untuk berlibur apalagi mengingat kemarin adalah hari terakhir dan rencananya akan pulang hari ini.Tapi naas kejadian tak diinginkan malah menghambat jalannya untuk pulang.Afnan terdiam. Ia tidak tahu dimana Yuna tinggal tapi sudah dipastikan di kota dan butuh ongkos yang tidak sedikit untuk pergi ke sana. Untuk makan sehari-hari saja Afnan kesulitan apalagi mengumpulkan uang untuk mengantar Yuna pulang.Beruntung karena biaya pengobatan ibunya ditanggung pemerintah karena mereka memang warga miskin.“I-iya, nanti saya usahakan.” Meski dirinya tidak yakin dapat uang dari mana.Tidak ada orang yang mau meminjamkan uang karena tahu Afnan tidak akan bisa membayar
“Apa? Digerebek?”Hana terperanjat mendengar teriakan suaminya. Jantungnya berdetak kencang karena dibuat kaget.“Saya kesana sekarang.” Pria tua itu menghembuskan napas kasar, rahangnya mengetat.“Kenapa, Mas?” tanya Hana dengan heran.Jam dua dini hari, Nata mendapatkan panggilan yang membuatnya langsung olahraga jantung.“Yuna ....”“Yuna kenapa?” Seketika wajah Hana langsung panik.“Mas ceritakan di jalan. Kita pergi sekarang!” Nata turun dari ranjang sambil menghubungi seseorang.Hana masih bergeming. Ia terbangun karena suara suaminya dan sekarang pria itu tidak memberikan informasi yang jelas.“Sayang, ayo!”Nata sudah menunggu di ambang pintu.Hana pun menyusul setelah menyambar jaket karena di cuaca begitu dingin menusuk tulang.Perasaannya sudah tidak karuan saat Nata menceritakan kalau Yuna digrebek. Gadis yang baru saja lulus SMA itu pergi berlibur bersama dengan teman-temannya. Bukan tanpa pengawasan, Mama Rani ada di sana. Ia tidak akan mungkin melepas cucunya sendirian.
“Maaf.” Arga semakin mengeratkan pelukannya.Ia memang tidak akan bisa menghapus luka itu tapi akan mencoba menggantikannya dengan kebahagiaan. Melupakannya memang bukan sesuatu yang mudah apalagi wanita tidak akan mudah lupa dengan apa yang sudah dialaminya apalagi sesuatu yang menyakiti.“Nggak pa-pa. Aku juga minta maaf, harusnya nggak bahas soal itu lagi.” Laissa membalas dekapan suaminya tak kalah erat.Laissa tertatih untuk bisa menerima semuanya, tidak mudah tapi tetap ia jalani karena yakin di depan sana ada pelangi yang menanti. Seberat apapun masalah pasti akan ada jalan keluarnya dan Laissa menunggu itu.Ia mengobati lukanya bersama dengan si pemberi luka. Itu obat terbaik menurutnya.***Satu bulan sudah berlalu dan sosial media sudah dinyatakan bersih dari foto-foto yang beredar. Foto kebersamaan Arga dan Aura yang disebearkan wanita itu, foto itu juga yang dulu dikirimkan pada Laissa. Sebenarnya satu hari setelah kejadian, semua foto sudah dilenyaplan api tetap saja haru
“Nggak kok.” Arga memasukan ponsel Laissa ke dalam saku celananya.“Mas-”“Ayo turun, aku harus cepet-cepet makan biar minum obat ‘kan?”Laissa mengalah, ia berjalan lebih dulu keluar dari kamar itu untuk menyiapkan. Sedangkan Arga mengambil kesempatan untuk menghubungi salah satu temannya.“Urus ulah yang dibuat lont* itu! Gue kirim linknya.”Padahal Aura ada di penjara tapi wanita itu masih bisa berbuat ulah, sudah pasti ada yang membantunya tidak mungkin ia bertindak sendiri.Arga menghapus pesan dari Karina. Ia akan menyembunyikan ponsel Laissa agar wanita itu tidak mendengar berita yang memalukan itu.Kalau Arga sudah turun tangan, maka berita seperti itu bisa hilang dengan cepat. Sebelum nama baiknya dan keluarga tercoreng, ia harus segera ambil tindakan.“Mas, ngapain lagi?” Suara Laissa dari luar tedengar.“Iya, iya.” Arga melemparkan benda pipih itu ke atas lemari setelah menonaktifkan ponselnya.Niatnya baik, ingin menjaga perasaan sang istri. Apalagi mereka baru memulai lag
Orang itu gegas sembunyi agar tidak ketahuan karena beberapa orang di bawah mendongak ke atas.Sedangkan di bawah, Laissa gemetar melihat Arga yang sudah tidak sadarkan diri dengan kepalanya yang mengeluarkan banyak darah.Bukan Laissa yang kena tapi Arga.Sepanjang perjalanan Laissa menangis, perasaannya tidak tenang. Tangannya yang menyentuh pipi Arga gemetar. Beruntung tidak sampai pingsan karena sekarang dress bagian bawahnya yang berwarna biru muda itu sudah menjadi merah karena darah dari kepala Arga.Sampai di rumah sakit terdekat, Arga langsung ditangani.“Pa, ke rumah sakit sekarang.” Sambil terisak Laissa menghubungi papanya, ia tidak bisa di sini sendirian.Rasa takut menyelimuti hatinya.“Kamu kenapa, Nak?” Disana Nata juga ikut cemas karena mendengar suara putrinya.“Mas Arga, Pa. Papa cepetan kesini.”Setelah sambungan telepon terputus, Laissa mengirimkan lokasinya saat ini. Ia berjalan mondar-mandir di depan ruangan itu dengan gelisah, tak berhenti berdoa untuk keselama
Sampai di rumah orang tuanya. Hanya ada sang papa dan Aura yang menangis tersedu-sedu.“Pa-”“Papa nggak mau main hakim sendiri, jadi ceritakan dari sisi kamu.” Nata menatap tajam pada menantunya.Saat diminta istrinya datang ke sini, perasaan Arga sudah tidak enak. Ia bahkan tidak tahu ada Aura di sini. Dari gelagatnya sudah bisa ditebak jika Aura sedang melakukan sandiwara.Laissa bahkan tidak menyangka Aura akan berani datang ke rumah ini. Wanita ular satu ini memang tidak tahu malu.Arga menarik napas dalam-dalam, berdiri menghadap sang mertua.“Aku mengaku salah, Pa. Hukum aku semau Papa tapi jangan pisahkan aku sama Laissa!” Dengan lantang Arga mengakui kesalahannya.“Jadi benar kamu menghamili Aura?”“Aku memang pernah tidur dengannya tapi nggak mungkin dia hamil, Pa.”Nata menahan diri untuk tidak melayangkan kepalan tangannya menghantam wajah Arga.“Om, aku bawa buktinya. Aku hamil anak Mas Arga,” kata Aura seraya tergugu.Laissa tidak ikut berkomentar, ia hanya akan buka sua
POV AuthorArga mengusap wajahnya frustasi, ia yang orangnya tidak bisa sabar sekarang harus bisa memiliki kesabaran setebal dompetnya untuk bisa meluluhkan hati sang istri.“Pulang ke rumah ya, sayang. Masalah kita jangan sampai bikin orang tua kepikiran, kamu nggak kasihan ke Mama?”Laissa menghela napas panjang. Sebenarnya ia juga tidak tega, kalau sampai ia tinggal sementara di rumah Nadia sudah pasti itu menandakan memang hubungan Laissa dan Arga semakin memburuk.“Kamu makan sendiri aja, aku nggak nafsu.” Laissa memalingkan wajahnya ke luar jendela mobil.Tadi Arga datang menggunakan ojek online. Seorang Arga untuk pertama kalinya naik ojek online, ia melakukan berbagai cara untuk bisa mempertahankan Laissa di sampingnya meski harus melakukan sesuatu yang sama sekali tidak disukainya.Ia bahkan tidak bisa lagi datang ke tongkrongan dengan teman-temannya yang biasa dilakukan saat akhir pekan. Untuk menghamburkan uang tentunya.Sekarang bahkan Arga diberikan uang lima ratus ribu u
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.