Share

RIVAL 3

Part 3

Meida Hasya Rumaisa. Nama anak sulungku. Seorang gadis kecil yang sangat lincah dan multi talenta. Ia menguasai banyak hal. Dari menyanyi, bercerita, membaca puisi dan juga berpidato. Meski baru menginjak kelas dua SD, ia mampu melakukan itu karena sudah terbiasa mengikutiku saat melatih siswa-siswa yang akan ikut lomba.

Itu dulu, sebelum dia mendapat perundungan di sekolah. Semenjak ia bersikap murung, Meida seolah kehilangan kepercayaan dirinya.

Namaku Diah Setiyani. Nama yang cukup familiar dan mudah dihafal. Aku adalah seorang guru honorer berusia tiga puluh satu tahun. Namun, semangatku untuk mengukir prestasi pada anak didik boleh dikatakan sudah tidak diragukan lagi. Semua orang tahu akan hal itu. Berbagai piala berjejer di etalase sekolah, itu semua adalah hasil dari semangatku dalam melatih anak didik.

Orang mengatakan kalau aku ini cerdas. Akan tetapi, nasib baik belum juga menghampiri. Berkali-kali harus gagal mengikuti seleksi CPNS meski nilai sudah tinggi. Namun, pada saat seleksi selanjutnya aku selalu gagal. Sepertinya memang belum saatnya. Atau memang bukan jalanku menjadi seorang pegawai negeri?

Entahlah ….

Terakhir kali aku mengikuti tes tersebut harus kandas di saat seleksi kemampuan bidang. Aku kalah dari pesaing yang semula nilainya berada jauh di bawah.

Memilih sendiri sekolah yang berada di dekat rumah, nyatanya aku tetap mengalami kegagalan.

Adalah Bu Ambar, Kirana Ambarwati nama panjangnya, sosok yang bisa mengalahkan saat seleksi terakhir yang aku ikuti. Seorang wanita yang berasal dari provinsi lain yang pada akhirnya menjadi pemenang mendapatkan SK CPNS. Perempuan yang umurnya lebih muda tiga tahun dariku itu, kini tinggal di desaku karena tugas negara yang diembannya.

Aku tidak memiliki dendam apapun kepada pemilik tubuh tinggi semampai dengan kulit yang bersih itu. Aku berpikir kalau apa yang didapatkan adalah memang sudah ditakdirkan untuknya. Sekuat apapun mencoba meraih sesuatu hal, jika itu bukan digariskan untuk kita, maka tidak akan pernah bisa kita raih.

Terhadap Bu Ambar, aku selalu  menyapa lebih dulu. Bersikap seramah mungkin saat bertemu dengannya karena memang kami bukanlah musuh. Aku tetap menghormati dia meskipun seringkali bahasa yang diucapkan seringkali menyakiti hati ini.

“Aduh, ada telpon disuruh ke dinas aku,” kata Bu Ambar saat mengantar baju daster yang aku pesan. Beliau memang suka berdagang dan aku beberapa kali mengorder barang yang diiklankan melalui media sosial.

Aku tersenyum lalu bertanya, “acara apa, Bu?”

“Biasa, acara bendahara sekolah. Aku itu bingung, Bu Diah, kepala sekolah kok memilih aku sebagai bendahara ya? Padahal aku orang baru lho, Bu Diah. Rasanya kayak gimana ya, Bu, bangga tapi repot lah ya, aku ini masih statusnya CPNS masih menunggu penegerian kok sudah disuruh gitu-gitu. Untung saja otak ini sedikit encer, jadi bisa menghandle banyak tugas ….” Jawaban Bu Ambar terkesan membanggakan diri. Ia berbicara sambil terus menatap layar ponsel.

“Iya, Bu Ambar hebat memang. Padahal sudah punya gaji, tapi masih mau jualan seperti ini,” kataku memuji. Hati ini rasanya teriris saat berkata demikian. Kenapa bukan aku yang bernasib baik menjadi PNS?

“Aku itu hobi,  Bu Diah. Yang namanya hobi ya susah sekali ‘kan untuk dihilangkan? Kalau masalah uang sih, ya tidak kurang ya, karena sudah punya gaji tetap. Tapi, emang suka sekali dagang gitu lho, Bu ….” Kali ini, Bu Ambar memandangku sambil tersenyum sombong.

Seperti itulah yang terjadi saat kami bertemu. Bu Ambar selalu pamer tentang semua hal yang berkaitan dengan dunia kepegawaiannya.

Dia juga sering menyindir halus, ah tidak, lebih tepatnya hinaan halus pada aku yang tidak bias mengalahkannya di seleksi CPNS.

Sikapnya menjadi semakin sering menghina dan merendahkanku semenjak kasus yang kulihat di kantor tempo hari. Tidak, awal mulanya dia tidak bersikap seperti itu, bahkan terkesan baik sama aku dan ingin aku menjadi tempat untuknya bercerita dengan masalah perselingkuhan itu. Namun, dua bulan terakhir ini, ia benar-benar sering menghina dan merendahkanku.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status