Share

Bab 2: Criminal Undercover

"Geng ... ?" Alis Renoir hampir menyatu tatkala Gerrard mengungkap satu fakta yang tidak pernah Renoir ketahui sebelumnya. "Apa maksudmu?"

"Kau terkejut?" Gerrard memegang kedua bahu sang putra sebelum menjelaskan lebih rinci, "bagaimana pun, kau harus menerima kenyataan ini. Sejujurnya aku berencana mengungkapkannya padamu setelah kau lulus kuliah dan mulai sedikit banyak mengurus perusahaan. Tapi—"

Tatapan Renoir belum berubah.

"Bisakah turunkan tensimu sedikit?"

"Tidak bisa. Kau baru saja mengatakan sebuah hal besar. Mana bisa aku santai begitu tahu kalau kau adalah bos gengster?!" geram Renoir.

Gerrard berdecak pelan sambil menarik napas dari mulut. Ya, ia memang menutupinya dengan baik, bukan hanya dari publik bahkan dari anaknya sendiri.

"Bisnis keluarga kita bukan hanya Diamond Grup—sejak lama. Aku hanya meneruskannya dari kakekmu, Renoir. Awalnya aku juga terkejut saat mengetahui takdirku, menjadi pimpinan kelompok amoral ini. Aku juga sempat putus asa waktu mengetahui bahwa bukan hanya jabatan puncak perusahaan yang akan kudapat, tapi juga posisi ini."

Renoir menghela napas berat lantas menggigit bibir keras-keras. Setelah kematian Cherie malah semakin banyak permasalahan yang terungkap.

"Lalu, maksudmu ... kelak aku juga harus menggantikan posisimu di geng ini?" Renoir tampak tidak baik.

"Putraku memang pintar," kata Gerrard datar, "kau harus lakukan apa yang aku lakukan. Lakukan saja dari balik layar, tidak perlu banyak pihak yang tahu bahwa aku dan kelak dirimu, adalah seorang Kaisar Geng Intan. Karena kita memiliki perusahaan besar untuk dijalani. Reputasi kita harus terjaga baik."

"Dengan semua hal ini, kau masih ingin dilihat baik?" Renoir terkekeh pelan. "Ayolah, kenapa tidak ungkapkan saja pada semua orang agar kau semakin disegani? Bukankah seorang bos gengster lebih ditakuti daripada hanya berperan sebagai taipan bisnis?"

"Untuk apa? Agar semua orang mengincar kepalamu?" Gerrard menatap sinis.

Itu agak menakutkan bagi Renoir.

"Maaf, tapi kurasa aku tidak bisa kalau disuruh meneruskan posisimu di dalam geng ini. Aku belum ingin mati," ketus Renoir.

"Ah, sungguh? Lantas apa yang kau lakukan tiga minggu lalu? Mengkonsumsi obat-obatan sampai overdosis, kau bilang belum ingin mati?" Gerrard menyerang balik.

"Saat itu aku putus asa! Dengar, pokoknya jangan memberiku tugas yang aneh-aneh!" bentaknya.

Para anggota geng masih membungkuk takzim di tengah pertengkaran ayah-anak ini. August, tangan kanan Gerrard yang berpenampilan pucat mengintip sedikit sambil mengulum lidah.

"Sial, kenapa aku malah menyaksikan drama keluarga di sini?" batin August.

"Lalu kau ingin menghilangkan arti penting dari segala pelajaran yang kuberi? Kau ingat segala hal yang aku perbuat padamu? Aku mengajarimu segala hal agar kau tidak punya rasa takut! Agar pada saatnya kau siap memimpin kelompok ini! Jangan jadikan usaha bertahun-tahunku sia-sia hanya demi kemauan berandal kecil sepertimu!" Gerrard meledak-ledak.

Teriakan Gerrard malah semakin membesarkan api kebencian di dalam hati Renoir.

"Aku tidak minta kau melakukannya. Harusnya kau jadi seorang Ayah yang benar, mengurusku dan ibu. Berikan kami perhatian dan kasih sayang. Bukan dengan melimpahkan segala obsesimu," papar Renoir.

"Aku lelah, Ayah ... Aku hanya ingin hidup seperti remaja-remaja normal. Apa kau tidak pernah memikirkan perasaanku sedikit pun?" ujar Renoir sambil menatap dalam-dalam sorot mata Gerrard yang amat tidak enak dipandang.

"Cukup. Jangan memberi lebih banyak beban lagi. Rasanya pundakku sudah tidak sanggup." Perkataan Renoir ditanggapi dingin. Gerrard semakin memberinya tatapan teramat sinis.

Renoir mengedarkan pandangan ke sekitar. Ia tersenyum miring melihat sekelompok kriminal di bawah naungan Gerrard. Mungkin di mata Gerrard, Renoir tidak ada bedanya dengan mereka, makanya selama ini ia tidak pernah merasa mendapat perhatian seorang ayah. Gerrard hanya terus mengatur sepanjang waktu.

Yah, sudahlah. Renoir cuma terus-terusan menghela napas panjang, belum terpikir langkah apa yang harus dikerahkan untuk meruntuhkan niat sang ayah.

"Bisa kita pulang sekarang? Aku lelah ingin istirahat. Sudah dua hari aku tidak tidur," pungkas Renoir. "Kalau tidak mau, aku bisa pulang sendiri dengan mobilmu."

Gerrard bergeming.

"Baiklah, aku duluan. Aku akan langsung pulang." Renoir melangkah pergi meninggalkan Gerrard beserta pasukannya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status