Share

5. Just 'friend?'

Menghadiri pesta pernikahan nan meriah adalah hal yang cukup merepotkan untuk Damian. Ia merupakan tipe pria penyuka ketenangan. Bila boleh jujur, ia lebih suka menghabiskan waktu dengan mendengarkan musik klasik di kamarnya daripada harus berkumpul dengan banyak orang seperti ini. Beruntung seseorang yang ia ajak bersedia untuk menemaninya malam ini.

"Itu dia pengantinnya. Kita langsung ke sana?" pria tinggi berperawakan asing itu menunjuk kedua mempelai pengantin lewat tatapan kedua mata birunya. Dan wanita yang mengamit lengannya merekahkan senyum manis pertanda setuju.

"Boleh."

Namun, di tengah langkah beriringan mereka, Damian kedapatan mengerutkan keningnya. Ia baru sadar bahwa ada sosok yang tampak familier di dekat kedua pengantin.

"Bukankah itu Aksa?" lirihnya, lebih pada diri sendiri.

Ah, rupanya ia tak menyadari kehadiran satu sosok lain. Sosok bertubuh mungil yang tampak terhalang sosok Si pengantin pria, Evelyn. Wanita itu memang sengaja mengatur posisinya agar tak sampai disadari pria yang baru saja datang itu.

"Aksa?" dan nyatanya lirihan itu direspon oleh wanita di sisinya.

"Dia temanku, pria tinggi yang berdiri di dekat pengantin." Damian menjelaskan singkat seiring langkahnya yang semakin panjang agar lebih cepat sampai ke sana. Tanpa dikira senyum pria itu semakin melebar saat menyentuh punggung tegap pria itu. "Aksa? Ah, ternyata benar. Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini."

Evelyn membatu saat melihat Damian ternyata sudah berdiri di sekitarnya, hanya beberapa meter saja darinya. Sedangkan sepasang mempelai pengantin dan Aksa tampak antusias menyambut pria itu.

"Wah, siapa sangka Cassanova kita ini akan datang ke pesta pernikahan Arjuna?" Aksa tampak memberi pelukan singkat seraya terkekeh. "Lama tidak bertemu, Damian. Aku merindukanmu."

Damian balas terkekeh menyambut pelukan singkat ala pria yang Aksa berikan padanya. "Kau ini bisa saja. Aku datang ke sini untuk menggantikan ayahku." Setelah mengatakan alasan kedatangannya, ia beralih menatap kedua sejoli pengantin untuk sekedar memberikan satu dua patah kata. "Ah, selamat atas pernikahan Anda berdua. Saya Damian Alexander, datang untuk menggantikan ayah saya, Benedict Alexander dari agensi periklanan Gama Enterprises. Beliau tidak bisa hadir karena suatu urusan mendesak."

"Terima kasih. Tidak apa-apa, sampaikan saja salam saya untuk Tuan Benedict." Arjuna menanggapinya dengan senyum sopan penuh bahagia. Dan Damian membalas senyum itu segera.

"Akan saya sampaikan."

"Selamat menikmati pestanya, Tuan Damian."

Mungkin ini merupakan keajaiban dari Tuhan, Evelyn merasa bahwa Damian tidak menyari kehadirannya. Ia mundur satu langkah, mencoba menghindar. Rencananya ia akan diam-diam pergi dari sana, menuju ke sudut lain gedung atau mungkin menyusul Luna dan ibunya ke kamar mandi.

Namun—

"Hey, Eve ... kau mau ke mana?"

Usahanya untuk melarikan diri digagalkan oleh Sang kakak sepupu.

Damian yang awalnya hendak melangkah menjauh mengurungkan langkah kakinya saat sebuah nama terucap dari mulut Si pengantin. Ia kembali memutar kepala, menatap pada seraut wajah jelita yang terasa begitu akrab di ingatannya.

"Eve? Kau ... Evelyn?" tanya pria itu memastikan.

"Ah, i-iya." Dan mau tidak mau Evelyn mengangguk membenarkan. Adanya Arjuna dan istrinya beserta Aksa adalah hal yang membuatnya tak mampu mengelak kenyataan.

Atas pengakuan Evelyn, terbitlah senyuman lebar Damian. Tanpa ia sangka dadanya menghangat karena pada akhirnya mereka kembali bertemu. Saking bahagianya, ia merasa seperti mimpi.

"Astaga, Eve! Ya ampun! Aku sempat pangling tadi." Secara refleks Damian memeluk si wanita, tanpa menyadari bahwa apa yang ia lakukan membuat tubuh wanita itu membeku. Ia memang sempat tak mengenalinya tadi, sebab wajah itu tampak lebih dewasa dan lebih cantik dari beberapa tahun silam. "Kau tidak mengingatku?"

"Aku ingat." Meskipun tubuhnya seakan membatu karena begitu terkejut dengan pelukan yang ia dapatkan secara tiba-tiba, Evelyn tetap berusaha menjawabnya setenang mungkin. Padahal dadanya sudah sangat berdebar-debar, bahkan hampir meledak.

"Lalu kenapa kau diam saja padahal melihatku, hm?" Damian melepas dekapannya, kedua telapak tangannya memegang bahu kecil Evelyn saat memberikan tatapan sarat kerinduan.

"Aku mengira kalau kau sudah lupa padaku." Evelyn menjawab seadanya, selirih bisikan angin malam hingga nyaris tak terdengar.

"Mana mungkin aku melupakanmu, huh? Aku selalu mengingatmu. Aku mencarimu ke mana-mana tapi tidak pernah ketemu. Kau ke mana saja?"

'Benarkah?'

Rasa hangat tanpa tahu malu menyelusup di dada Evelyn kala mendengar kalimat Damian. Sesaat ia lupa bahwa ada satu wanita cantik yang berdiri di sisi pria itu. Entah kenapa di hatinya mulai muncul sebuah harapan bahwa Damian memang menaruh rasa yang sama padanya.

Ya, Evelyn mengakuinya sekarang. Rasa cintanya pada pria di depannya ini tak pernah mau hilang meskipun sudah berulang kali ia mencoba menguburnya dalam-dalam. Terlebih dengan hadirnya Luna, membuat ia semakin sukar untuk memupuskan rasa itu pada ayah biologis gadis kecilnya.

"Tunggu ... kalian saling mengenal?" Arjuna yang sedari tadi diam menyimpan banyak tanya atas interaksi Sang adik sepupu bersama pria bernama Damian pada akhirnya menyerukan rasa ingin tahunya. Dan pernyataan itu seakan mewakili keingintahuan Aksa dan juga Karenina, istrinya.

"Tentu saja. Dia satu-satunya orang terdekatku ketika kami masih di bangku SMA. Yah, meskipun kami tidak satu kelas, dia adik kelasku." Damian menjawabnya dengan melingkarkan lengan di bahu pendek Evelyn, namun tatapan mata biru itu terarah pada Arjuna Adhitama. Di detik selanjutnya ia kembali memusatkan atensi pada mata indah nan cemerlang wanita di sisinya. "Bagaimana kabarmu, Eve?"

"Baik. Kau sendiri?"

"Yah, aku baik. Seperti yang terlihat."

Saat pandangan mata indah Evelyn tanpa sengaja kembali jatuh pada wanita yang datang bersama Damian, rasa penasaran kembali datang mengganggu. Setelah sedikit menimbang, pada akhirnya ia memilih opsi untuk mengutarakan isi pikirannya.

"Nggg ... wanita yang bersamamu?"

Satu pernyataan dari Evelyn membuat Damian segera melepaskan rengkuhannya kemudian kedapatan menepuk jidatnya. "Ah, astaga! Aku sampai lupa memperkenalkan kalian." Ia menggeser posisinya mendekat pada wanita yang datang bersamanya, berganti melingkarkan lengan di pinggang si wanita dengan posesif. "Perkenalkan. Dia Evelyn, dia temanku. Dan, Eve, dia bernama Kiara. Dia ... tunanganku."

Seakan disambar petir, tubuh Evelyn menegang sempurna seiring setitik harapan itu sirna. Bahkan hubungan Damian dengan wanita berparas jelita dengan rambut kecokelatan sebahu bernama Kiara sudah lebih dari sekedar pasangan kekasih.

Jangan ditanya bagaimana kondisi hatinya. Sudah pasti telah hancur lebur. Perihnya seakan tercabik-cabik tanpa ampun.

Sedangkan Kiara tampak mengulurkan tangannya. Ia berusaha menampilkan senyuman manis pada Evelyn, hal yang membuat wanita itu mau tidak mau menjabat tangannya.

"Senang bisa berkenalan denganmu, Eve. Kau tahu, Damian banyak bercerita tentangmu padaku."

Dan demi apa pun! Bukan hanya parasnya saja yang menawan, bahkan suara Kiara terdengar begitu merdu di telinga. Evelyn tersenyum sendu, pantas saja Damian jatuh cinta pada wanita itu.

"Begitu." Yah, ia hanya bisa merespons seadanya. Ia terlalu sibuk menyatukan kepingan demi kepingan hatinya.

"Wah, dunia ternyata begitu sempit, ya? Aku tidak menyangka kalau kau berteman sangat dekat dengan adikku. Kau teman Aksa juga?" Arjuna kembali bersuara. Tentu pertanyaan itu ditujukan untuk Damian.

"Iya, kami satu Universitas ketika di Jerman."

"Bisa dibilang, kami adalah sahabat. Kau pasti terkejut, bukan?" kali ini Aksa turut menimpali diselingi tertawa renyah.

"Sangat tidak terduga. Kita bisa semakin akrab kalau begitu." Dan tawa itu menular cepat pada Arjuna. Setelahnya, Si pengantin pria kembali menatap Damian. "Mulai sekarang kau tidak perlu berbicara formal padaku, anggap saja aku seperti kakakmu."

"Tentu. Terima kasih, Kak---"

"Juna. Namaku Arjuna Adhitama."

Perbincangan itu terasa kabur di telinga Evelyn. Sembari menahan nyeri di dada, ia hanya mampu berharap semoga Luna beserta ayah dan ibunya tidak buru-buru menghampiri mereka.

***

Tbc...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status