Puber Kedua Pak Suami

Puber Kedua Pak Suami

By:  Yetti S  Kumpleto
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Hindi Sapat ang Ratings
106Mga Kabanata
4.0Kviews
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
Leave your review on App

Hanum pikir bahwa pernikahannya dengan Andi-sang suami, selama ini baik-baik saja. Dua puluh tahun mereka mengarungi bahtera rumah tangga, dan dikaruniai tiga orang anak. Semuanya tampak baik-baik saja di matanya. Namun rasa nyaman dalam hidup berumah tangga tiba-tiba berubah drastis, ketika dia mengetahui bahwa Andi menjalin hubungan gelap dengan seorang gadis. Hanum semakin syok setelah tahu bahwa gadis itu adalah teman kuliah anaknya. Hanum sebisa mungkin menutupi perbuatan suaminya di depan ketiga anaknya. Dia tak mau ketiga anaknya terluka juga. Namun ternyata, Rafi-anak sulungnya, sudah lebih dulu mengetahui perbuatan Andi. Bahkan Rafi sempat bertengkar dengan sang ayah tanpa sepengetahuan Hanum. Bagaimana bahtera rumah tangga Hanum dan Andi selanjutnya? Lalu apa yang akan dilakukan Rafi untuk membalaskan sakit hati sang mama, akibat hadirnya orang ketiga yang berusaha merebut hati sang papa?

view more
Puber Kedua Pak Suami Novels Online Free PDF Download

Pinakabagong kabanata

Magandang libro sa parehong oras

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments
Walang Komento
106 Kabanata
1. Perubahan Diri Sang Suami
Hanum tersenyum sendiri ketika menemukan kotak kecil berwarna biru tua, terselip di sela tumpukan pakaian sang suami di lemari. Dia membuka penutup kotak tersebut, karena rasa penasaran yang begitu besar. Matanya membulat ketika melihat seuntai kalung emas, dengan liontin bermata biru safir yang indah.“Ini pasti untukku. Mas Andi pasti menyiapkan kejutan ini untukku, di hari jadi pernikahan nanti. Dia sengaja menyembunyikan kotak ini dariku. Agar tampak berkesan saat lusa dia berikan kejutan ini padaku. Baiklah, aku akan pura-pura tak tahu. Aku akan ikuti permainannya,” gumam Hanum, dengan senyum yang terus menghiasi wajahnya yang cantik. Meskipun usianya sudah empat puluh tiga tahun, tapi Hanum masih tampak memukau.Hanum lalu meletakkan kotak itu di tempatnya semula. Dia juga merapikan tumpukan pakaian sang suami, agar tak tampak kalau dia baru saja menemukan kotak tersebut.Di saat yang sama, Andi keluar dari dalam kamar mandi. Pria berusia empat puluh delapan tahun itu tampak seg
Magbasa pa
2. Sebuah Ide
Reza dan Rudy yang awalnya sedang sibuk membicarakan Tania, lantas mengalihkan tatapannya ke arah Rafi. Kedua pemuda itu segera mengikuti arah pandang Rafi.“Ish, Om Andi,” desis Reza dengan tatapan tak percaya.Rudy menyenggol lengan Reza, dan memberi kode melalui kedipan matanya agar sahabatnya itu tak memberi komentar apa pun. Reza yang paham, akhirnya menganggukkan kepalanya.Sementara itu, Rafi yang sudah emosi lantas beranjak dari kursi dengan wajah merah padam.“Raf, mau ke mana?” tanya Rudy dan Reza bersamaan.“Ya mau ke butik itu,” sahut Rafi dengan dagu yang diarahkan ke tempat di mana Tania dan papanya saat ini berada.“Eits, tunggu dulu, Bro! Jangan gegabah dulu. Jangan bikin onar di tempat umum, karena nanti ujung-ujungnya elu yang jadi tertuduh. Elu nggak mau kan kalau hal ini terjadi?” ucap Rudy. Dia lalu menarik lengan Rafi agar sahabatnya itu kembali duduk.Rafi akhirnya kembali duduk di kursinya semula dengan napas memburu karena menahan emosi.Sementara Reza menyera
Magbasa pa
3. Aksi Anak Muda
Reza manggut-manggut mendengar penjelasan dari Rudy. Pemuda itu lantas mencolek lengan Rafi yang masih terdiam.“Bagaimana, Raf? Siap merekam aksi bokap lu sama Tania?” tanya Reza.Rafi menganggukkan kepalanya. “Siap. Apalagi kalau harus tonjok papa gue, siap banget.”“Wah, tenang dulu, Bro. Kita main cantik. Itu kata mama gue saat memberikan masukan pada Tante Ria. Gue kan sudah bilang dari tadi kalau elu jangan gegabah. Jangan sampai elu berurusan sama pihak berwajib, dan elu dijadikan tersangka karena pukul papa lu, Raf. Kalau itu terjadi, kasihan mama lu. Itu sama saja lu kasih beban pikiran double ke mama lu. Janji ya kalau elu mau main cantik. Masih kata mama gue saat ngomong ke temannya itu, amankan aset keluarga! Nah, itu pentingnya ngomong sama mama lu. Sebagai anak lelaki dan anak sulung, lu harus tegar dan cerdik dalam bersikap. Papa lu saja bisa main cantik. Elu jangan mau kalah dong. Kasih pelajaran melalui mentalnya!” tegas Rudy.Rafi dan Reza terperangah mendengar ucapa
Magbasa pa
4. Bertemu Rafi
Hening.Untuk sesaat Anita tak bersuara di seberang sana. Membuat hati Hanum ketar-ketir dibuatnya, hingga tangan dan kakinya terasa dingin menunggu jawaban Anita.“Nit...Anita, kok diam sih? Ngomong dong,” ucap Hanum dengan suara bergetar karena rasa cemas yang luar biasa.“Eh, iya maaf. Aku sedang berpikir ini, Num. Makanya belum bisa menjawab tadi. Jadi si Andi sekarang sedang ketemu sama rekan bisnisnya, ya. Oh ya sudah kalau begitu. Berarti yang aku lihat tadi mungkin Andi sedang melobi rekan bisnisnya itu,” sahut Anita terdengar memelankan suaranya. Tak seperti pertama kali dia bicara tadi.“Memangnya kamu ini sedang di mana, Nit? Kok sampai ketemu sama Mas Andi. Kamu sedang main golf juga?” tanya Hanum lugu.“Hah? Main golf?” ucap Anita balas bertanya.“Iya, tadi itu Mas Andi pamit mau ketemu sama rekan bisnisnya di lapangan golf. Memang dia nggak main golf sih. Cuma katanya tadi, temannya yang main golf. Mungkin saja setelah temannya itu main golf, mereka meeting di restoran y
Magbasa pa
5. Bantuan Anita
Anita yang merasa kalau Rafi sudah mengetahui ulah Andi, segera menarik tangan pemuda itu agak sedikit menjauh dari kedua temannya.“Rafi, jujur sama Tante kalau kamu ada di sini bukan karena kebetulan kan? Apa kamu melihat...papa kamu...di hotel ini?” tanya Anita hati-hati dan dengan suara perlahan. Dia menatap lekat wajah tampan Rafi yang kini tampak gelisah. Membuat Anita sudah tahu jawabannya meskipun pemuda itu belum membuka suara.“Kamu ingin membuat kejutan untuk papa kamu?” imbuh Anita dengan tatapan iba pada Rafi.Rafi akhirnya menganggukkan kepalanya seraya berkata lirih, “Iya, Tan. Tapi, aku nggak mau kalau Mama sampai tahu tentang hal ini. Aku ingin menjaga perasaan Mama, Tan. Kasihan Mama sudah dibohongi sama Papa. Perlu Tante tahu juga, kalau cewek yang dibawa Papa itu adalah teman kuliahku. Jadi maksud aku dan dua sahabatku ini mau memberikan pelajaran juga sama cewek itu, supaya nggak dekati Papa lagi. Istilahnya, kami sedikit mengancam cewek itu. Jadi mudah-mudahan de
Magbasa pa
6. Kejutan
Tak lama, sekuriti hotel sudah tiba di meja resepsionis. Anita pun sudah mendapatkan nomor kamar di mana Andi dan Tania berada saat ini.“Pak, tolong dampingi Ibu dan Mas ini ke atas. Mereka mau menyelesaikan masalah keluarga. Tolong supaya nanti nggak mengganggu tamu yang lain,” ucap resepsionis, yang diangguki oleh sekuriti.“Baik, Mbak,” sahut pria berbadan tinggi tegap itu. Dia lalu mengalihkan tatapannya pada Anita. “Suami Ibu berselingkuh, ya?”“Bukan, Pak. Itu papanya keponakan saya ini,” sahut Anita dengan menepuk pelan bahu Rafi.Pria itu menganggukkan kepalanya dan menatap Rafi seraya berkata, “Mas, meskipun emosi, tapi nanti tolong dijaga supaya nggak baku hantam dengan papanya. Cekcok mulut boleh lah karena kan kesal terhadap ulah papanya. Cuma kalau saling pukul sebaiknya dihindari, supaya nggak mengundang perhatian orang. Saya akan mendampingi Mas supaya keadaan bisa kondusif nanti, yang penting kan bisa mendapatkan bukti kalau papanya selingkuh.”Rafi tersenyum dan meng
Magbasa pa
7. Ancaman Rafi
Andi yang melihat Tania ketakutan lantas menatap Rafi dengan tatapan memohon.“Rafi, lepaskan dia! Biarkan dia pergi dari sini dan jangan ganggu kehidupannya dengan membuat viral video yang sedang dibuat oleh teman kamu itu,” ucap Andi.“Kenapa Papa khawatir sekali dengan Tania? Sedangkan Papa nggak khawatir dengan hati mama, yang pastinya akan terluka dengan pengkhianatan Papa ini,” sahut Rafi ketus.“Makanya jangan viralkan video itu, supaya mama kamu nggak tahu. Marahlah sama Papa, Raf. Tapi, jangan dengan Tania. Kasihan dia, Raf,” tutur Andi dengan tatapan memohon, yang justru membuat Rafi semakin geram dan jijik dengan papanya. Dia menekan tubuh Andi ke dinding, membuat pria itu meringis menahan sakit.Rafi menatap tajam wajah papanya seraya berteriak, “Tania! Bagaimana rasa daging papa gue, enak? Atau lu masih mau sekali lagi? Nanti gue sewa preman pasar untuk kerjai lu.”Andi tersentak mendengar kata-kata Rafi. Dia tak menyangka kalau Rafi akan berbuat tega seperti itu pada Tan
Magbasa pa
8. Sandiwara
“Rafi, kamu kenapa jadi bengong begitu sih?” tegur Hanum lembut, yang membuyarkan lamunan Rafi.“Eh, nggak kok, Ma. Aku cuma capek saja kayaknya. Aku mandi dulu ya, Ma. Sudah lengket ini karena keringat,” elak Rafi.“Iya sudah sana kamu mandi. Sudah bau keringat soalnya.” Hanum berkata sambil menutup hidungnya, menggoda anak sulungnya.Rafi yang merasa digoda oleh sang mama, lantas mendusel ke bahu Hanum. Membuat wanita itu tertawa lepas.“Kak Rafi jorok ih!” ucap Amelia yang ikutan menutup hidungnya.“Biarin dong, Mel. Sama Mama ini, weee,” celetuk Rafi. Dia lantas berpindah pada Amelia dan memberikan aroma keringat pada adik bungsunya itu.Suasana di ruang keluarga itu seketika jadi ramai oleh mereka bertiga. Bahkan Rafi sedikit melupakan pertikaian dengan papanya di hotel siang tadi. Dia larut oleh suasana kebersamaan keluarga, meski kurang dengan kehadiran Gilang dan tentu saja Andi.“Kak...stop! Sudah dong, Kak. Jangan dikasih keringat terus aku-nya. Bau ini tahu, Kak,” omel Amel
Magbasa pa
9. Hari Jadi pernikahan
Esok harinya.Andi dan Hanum sarapan seperti biasanya. Mereka bercengkerama dengan kedua anak mereka, Gilang dan Amelia. Sedangkan Rafi hanya membisu. Hal itu membuat tanda tanya besar di diri Hanum.“Kamu sedang nggak enak badan, Sayang?” tanya Hanum. Dia lalu beranjak dari kursi dan melangkah ke arah Rafi, lalu memegang keningnya. “Normal kok.”“Ih, Mama, sampai segitunya periksa aku. Tenang saja, Ma. Aku ini sehat kok,” celetuk Rafi.“Serius? Tapi, kamu kayak nggak semangat begitu,” tutur Hanum dengan kening yang berkerut.“Serius lah, buat apa aku bohong. Aku ini orang yang jujur. Jadi yang ada di hati, itu juga yang terucap di bibir.” Rafi berkata sambil melirik ke arah Andi. Dia melihat sang papa yang pura-pura tak mendengar dan sibuk dengan sarapannya, sesekali berbicara pada Amelia.Hanum terkekeh mendengar penuturan putra sulungnya. Dia sama sekali tak menyadari kalau ucapan Rafi tadi adalah sebuah sindiran untuk Andi.“Ya sudah deh kalau kamu nggak apa-apa. Mama kan tenang j
Magbasa pa
10. Teka-teki Sebuah Kalung
Sepanjang acara makan malam, Hanum sama sekali tak menikmati acara tersebut. Dia lebih banyak diam sambil memikirkan perihal kalung indah berliontin permata biru safir. Dia hanya memaksakan tersenyum agar suami dan anak-anaknya tak mengetahui kegundahan hatinya.Sikap Hanum yang lebih banyak diam, rupanya mencuri perhatian Rafi. Pemuda itu selalu melirik ke arah sang mama, di saat dia sedang menikmati hidangan makan malam.‘Ada apa dengan Mama, ya? Kok agak beda sikapnya, meski nggak terlalu kelihatan,’ ucap Rafi dalam hati.Acara makan malam pun bergulir dengan penuh canda dan tawa, bagi Andi dan kedua anaknya. Hal itu tak berlaku bagi Hanum dan Rafi. Kedua orang itu hanya sesekali menimpali. Selebihnya hanya banyak diam pura-pura menikmati hidangan makan malam.Mereka akhirnya kembali ke rumah ketika waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Tak banyak obrolan di mobil, karena Amelia yang biasanya banyak berceloteh kini tertidur. Sedangkan Rafi dan Gilang sibuk dengan ponsel masing-ma
Magbasa pa
DMCA.com Protection Status