Bab dua"Niat itu berasal dari hati, disemangati oleh jiwa, dan diwujudkan oleh raga"Usai ditinggalkan dua wanita dalam waktu bersamaan, tak membuat Fatih patah arang. Baginya Itu merupakan sebuah resiko, karena telah nekad menerima cinta Chyntia serta mengajaknya jalan. Sangat pantas jika Anita marah dan seketika memutuskan hubungan sepihak. Namun bukanlah Fatih jika harus terpuruk oleh keadaan. Langkahnya seakan tak dapat berhenti untuk memacari Gadis-gadis cantik yang ada di sekelilingnya. Tak mau ambil pusing akibat di tinggal Anita dan Chyntia, lantas Fatih memulai kembali misi dengan menghubungi seseorang. "Assalamu'alaikum, Ver! Lagi di mana?" tanya Fatih pada seseorang bernama Vera, gadis yang sudah lama didekatinya. "Waalaikumsalam, Kak Fatih! Aku lagi di rumah, kemana saja? Kok baru hubungi Vera?" "Ah, ada saja Ver, Kakak boleh main ke rumah gak?" ucap Fatih, mulai melancarkan aksin
Bab 3*Bahagianya hati, saat cinta menemukan jalannya*****Di sebuah Cafe, dengan furniture bergaya minimalis di tengah suasana alam yang super asri dan hijau, sangat cocok untuk memanjakan mata. Tampak dua insan sedang bercengkrama, seraya duduk di bangku bagian pojok, sedikit berjauhan dengan tempat duduk lainnya. "Ver...!" Sahut Fatih, dengan tatapan lembut. Menatap dalam-dalam mata indah Gadis yang duduk di depannya. "I...iya. Kak!" jawab Vera, sedikit terbata. Hatinya merasa tak karuan dipandangi selembut itu, oleh Laki-laki tampan di hadapannya. Hingga pandangan keduanya beradu beberapa saat, sebelum Fatih meneruskan kata-katanya. "Ver...! Tau gak?" Tanya Fatih, masih dengan tatapan lembut penuh arti, namun kalimatnya tak berlanjut. Membuat Vera tambah tidak karuan, apalagi baru kali ini Fatih terlihat serius. "Ahhh...gimana ngomongnya ya?" Fatih seakan b
Bab 4 *Betapa keinginan ini menyiksa, rasa hati yang telah lama tertaut pada satu hati, namun lisan tak kuasa untuk mengutarakannya* *** "Assalamu'alaikum, Rud! Lo di mana?" tanya Fatih pada Rudi, sahabatnya melalui sambungan telepon. "Waalaikumsalam, gue lagi di rumah" "Gue kerumah lu, ya!" "Ya udah, kesini aja!" "Oke! Gue jalan sekarang, nih! Assalamu'alaikum" pungkas Fatih, seraya menutup teleponnya. "Waalaikumsalam." *** "Telepon dari siapa Kak?" tanya Anggi pada Rudi, Kakaknya. "Iiihh, pengin tau aja! Nguping ya? dasar bocil!" dengus Rudi pada adiknya, yang sedang duduk tak jauh di ruang tengah rumah sambil memainkan gawai. "Diiihh, sebal deh! Aku, kan, sudah mau lulus SMA, masa masih dipanggil bocil aja! Kakak tuh! Kakek Sugiono, hahaha" seloroh Anggi sambil terbahak.
Bab 5 *Cinta datang karena terbiasa, keinginan memiliki adalah fase selanjutnya, seraya bersama mengukir asa mewarnai semesta* *** "O, ya, Kak! Mau minum apa?" tanya Anggi. "Gak usah repot-repot Nggi, nanti juga kalau Kakak haus ambil sendiri" jawab Fatih dengan santainya. "Hem... oke deh! Kak," tukas Anggi seraya duduk di dekat Fatih yang sedang Asyik dengan gawainya. "Kak!" sahut Anggi, lembut. "Iya, Nggi!" jawab Fatih seraya meletakan benda pipih di tangannya. "Ajarin Aku dong! Bahasa inggris" pinta Anggi mulai membuka percakapan. "Yaaa, Nggi! Zaman sekarang mah gampang belajar bahasa, tinggal buka translate di handphone, bisa belajar sendiri" "Yeee, Anggi, kan! Mau diajarinnya sama Kakak!" tukas gadis berambut panjang itu dengan manja. "Boleh! tapi pakai handphone aja ya!" cetus Fatih. "Asyiiikkk, mulai
Bab 6 *Saat keangkuhan tak lagi dapat bersuara, di hadapan sang pangeran cinta* *** "Assalamu'alaikum, sayang! Sedang di mana?" tanya Fatih pada Vera, melalui sambungan telepon. "Waalaikumsalam, sedang di rumah, Yang" "Ada waktu gak? Kita jalan yuk!" ajak Fatih. "Ayo! Kapan?" "Sekarang ya! Aku jemput sekalian," "Hem, tapi Aku mau antar mama dulu ke pasar, maklum Ibu-ibu hehe" "Lama gak?" "Ya gak tau! Namanya juga Ibu-ibu kalau belanja, gak tentu, bisa lama, bisa sebentar, hehe" tukas Vera seraya tertawa kecil. "Bagaimana kalau kita ketemuan di tempat biasa? Nanti sepulang dari antar Mama, kamu naik ojek online, Aku tunggu di sana!" "Oh, ya, udin hehe," "Deal, ya?" "Iya!" "Sip! Assalamu'alaikum" pungkas Fatih seraya mengakhiri percakapan.
Bab 7 *** Usai mengantarkan Vera kembali kerumahnya, Fatih langsung memacu si kuda besi untuk pulang. Jalanan di saat sore hari lumayan ramai, motor besar dengan ciri khas cat warna hijau yang di tungganginya terus melaju membelah jalan. Hari ini hatinya sangat bahagia, selain sudah bertemu dengan Vera, pemuda itu pun merasa puas, karena telah membuat Linda, mantan pacarnya kesal. Walau keduanya bertemu sudah menggandeng pacar masing-masing, namun paling tidak, Fatih dapat menunjukan bahwa ia dengan waktu singkat bisa mendapatkan gebetan baru lagi. "Fatih dilawan! Hahaha" gumamnya berbangga diri, seraya terus memacu kendaraannya. *** "Assalamu'alaikum," ucap Fatih memberi salam, sesaat sampai kerumahnya. "Waalaikumsalam," jawab Bu Mirna yang tampak sedang duduk di teras rumah. Lantas Fatih menghampiri wanita setengah baya itu seraya mencium tangannya dengan penuh takzim.
Bab 8 "Nak! Ke sini deh! Sebentar," sahut bu Mirna dari dalam rumah. Memanggil Fatih yang nampak asyik dengan benda pipih di tangannya, sedang duduk di teras. Pemuda itu langsung menutup layar ponsel, lantas menghampiri mamanya. "Apa Ma? Ada yang perlu dibanting? Hehe," tanya Fatih diiringi canda khasnya. "Minta tolong banting ini kerumah bu Lena ya!" pinta bu Mirna seraya turut bergurau. "Hah! Kok dibanting Ma? Rusak dong! Hahaha," "Ahh, udah! Jangan bercanda melulu. Minta tolong ya! Kemarin Mama sudah janji mau kasih ini ke tante Lena" tukas Bu Mirna sambil menyodorkan sesuatu yang sudah dibungkus rapi. "Ini apa Ma, isinya?" "Ahh, gak usah tahu, pokoknya anterin! Mumpung masih pagi," "Harus tau dong Ma! Jangan-jangan isinya b*m! Hahaha" "Uhhh, dasar!" "Tapi, Fatih, kan, gak tahu Rumah tante Lena yang sekarang!" "Ihhh, bany
Fatih memarkirkan kuda besinya di garasi, hatinya masih diliputi dengan rasa tak menentu. Sepulang dari rumah tante Marlena dan melihat Indri diantar pulang oleh seorang lelaki, membuatnya tak bersemangat lagi untuk kembali ke sana. Tampak pak Budi, Ayahnya, sedang bersantai di teras dengan ditemani bu Mirna. Keduanya sedang asyik berbincang. Sekilas terdengar namanya dan Indri disebut-sebut. "Assalamu'alaikum," ucap Fatih seraya menghampiri kedua orang tuanya dan menciumi tangan mereka dengan penuh takzim. "Waalaikumsalam," "Cieee, yang baru pulang apel" seloroh pak Budi. "Apel? Apel kesiapa? Yeee, Bapak sotoy!" Fatih menyeringai. "Itu! tadi, kata Mama. Fatih berkunjung kerumah calon mertua. Hehe," "Mama juga, nih! Ngerjain Fatih, ya? Pasti, kan, antar barang ke rumah tante Lena, cuma akal-akalan saja? Hem..." Fatih merengut. "Hehe..." bu Mirna hanya tertawa kecil, mendengar protes dari anak tunggalnya i