Sudah beberapa hari ini Fatih tak terlihat masuk sekolah, sehingga menimbulkan tanda tanya besar dalam benak Naura. "Kenapa ya? Ke mana dia...?" Tiba-tiba Naura merindukan sosok Fatih. Mau bertanya pada teman sekelasnya, tapi ia malu. Ada rasa yang bergelora dalam dada gadis itu, terlukis bias asa dalam hatinya, antara rindu dan menjaga marwah bergumul saling mengalahkan. "Aahh, Fatih..." batin sang gadis, ia merindukan tatapan lembut remaja tampan itu. "Yaaahhh...! Kehilangan tempat nyontek, gue!" ujar seorang siswa dari kelas 3F yang sedang kumpul di kantin. Tanpa sengaja terdengar oleh Naura yang kebetulan sedang lewat dekat kerumunan mereka. Seketika gadis itu menghentikan langkah dan memasang telinga untuk mendengar lanjutan kalimat dari sekumpulan murid laki-laki kelas 3F tersebut. "Jangan-jangan mereka sedang membicarakan Fatih?" batin Naura seraya meletakan bokongnya di kursi yang tak begitu jauh d
Sepekan setelah kepergian Uminya, hidup Naura masih terasa sangat hampa, kehilangan sosok malaikat tak bersayap yang semasa hidupnya dihabiskan dengan mengabdi pada keluarga, berbakti pada suami, mendidik dan membesarkan Naura, putri satu-satunya. Beliaulah Madrasah pertama dalam hidup Naura, darinya gadis itu belajar banyak hal. Masih terbayang nyata dalam ingatan Naura saat ia kecil dulu, setiap malam Umi membacakan kisah-kisah orang saleh dan mengajarkan banyak doa-doa sampai gadis itu terlelap. Begitu pun saat Naura beranjak remaja, sebelum matanya terpejam, Uminya selalu memberi wejangan dengan nasihat-nasihat. Setiap sepertiga malam terakhir Naura diajarkan untuk senantiasa qiyamulail sampai waktu subuh menjelang, hingga dua rakaat terakhir Umi masih melaksanakan Ibadah rutinnya, sebelum akhirnya masuk rumah sakit dan sampai kembali ke pangkuan_Nya. "Masya Allah, Umi, semoga Allah menempatkanmu di Jannah_Nya. Aamiin" ucap Naura seraya
Bab satu*Lisan adalah tempat berhiasnya kemunafikan, sedangkan hati adalah tempat bersemayamnya keikhlasan* Cobaan bagi pria tampan dan berkepribadian menyenangkan adalah banyak disukai lawan jenisnya.***"Oh, jadi begini kelakuanmu di belakangku?" hardik Anita, ketika memergoki Fatih Alfarisi. Pemuda tampan berpostur tinggi yang sudah satu tahun lebih dipacarinya. Kedapatan sedang jalan sambil menggandeng tangan seorang Gadis, sesaat keluar dari sebuah Minimarket.Anita yang sedari tadi membuntuti mereka, sudah hilang kesabarannya, hingga tak kuasa lagi menahan amarah.Plaaakkk, secepat kilat satu tamparan mendarat di pipi kiri Fatih, membuat Laki-laki itu kaget bukan kepalang. Tak disangka, Anita yang selama ini dikenalnya lemah lembut, seketika bisa beringas seperti macan bertemu mangsanya."Dasar! Laki-laki kurang ajar!" ter
Bab dua"Niat itu berasal dari hati, disemangati oleh jiwa, dan diwujudkan oleh raga"Usai ditinggalkan dua wanita dalam waktu bersamaan, tak membuat Fatih patah arang. Baginya Itu merupakan sebuah resiko, karena telah nekad menerima cinta Chyntia serta mengajaknya jalan. Sangat pantas jika Anita marah dan seketika memutuskan hubungan sepihak. Namun bukanlah Fatih jika harus terpuruk oleh keadaan. Langkahnya seakan tak dapat berhenti untuk memacari Gadis-gadis cantik yang ada di sekelilingnya. Tak mau ambil pusing akibat di tinggal Anita dan Chyntia, lantas Fatih memulai kembali misi dengan menghubungi seseorang. "Assalamu'alaikum, Ver! Lagi di mana?" tanya Fatih pada seseorang bernama Vera, gadis yang sudah lama didekatinya. "Waalaikumsalam, Kak Fatih! Aku lagi di rumah, kemana saja? Kok baru hubungi Vera?" "Ah, ada saja Ver, Kakak boleh main ke rumah gak?" ucap Fatih, mulai melancarkan aksin
Bab 3*Bahagianya hati, saat cinta menemukan jalannya*****Di sebuah Cafe, dengan furniture bergaya minimalis di tengah suasana alam yang super asri dan hijau, sangat cocok untuk memanjakan mata. Tampak dua insan sedang bercengkrama, seraya duduk di bangku bagian pojok, sedikit berjauhan dengan tempat duduk lainnya. "Ver...!" Sahut Fatih, dengan tatapan lembut. Menatap dalam-dalam mata indah Gadis yang duduk di depannya. "I...iya. Kak!" jawab Vera, sedikit terbata. Hatinya merasa tak karuan dipandangi selembut itu, oleh Laki-laki tampan di hadapannya. Hingga pandangan keduanya beradu beberapa saat, sebelum Fatih meneruskan kata-katanya. "Ver...! Tau gak?" Tanya Fatih, masih dengan tatapan lembut penuh arti, namun kalimatnya tak berlanjut. Membuat Vera tambah tidak karuan, apalagi baru kali ini Fatih terlihat serius. "Ahhh...gimana ngomongnya ya?" Fatih seakan b
Bab 4 *Betapa keinginan ini menyiksa, rasa hati yang telah lama tertaut pada satu hati, namun lisan tak kuasa untuk mengutarakannya* *** "Assalamu'alaikum, Rud! Lo di mana?" tanya Fatih pada Rudi, sahabatnya melalui sambungan telepon. "Waalaikumsalam, gue lagi di rumah" "Gue kerumah lu, ya!" "Ya udah, kesini aja!" "Oke! Gue jalan sekarang, nih! Assalamu'alaikum" pungkas Fatih, seraya menutup teleponnya. "Waalaikumsalam." *** "Telepon dari siapa Kak?" tanya Anggi pada Rudi, Kakaknya. "Iiihh, pengin tau aja! Nguping ya? dasar bocil!" dengus Rudi pada adiknya, yang sedang duduk tak jauh di ruang tengah rumah sambil memainkan gawai. "Diiihh, sebal deh! Aku, kan, sudah mau lulus SMA, masa masih dipanggil bocil aja! Kakak tuh! Kakek Sugiono, hahaha" seloroh Anggi sambil terbahak.
Bab 5 *Cinta datang karena terbiasa, keinginan memiliki adalah fase selanjutnya, seraya bersama mengukir asa mewarnai semesta* *** "O, ya, Kak! Mau minum apa?" tanya Anggi. "Gak usah repot-repot Nggi, nanti juga kalau Kakak haus ambil sendiri" jawab Fatih dengan santainya. "Hem... oke deh! Kak," tukas Anggi seraya duduk di dekat Fatih yang sedang Asyik dengan gawainya. "Kak!" sahut Anggi, lembut. "Iya, Nggi!" jawab Fatih seraya meletakan benda pipih di tangannya. "Ajarin Aku dong! Bahasa inggris" pinta Anggi mulai membuka percakapan. "Yaaa, Nggi! Zaman sekarang mah gampang belajar bahasa, tinggal buka translate di handphone, bisa belajar sendiri" "Yeee, Anggi, kan! Mau diajarinnya sama Kakak!" tukas gadis berambut panjang itu dengan manja. "Boleh! tapi pakai handphone aja ya!" cetus Fatih. "Asyiiikkk, mulai
Bab 6 *Saat keangkuhan tak lagi dapat bersuara, di hadapan sang pangeran cinta* *** "Assalamu'alaikum, sayang! Sedang di mana?" tanya Fatih pada Vera, melalui sambungan telepon. "Waalaikumsalam, sedang di rumah, Yang" "Ada waktu gak? Kita jalan yuk!" ajak Fatih. "Ayo! Kapan?" "Sekarang ya! Aku jemput sekalian," "Hem, tapi Aku mau antar mama dulu ke pasar, maklum Ibu-ibu hehe" "Lama gak?" "Ya gak tau! Namanya juga Ibu-ibu kalau belanja, gak tentu, bisa lama, bisa sebentar, hehe" tukas Vera seraya tertawa kecil. "Bagaimana kalau kita ketemuan di tempat biasa? Nanti sepulang dari antar Mama, kamu naik ojek online, Aku tunggu di sana!" "Oh, ya, udin hehe," "Deal, ya?" "Iya!" "Sip! Assalamu'alaikum" pungkas Fatih seraya mengakhiri percakapan.