Share

Judul 7 Gadis Pilihan Mama

Bab 7

***

Usai mengantarkan Vera kembali kerumahnya, Fatih langsung memacu si kuda besi untuk pulang.

Jalanan di saat sore hari lumayan ramai, motor besar dengan ciri khas cat warna hijau yang di tungganginya terus melaju membelah jalan.

Hari ini hatinya sangat bahagia, selain sudah bertemu dengan Vera, pemuda itu pun merasa puas, karena telah membuat Linda, mantan pacarnya kesal.

Walau keduanya bertemu sudah menggandeng pacar masing-masing, namun paling tidak, Fatih dapat menunjukan bahwa ia dengan waktu singkat bisa mendapatkan gebetan baru lagi.

"Fatih dilawan! Hahaha"  gumamnya berbangga diri, seraya terus memacu kendaraannya.

***

"Assalamu'alaikum," ucap Fatih memberi salam, sesaat sampai kerumahnya.

"Waalaikumsalam," jawab Bu Mirna yang tampak sedang duduk di teras rumah.

Lantas Fatih menghampiri wanita setengah baya itu seraya mencium tangannya dengan penuh takzim.

"Duh! Si ganteng Mama, dari mana saja baru pulang?" tanya Bu Mirna, pada Anak semata wayangnya itu.

"Dari Rumah teman, Ma" jawab Fatih, seraya duduk di samping Mamanya.

"Sudah makan belum Nak?"

"Sudah, dong! Ma"

"Alhamdulillah...syukur kalau sudah makan, Mama juga baru pulang dari arisan di rumah Tante Lena" terang Bu Mirna seraya mengusap-usap kepala Anaknya itu, sambil dalam hatinya berdoa 'Rabbi habli minnasalihin' diulangnya beberapa kali.

"O ya Nak! Kamu kenal gak, sama Indri? Anaknya Tante Lena?" tanya Bu Mirna.

"Mmmhhh...kenal, Indri Sritanti, kan? Memangnya kenapa Ma?"

"Cantik ya? Anaknya, sopan lagi! Udah gitu, sering juara umum waktu di sekolahnya" tukas Bu Mirna.

"Kok Mama tau sih? Kalau Indri sering juara umum?"

"Lah, kan, tadi Mama arisan di rumah tante Lena. Biasalah Ibu-Ibu, kalau sudah ngumpul banyak cerita-cerita." terang Bu Mirna.

"Iya! Ibu-ibu, kalau sudah kumpul pasti ngerumpi, hehe" celetuk Fatih seraya tertawa kecil.

"Yeee, sok tau!" kilah Bu Mirna.

"O, ya! Tadi Tante Lena, cerita, katanya Fatih pernah main kerumahnya, ya? Antar Indri, pas hujan-hujan lagi!"

"Itu, kan! Dulu waktu Tante Lena belum pindah Rumah" ujar Fatih.

"Iya, sih! Kata Tante Lena, juga begitu"

"Tuh, kan! Ngerumpi!"

"Bukan ngerumpi itu mah, tapi cerita aja, ngobrol" kilah Bu Mirna.

"Iya! Sama aja ah!"

"Terus gimana tuh? Sama Indri?" tanya Bu Mirna, menyelidik.

"Gimana apanya? Hem..."  Fatih balik tanya, seraya mengernyitkan dahi.

"Udah kenal dekat ya?" Bu Mirna, terus memburu anaknya itu dengan pertanyaan, seketika wajah Fatih tersipu tak menyangka Mamanya begitu antusias ingin mengetahui kedekatan ia dengan Indri.

"Mmmhhh...gimana ya?" Fatih tampak sedikit grogi.

"Ihhh...ditanya malah malu-malu gitu!"

"Gimana ya? Di bilang dekat gak, di bilang gak, ya, lumayan dekat, hehe" ujar Fatih berkelakar. Seraya tertawa kecil.

"Mama sih, setuju kalau Fatih sama Indri. Anaknya cantik, sopan, pintar udah gitu, Anak dari sahabat Mama." terang Bu mirna seraya binar matanya menyiratkan keinginan yang besar, agar Fatih dapat berjodoh dengan Indri.

"Aahh, Mama, jangan terlalu berekspektasi tinggi, jodoh itu ditangan Tuhan, doakan saja yang terbaik untuk Fatih" tukas pemuda beralis tebal itu berlagak sok bijak.

"Kalau doain mah, pasti dong! Tapi, usaha juga perlu, itu maksud Mama" tandas Bu Mirna.

"Siap!" seru Fatih, sambil membusungkan dadanya seraya memberi hormat.

"Iihhh...dasar! Udah, ah, Mama mau masuk dulu. Jangan lupa, usaha!" pungkas Bu Mirna seraya beranjak meninggalkan Fatih sendirian.

"Uuhhh...Mama ada-ada saja! Jadi inget deh gue sama Indri, lagi ngapain ya, Dia?" gumam Fatih matanya berbinar seraya mengingat kembali kedekatannya dengan Indri, ketika ia masih kuliah, sedangkan Indri masih SMA saat itu.

Namun, saat Tante Marlena memutuskan untuk pindah Rumah karena bercerai dengan suaminya, Fatih sudah jarang bertemu dengan Indri. Apalagi, Fatih tak sempat turut mengantar kepindahannya, karena dilakukan secara diam-diam, entah apa alasannya ia tak pernah diberi tahu oleh Indri, walau dirinya sempat bertanya, Indri tak mau memberi tahu alasannya.

Gadis muslimah, bermata bulat itu, jika tersenyum, lesung pipinya menambah sempurna kecantikannya.

"Ahhh...Indri, Mamaku saja jatuh cinta padamu, Apalagi Aku, hem..." bathin Fatih, fikirannya menerawang mengenang kembali saat-saat indah waktu masih sering jalan bareng dengan Indri.

Pribadi Indri yang santun, membuat Fatih segan untuk berterus terang, jika ia jatuh hati. Walau sikap gadis itu padanya menunjukan perhatian yang lebih, tetap saja mental Fatih tak cukup kuat jika harus berterus terang tentang perasaannya.

Begitulah terus berjalan lama, hanya sebatas dekat tapi tidak mengikat, sampai akhirnya Indri pindah Rumah jauh dari tempat tinggalnya yang lama, praktis membuat intensitas pertemuan mereka jarang, bahkan pada akhirnya sampai hilang kontak.

***

Mencintai dalam diam adalah pilihan bijak untuk menjaga hati, selama belum ada keberanian untuk mengungkapkannya, karena suatu alasan dan lain hal.

Sungguhpun begitu, bukan menjadi pilihan jika terus menerus diam, karena seiring berjalannya sang waktu, akan ada yang mendahului mendapatkan cinta itu, seseorang yang berani mengungkapkannya terang-terangan.

Jangan salahkan semesta, karena mendpatkan cinta, tak sesederhana membuka jendela di pagi hari.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status