Pesona Istri Kedua Pilihan Istriku

Pesona Istri Kedua Pilihan Istriku

By:  Hany Honey  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating
54Chapters
1.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Riska rela jadi adik madu seorang wanita sosialita demi pendidikan adik-adiknya. Hanya saja, Aldi menolak ide ini. Jangankan menyentuh Riska, pria kaya itu bahkan enggan menemuinya sampai 6 bulan lamanya! Lantas, mampukah Riska akhirnya membuat Aldi sadar bahwa keduanya korban dari perjanjian egois sang istri pertama?

View More
Pesona Istri Kedua Pilihan Istriku Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
default avatar
Hany Honey
Ramaikan ceritanya yuk?
2024-02-21 14:09:15
0
54 Chapters
Bab 1 - Perjanjian
“Pertama, kamu dilarang jatuh cinta dengan suamiku. Yang kedua, kamu harus memberikan anak pada kami berdua dari rahimmu. Dan, yang ketiga, kamu tidak berhak atas anak itu nanti. Paham?”Mendengar ucapan sinis wanita di depannya, Riska pun mengangguk. “I—iya, Mbak. Saya paham.”“Bagus! Kalau kamu sudah paham, kamu bisa baca surat perjanjian kerja ini. Kontrak kerja kamu lebih tepatnya!”Tanpa basa-basi, sebuah map diberikan pada Riska yang langsung membacanya dengan teliti.Dia tidak mau nantinya kalau sudah menjalankan tugasnya, ada hal yang nantinya akan merugikan dirinya.Hanya saja, hatinya ternyata tetap pedih saat kontrak itu menyatakan bahwa Riska tidak memiliki hak apapun atas anaknya nanti. Namun, Riska tak punya pilihan.Tabungan dan pesangonnya sudah habis dan dia sudah di PHK sejak dua tahun lalu dari pabrik tempatnya bekerja. Padahal, dia memang membutuhkan biaya untuk sekolah kedua adiknya, yang sebentar lagi akan masuk SMA dan SMP.Tak lama, Riska pun membubuhkan tanda
Read more
Bab 2 - Menikahi Riska
Entah apa yang dilakukan Marta, tapi Aldi memang akhirnya menuruti keinginan gila istrinya itu untuk menikahi Riska.Hanya saja, Riska dibawa Aldi ke sebuah rumah kecil di perumahan baru agar tak seatap dengan Marta.Kini sepasang suami istri baru itu berada di sana.Aldi memperhatikan lingkungan yang belum banyak dihuni, bahkan masih banyak rumah yang belum selesai dibangun.“Riska, nanti kalau ada apa-apa kamu bilang sama asistenku. Nanti uang bulanan kamu saya titipkan padanya dan dia yang akan aku utus ke sini,” ucap pria itu pada akhirnya.“Baik, Pak,” ucap Riska, takzim.Aldi menghela napas panjang. “Ya sudah, saya pergi dulu.”“Hasan tolong bantu angkat koper Riska, dan setelah itu langsung ke kantor, kita bahas meeting dengan klien kita!” perintah Aldi pada asistennya.“Baik, Tuan,” jawab Hasan dengan hormat.Aldi langsung meninggalkan mereka. Dia tidak ingin lama-lama di rumah Riska karena masih tak nyaman dengan istri keduanya itu.Di sisi lain, Hasan tampak membantu Riska m
Read more
Bab 3 - Kedatangan Hasan Ke Rumah Riska
Tak jauh berbeda dengan Aldi, Riska kini termenung.Dia bingung dengan keberadaannya di rumah mungil itu. Sudah setengah tahun ini, dia rasanya seperti makan gaji buta.“Kebutuhanku tak seberapa, tapi gajiku sebanyak itu dan diberikan rumah. Enak, sih? Tapi, aku seperti mengingkari perjanjian itu,” lirihnya cemas.Beberapa kali, Marta bahkan mendesaknya untuk merayu Aldi.Bagaimana bisa Riska merayunya? Pak Aldi saja tidak pernah ke sini!Riska sungguh merasa serba salah.Jadi, yang dapat dilakukan Riska adalah mulai berbaur dengan tetangga.Cukup akrab, tapi tak sampai menggosip dan berghibah.Beberapa bulan lalu, Riska juga mulai merawat tubuhnya. Dia ikut saran dari tetangganya untuk ke klinik kecantikan. Katanya, saat suami Riska yang merantau balik, dia bisa kelihatan fresh dan glowing,Waktu itu, Riska menahan tawa. Mau berubah pun, apa Aldi akan tertarik padanya?Tapi, tetangganya memaksa.Tanpa terasa, Riska memang terlihat semakin menarik. Dan, yang tahu perubahan ini adalah
Read more
Bab 4 - Belanja Sayur
“Eh Tuan di sini?” ucap Hasan gugup begitu menyadari sosok atasannya kini berdiri di sebelah Riska.“Kenapa kalau saya di sini, Hasan?” tanya Aldi, dingin.“Ya tidak apa-apa, memang harusnya begitu? Kebetulan nih saya bawakan jajanan pasar, buat cemilan Tuan sama Nyonya,” ucap Hasan.“Hmmm ... terima kasih, ya sudah sana kamu pulang, saya ke kantor agak siangan!” titah Aldi.“Siap, Tuan! Selamat bersenang-senang, sudah saya duga pasti ketagihan, kan?” gurau Hasan.“Jangan banyak bicara! Pulanglah!” perintah Aldi sedikit menekan.Dengan cengar-cengir melihat wajah Bosnya yang lucu, Hasan langsung pergi meninggalkan rumah Riska.Padahal Hasan masih ingin lama di rumah Riska, untuk sekadar makan jajanan pasar bersama sambil ngopi di teras Riska.Ya, Riska tidak pernah menyuruh Hasan masuk ke dalam rumah, meskipun ada sesuatu hal yang perlu diperbaiki, entah keran bocor, lampu mati, atau apa,Riska lebih leluasa memanggil orang ahlinya daripada meminta Hasan untuk memperbaikinya, karena a
Read more
Bab 5 - Pinky Boy
Cletak! Aldi menjentikkan jarinya ke kening Riska yang melongo karena mendengar dirinya akan menambahkan uang belanja Riska. “Awwh ... Bapak!” ringis Riska dengan mengusap keningnya. “Lagian kamu melongo begitu?” ucap Aldi. “Ya habisnya uang yang tiga bulan saja masih utuh, ngapain bapak ngasih tambahan uang lagi? Mubazir lho pak?” jawab Riska. “Aku tidak suka dibantah, Riska! Mau tidak mau kamu harus menerima uang tambahan dari saya, dan mulai sekarang belilah baju yang layak pakai, sepatu, tas, make-up, parfum, dan lainnya! Jangan sampai kosong lagi ini meja rias!” tegas Aldi. “Memang pakaian saya tidak layak pakai, Pak?” tanya Riska polos dan meneliti pakaian yang ia gunakan. Menurutnya sudah sangat layak pakai, bahkan itu adalah pakaian yang lumayan mahal harganya menurut Riska. “Ini sudah mahal lho, Pak? Saya beli di toko depan sana dekat sama Pasar itu, harganya sudah mahal sekali,” imbuhnya. “Mahal? Berapa, Riska?” tanya Aldi yang tidak yakin pakaian yang Istri Keduanya
Read more
Bab 6 - Sekarang?
“Bantu aku untuk bujuk Marta, supaya Marta mau punya anak dariku,” ucap Aldi. Riska tersenyum, tapi ia bingung sendiri dengan Suaminya itu. Dirinya saja dibayar Marta untuk dipinjam rahimnya untuk mengandung anak dari Aldi. Sekarang Aldi malah meminta bantuan padanya untuk membujuk Marta?Apakah wanita itu mau mendengarnya?“Bagaimana? Bisa, kan?” tanya Aldi lagi. “Gini nih, Pak. Saya ini kan dibayar Mbak Marta, dipinjam rahimnya untuk mengandung anak dari Bapak, terus kalau saya membujuk Mbak Marta supaya mau hamil, jelas saya kena semprot Mbak Marta dong?” ucap Riska, "disangkanya, saya mau makin gaji buta aja." “Jadi maunya kamu, aku hamilin kamu begitu?” Deg! “Bu--bukan begitu! Tapi, saya tidak mau melanggar perjanjian saya dengan Mbak Marta, Pak. Apalagi Mbak Marta sudah membayar penuh uang kontraknya selama dua tahun,” jawab Marta. Kini, Aldi menghela napasnya berat. Di rumah, ia sudah tidak bisa berkomunikasi dengan baik dengan Marta, meminta jatah ranjang saja Marta sel
Read more
Bab 7 - Tergoda
“Ehh ... ja—jangan sekarang, Pak! Saya sedang masak, masa sambil masak?” Riska sudah panas dingin didekati Aldi, apalagi sampai Aldi memeluk dirinya dari belakang dan mengambil spatula di tangan Riska lalu menaruhnya di tempat tirisan minyak.“Kenapa kalau sambil masak? Biar ada sensasinya, Riska? Ayo, layani saya sekarang.” Aldi tambah membuat Riska makin panas dingin, padahal Aldi hanya ngerjain Riska saja, bagaimana reaksinya saat diperlakukan seperti itu oleh Aldi.“Aduh, Pak ... tubuh saya bau bumbu, nanti saja, ya? Mandi dulu, masa mau melayani suami bau begini, Pak? Ja—jangan deh, Pak?” ucapnya gugup dan wajahnya semakin merah merona, karena Riska bisa merasakan desah napas Aldi yang lembut dan hangat di tengkuknya.“Kenapa? Katanya sudah siap? Kok gugup gini? Jangan tegang dan takut dong wajahnya? Rileks, oke?” bisik Aldi di telinga Riska dengan lembut. Sesekali Aldi mencium tengkuk Riska. Entah ada dorongan apa Aldi bisa-bisanya menyesap aroma wangi tubuh Riska, dan tiba-tiba
Read more
Bab 8 - Ada Yang Ketinggalan
Aldi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ternyata Riska tidak tahan karena ingin buang air, bukan karena ingin menuntaskan hasratnya sama seperti dirinya tadi, yang menuntaskannya sendiri.“Bapak kenapa sih? Aneh ih tanyanya? Masa orang lagi buang air suruh teriak-teriak?” ucap Riska.“Aku lapar, makan yuk? Sudah selesai masaknya, kan?”Aldi sengaja mengalihkan pembicaraan, karena ia malu dengan pikirkannya sendiri yang tiba-tiba jadi berpikiran negatif tentang Riska. Pasalnya, jika Marta ingin sekali, dia menuntaskan hasratnya sendiri di kamar mandi. Aldi kira Riska melakukan hal yang sama dengan Marta.“Hmmm ... pantas saja bicaranya ngelantur, ternyata Bapak lapar? Ya sudah yuk kita makan,” ajak Riska.Mereka duduk saling berhadapan di depan meja makan. Tangan Riska cekatan mengambilkan makanan untuk suaminya.“Silakan, Pak. Selamat makan,” ucapnya dengan senyum tipis di wajahnya.“Selamat makan juga, Riska,” jawab Aldi.Aldi menyendokkan makanannya, dan mulai mencicipi masakan
Read more
Bab 9 - Jangan Pernah Menyesal!
Riska menenangkan degup jantungnya yang tidak keruan karena perbuatan Aldi yang tiba-tiba saja berlaku manis di depannya. “Ya Allah ... apa yang terjadi pada diriku?” batin Riska sambil melongo mengingat apa yang Aldi lakukan tadi. Sementara Aldi yang baru sampai di kantornya, langsung disambut oleh Hasan. Asistennya itu merasa ada yang aneh dengan penampilan sang bos. Biasanya memakai baju rapi dan formal, sekarang hanya memakai kemeja lengan pendek, dan terlihat tampil lebih fresh, terlihat sangat muda menurut Hasan. “Kok bengong, San? Bagaimana, sekarang saja meetingnya? Saya belum terlambat, kan?” tanya Aldi yang melihat Hasan melongo memandang penampilannya dari atas sampai bawah. “Tuan gak salah ke kantor pakai pakaian seperti ini? Apa tidak terlalu santai? Atau saya siapkan baju Tuan yang lain?” tanya Hasan. “Apa saya salah pakai baju? Sepertinya tidak salah? Baju ini bersih, rapi, wangi, dan pantas untuk dipakai ngantor, ya meskipun terkesan santai,” jawabnya dengan me
Read more
Bab 10 - Ingin Mengenal Lebih Dekat
“Ternyata, dia membelikan rumah mewah untuk Yani dan anak-anak mereka,” ucapnya dengan berderai air mata. “Rumah itu lebih mewah dari rumahku dan Rendi, dan hal yang paling mengejutkan, mereka sudah menikah SAH tanpa sepengetahuanku, sebelum anak pertama mereka lahir. Mereka menikah Sah dengan berdasarkan surat perjanjian yang aku buat, sehingga pihak Kantor Urusan Agama mengesahkannya, karena berdasarkan surat itu, aku telah menyetujuinya,” jelas Intan dengan sesegukkan.“Kok bisa sih? Kamu bilang Rendi sangat mencintaimu dan tidak akan berpaling darimua meski ada Yani?” tanya Selfi. “Iya dia mencintaiku, dan mencintai Yani. Dia tidak mau melepaskan Yani juga diriku. Terlebih Orang tua Rendi tahu pernikahan dia dengan Yani karena aku yang minta, karena aku yang tidak mau hamil. Sekarang aku tidak tahu harus bagaimana, Rendi bilang semua yang ia kasih untuk Yani sudah di atas namakan anak-anak mereka, sudah tercatat dalam surat dari Notaris, itu semua sah,” ucapnya. Marta yang mende
Read more
DMCA.com Protection Status