Share

Main Cantik Meski Hati Teriris

Pesanan Henna Calon Pengantin Suamiku

 

 

Part 6

Main Cantik Meski Hati Teriris

Aku sampai dirumah tepat bersamaan dengan datangnya mobil baruku.

"Mama, ini mobil siapa?" tanya Rangga yang langsung menyambutku di depan pintu.

Putraku itu terlihat segar karena baru saja mandi sore, dia juga terlihat girang sekali.

"Mobilnya mama dan Rangga dong Sayang..." jawabku sambil menggendongnya.

"Wah asyik...jadi nanti kita bisa jalan-jalan nggak kehujanan lagi dong, Ma. Meski Papa tak ada di rumah?" tanyanya lagi sambil tersenyum yang kemudian hanya kujawab dengan anggukan.

Memang sering aku dan Rangga jalan-jalan berdua ketika Mas Satrio keluar kota, dan saat ini memang musim hujan, jadi tak jarang kami kehujanan. Dengan mobil baru ini, tak perlu lagi rasanya kami berhujan-hujanan saat sedang keluar rumah.

"Memangnya Mama bisa nyetir kayak Papa?" ucap Rangga lagi dengan wajah yang lucu.

"Ya  tentu saja bisa dong Sayang, mama dulu itu, sebelum menikah dengan Papa sudah punya mobil, dibelikan oleh almarhum eyang, jadi Rangga tak perlu meragukan lagi kemampuan mama, hehehe," jawabku sambil mengedipkan sebelah mata kepadanya, yang dibalas dengan acungan jempol olehnya.

Dulu sebelum menikah dengan Mas Satrio, aku sudah bekerja sebagai seorang akuntan di sebuah perusahaan swasta, dan memang orang tuaku membelikan sebuah mobil sedan keluaran lawas yang selalu menemaniku bekerja setiap hari. Namun setelah meninggalnya Ibu, setelah Bapak pun meninggal setahun lebih dulu, mobil itu kujual, untuk melunasi biaya pengobatan Ibuku yang telah di rawat di rumah sakit selama satu bulan lebih.

Semoga ini menjadi awal yang baik untukku, meski telah dihianati suamiku, aku tak boleeh sedih dan harus tetap tegar dan di akhirnya nanti, akan kutunjukkan pada Mas Satrio bahwa aku adalah pemenangnya dan bukan wanita lemah seperti yang selalu dikatakan oleh Mas Satrio kepadaku.

Malam ini setelah menidurkan Rangga, aku segera mengambil handphoneku dan berbaring di kasur, malam ini akan kuubek akun media sosial milik kedua manusia menyebalkan itu.  Namun ada dua chat dikirim oleh Mas Satrio setengah jam yang lalu, tepatnya pukul delapan malam.

[Ma, sudah jadi beli mobil belum? Kirimin fotonya dong.]

[Aku nggak jadi pulang malam ini, ya. Kemungkinan besok pagi aku pasti sudah sampai rumah.]

Aku kemudian berusaha meneleponya tepatnya video call, tujuan utamaku sih, memang untuk menggnggu mereka berdua yang mungkin kini sedang menikmati surga dunia itu. Memikirkannya saja aku sudah jijik, apalagi membayangkan suami yang biasanya selalu kulayani kebutuhan batinnya sepenuh hati, malah kini sedang mereguk kenikmatan bersama wanita lain.

Dan seperti yang sudah kukira, tentu saja panggilanku yang berkali-kali itu diacuhkannya, bahkan di tolak olehnya.

Akhirnya aku pun mengalah dan mengirimkan pesan teks untuknya.

[Lagi ngapain sih Pa? Kok aku telepon dan Vc nggak diangkat sih? Katanya mau lihat mobil baruku?]

Dan seperti tadi pagi, tentu saja chat dariku itu langsung dibacanya, dan terlihat suamiku itu sedang mengetik, pasti saat ini dia tengah curi-curi waktu atau malah sedang ngumpet di toilet seperti tadi. Aduh...mana enak sih Mas, kucing-kucingan seperti itu? Mangkanya hidup itu yang jujur, biar nggak merasa cemas dan bisa merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.

[Nggak usah Vc, Ma, cukup kamu kirim foto saja, aku sudah percaya sekali kok sama kamu.]

Simple jawabnya, karena dia pasti takut ketahuan. Aku pun kemudian mengirimkan foto mobil baruku itu kepadanya, dari pada ngeyel, toh malam ini juga aku ingin mencari tahu tentang si Karen itu dulu.

[Nih, mobil baruku Pa, terima kasih ya. Tali jujur nih ya, aku akhir-akhir ini kok merasa kamu agak berbeda ya, Pa? Kayak ada yang disembunyiin gitu loh, nggak ada waktu juga untukku dan Rangga.]

[Ah, itu hanya perasaan kamu saja, Ma. Karena aku memang akhir- akhir ini sibuk dengan proyek baru, jadinya sibuk dan sering keluar kota. Mangkanya kamu jangan mikir macem-macem dong, Ma. Dan mungkin kamu sedang rindu berat padaku, hingga pikiran kamu jadi nggak sehat gitu, percayalah saat ini tak ada wanita sebaik dirimu bagiku. 

Besok kalau aku pulang, kita jalan-jalan bareng Rangga ya, apa pun yang kamu mau akan kukabulkan. Sekarang ini, aku lagi repot dan nggak bisa di ganggu karena lagi sama kepala proyek ini Ma, aku sedang melobi proyek yang lebih besar lagi. Toh jika aku berhasil kan itu juga buat kamu dan Rangga juga nantinya di masa depan. Sudah ya...kamu tidur sekarang Ma, biar besok badannya fit saat kita jalan-jalan besok.]

Proyek Besar? Proyekmu menikah dengan Karen maksudnya? Sebenarnya saat ini aku ingin langsung mengata-ngatainya dengan bahasa binatang, namun kutahan dan terus kuredam emosi di hati ini. Rugi rasanya jika aku melakukan semua itu saat ini, aku harus memiskinkan Mas Satrio dulu, dan membuatnya menyesal telah bermain api denganku, kini biarkan aku main cantik dan pura-pura bodoh, hingga keinginanku tecapai.

[Iya deh, selamat malam. Tapi janji ya, besok ngajakin kami jalan-jalan dan  nurutin apa mauku...awas kalau bohong, hehehe]

Chat terakhirku itu, tentu saja tak dapat balasan dari Mas Satrio. Biarlah malam ini dia melego "proyek besar" tadi, aku pun akan segera menjalankan misi pertamaku, setelah aku mendapatkan banyak info nantinya. Yang pasti juga, besok aku harus mendapatkan sesuatu barang yang berharga dari Mas Satrio, pokoknya aku harus lebih bisa matre dan mandapat lebih banyak harta dari pada si Karen itu.

 

 

 

 

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status