Share

Overprotectiv Belum Tentu Setia

Jangan lupa klik berlangganan ya, biar tak ketinggalam update terbarunya, terima kasih.

******************** ********************

Part 9

Overprotectiv Belum Tentu Setia

"Kok cuma seratus juta sih Pa? Ish... buat apa coba? Buat sewa rukonya aja ini mah buat dua tahun, buat modalnya mana? Apa aki pinjam ke temenku saja modalnya? Atau pinjam sama Bu RT? Pasti deh dikasih sama mereka..." ucapku sambil pura-pura merajuk.

Aku yakin juga dia pasti menambahkan uang untuk modal ini, ya karena dia ini gengsian. Pasti malulah kalau aku sampai pinjam uang ke teman apa lagi tetangga.

"Seratus juta itu emang buat rukonya saja Ma...nanti modalnya kutransfer lagi pas ruko sudah selesai direhab, gitu Ma," jawabnya menjelaskan.

"Nggak mau ah kelamaan, modalnya kirim saja sekalian kan aku juga pingin langsung belanja, jadi pas udah selesai langsung tinggal masukin barang dan opening deh. Atau aku langsung telepon  Bu Rt saja nih, pinjam uang," ancamku sambil pura-pura akan menelepon.

"Apaan sih Ma, kamu kok sekarang jadi suka maksa gini. Kutransfer sekarang, tapi jangan pernah pinjam-pinjam uang , apa lagi sama tetangga, malu-maluin saja..." ucapnya sambil kembali mengutak-atik handphonenya, "tapi yang lima ratus juta ini aku pinjemin saja loh Ma, enam bulan wajib di kembalikan, Ok?!"

"Oke deh oke...gampang itu  mah, enam bulan itu juga masih lama kok. Yang penting bisa buat modal dulu, aku yakin kok, usahaku nanti juga bakal maju banget," ucapku tersenyum karena melihat uang senilai lima ratus juta itu sudah masuk ke rekeningku.

Suami macam apa sih Mas Satrio ini? Istri minta modal usaha kok malah di hutangin,  disuruh balikin enam bulan lagi, sedangkan untuk gundiknya uang berapapun habis tak bersisa. Memang kamu itu nggak layak banget untuk di pertahanin. Berjuang denganku, eh ngrayain kemenangannya untuk yang lain.

"Ingat jangan buat aneh-aneh. Khusus buat usaha, dan meskipun sudah punya butik, kamu tetap nggak boleh dandan dan wajib tetap sederhana loh, Ma. Nanti kalau kamu dandan dan sering keluar rumah, ujung-ujungnya pasti selingkuh!" ucapnya sebal, dan hanya kutanggapi dengan senyuman.

Egois sekali memang suamiku ini, mungkin benar kata temanku, sesungguhnya pasangan yang terlalu overprotective itu, belum tentu benar-benar baik sama kita, malah kadang dia melakukan banyak kecurangan di luar, dan segala batasan yang diberikan hanya untuk menutupi semua kebusukanya saja.

Tapi semua itu tak perlu kurisaukan lagi, toh sebentar lagi aku juga akan segera mengajukan gugatan cerai padanya, besok tepatnya, mangkanya aku sangat senang sekali ketika dia balik lagi keluar kota katanya.

Setelah berenang, Mas Satrio mengajak kami jalan-jalan ke salah satu pusat perbelanjaan, tentu saja hal ini sangat menyenangkan untuk Rangga. Dan saat di mall seperti ini, putraku itu pasti minta ke arena gamezone, dan hal itu bisa menghabiskan waktu hingga satu jam lamanya.

Ketika Mas Satrio dan Bik Nurma sedang menemani Rangga, aku hanya menunggu di  tempat duduk yang sudah disediakan di depan arena, capek juga habis belanja dan tadi sudah menemani Rangga main basket. Sebuah pesan chat masuk ke handphoneku.

Ketika kubuka ternyata dari Karen, langsung saja kubuka pesan itu.

[Kak, ini aku sudah dirumah dan sudah kukirim shareloknya barusan. Lihat benar-benar, jangan sampai kesasar pas hari H-nya yah. Ingat tanggal dua puluh bulan ini loh.]

[Pasti nggak akan lupa kok Kak, tenang saja, hehehe. Oke kulihat sebentar ya shareloknya.]

Gegas kubuka sharelok itu, ternyata letaknya tak terlalu jauh dari rumahku, kayaknya nggak sampai satu jam perjalanan untuk menuju ke rumah si Karen ini. Masih dalam satu kota sih, tapi beda kecamatan saja, rumahnya ada di perbatasan dengan kota sebelah.

Aku jadi ingat, bahwa aku juga punya teman SMA di sana, Delia, sahabat tepatnya. Dulu kami tiga tahun selalu satu kelas, kemanapun ada dia pasti ada aku. Ketika lulus kami berpisah, karena berbeda tempat kuliah. Lumayan nih buat cari-cari info, kebetulan aku juga masih menyimpan nomornya, besok atau nanti malam saja akan kuhubungi saat Mas Satrio sudah tak ada lagi di rumah.

[Sudah Kak, aku tahu kok tempatnya dan yakin banget nggak mungkin kesasar, hehehe. Udah berapa persen nih persiapan nikahannya Kak?]

[Ok, ditunggu ya Kak. Persiapannya ya belum ada tiga puluh persen sih Kak, kan mendadak, jadi semuanya akan di kebut mulai hari ini. Kak Rury punya kenalan tukang souvenir pernikahan nggak sih? Yang ekslusif gitu?]

Wah ada peluang baru nih, lumayan juga nanti souvenirnya bisa kukerjain dan pasti membuat mereka terkejut nantinya.

[Ada kok Kak, temanku sering sekali mendapat pesanan souvenir, harganya juga miring kok. Kalau mau kukasih nomor teleponnya deh Kak.]

[Iya mau, Kak. Harga nggak jadi soal, yang penting sesuai dengan pesanananku.]

[Oke, aku kirim kontaknya ya Kak, nanti chat saja sendiri saja ya.]

[Oke, terima kasih Kak.]

[Sama-sama]

Aku kemudian mengirim nomer teleponku yang satunya, kebetulan memang di handphone ini aku pakai dua kartu dan juga dua akun wa, ternyata ada gunanya juga ya sekarang. Saat menunggu chat dari Karen, suamiku ternyata sudah selesai main dengan Rangga.

Saat akan keluar dari mall, di ujung ada sebuah toko perhiasan, aku akan mencoba meminta pada Mas Satrio, lumayan kan untuk tambahan pemasukan hari ini.

"Pa, beliin perhiasan baru dong, satu set aja gitu, sudah lama loh aku nggak punya perhiasan baru, kalau pas arisan gitu suka malu, masak iya istri kontraktor  Satrio Bimo nggak punya banyak perhiasan," ucapku sambil menggandeng tangganya.

"Ya sudah ayo, tapi nanti pas arisan langsung di pakai ya Ma, dan jangan lupa bilang pada mereka kalau ini baru gitu, Ok! " ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya

"Siap Pa, nanti aku akan puji-puji Papa juga di depan mereka, suami terbaik deh pokoknya...Bik, tolong jagain Rangga sebentar ya," kataku yang dibalas anggukan Bik Nurma.

Kami pun langsung masuk ke toko itu, dan aku memilih satu set perhiasan dari berlian seharga tiga ratus juga, dan Mas Satrio pun mengiyakan saja pilihanku itu. Aku yakin sekali, jika Karen pun telah banyak meminta perhiasan dari suamiku ini.

"Kalau perlu pas asrisan, bawa bukti pembayarannya Ma, agar teman-temanmu itu tahu, kalau perhiasan ini berlian asli," ucap Mas Satrio saat selesai melalukan pembayaran.

Enak juga sih punya suami gengsinya tinggi, bisa di porotin, dan hal-hal ini membuatku makin semangat untuk melanjutkan misi-misi lainnya.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Anitha Yunitha
swmangat bacanya thor keren deh
goodnovel comment avatar
Agunk Putra
bagus deh jalan ceritanya
goodnovel comment avatar
Ghinasyfa 123
bagus ceritanya teringat waktu baca buku novel dulu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status