Share

Pernikahan Wasiat Sang CEO Arogan
Pernikahan Wasiat Sang CEO Arogan
Author: Delly Marcha

Prolog

Golda masih belum beranjak dari tempat di mana kakaknya Ethan dimakamkan. Segumpal penyesalan sangat menyesakkan dada, atas meninggalnya kakak yang paling dikasihinya itu.

Bagaimana, tidak? Dia sendiri yang menentang pernikahan antara Ethan dan Amberly, di empat tahun yang lalu. Bukan apa-apa, Golda berpikir kalau pernikahan itu, sangat beresiko bagi kesehatan Ethan yang memiliki penyakit jantung bawaan sejak lahir. Karena bagaimanapun, pernikahan akan banyak konflik yang terjadi. Dikhawatirkan, kakaknya tidak akan sanggup menghadapinya. Dokternya sendiri menyarankan agar Ethan, tidak berani melangkah ke jenjang itu.

"Kamu mengerti sekarang, mengapa aku sangat menentang pernikahanmu dan bang Ethan?" tanyanya tajam, pada wanita yang sejak tadi bertahan seperti dirinya, berada di dekat gundukan tanah yang masih merah. Amberly, kakak iparnya.

Amberly yang sama-sama merasa kehilangan, semakin membenamkan wajahnya dalam posisi tertunduk. Air mata seakan tidak pernah kering, karena rasa sedihnya.

"Ethan adalah penyelamatku, hingga aku berjanji akan mengabdikan diriku untuk selalu ada sisinya. Dalam suka, maupun duka. Selama ini kami bahagia bersama." Itu seperti sebuah pembelaan dari Amberly, tapi itulah yang sebenarnya.

"Tapi buktinya bang Ethan meninggalkan kita. Sebenarnya konflik apa yang terjadi pada diri kalian, sampai jantung dia melemah?" Golda kian merangsek maju mendekati iparnya,

Secara heran dan sedikit jengah merasakan kedekatan mereka, Amberly agak sedikit mundur. Membuat netra Golda kian membola.

Secara kasar dia merenggut tangan Amberly. "Dengar! Beberapa kali aku memperingatkan kamu, jangan pernah bebani abangku. Dan kamu sudah berjanji kalau kakakku akan aman bersamamu. Apa buktinya, sekarang? Dia mati, kan? Dia mati, kan?" ulang tanya Golda, penuh kemarahan, sambil mengguncang-guncangkan tangan Amberly.

"Aku menyayangi Ethan dengan sepenuh hatiku!" teriak Amberly, hampir kehilangan akal. Jadi terpancing untuk memberanikan diri menantang tatapan adik iparnya. Matanya yang bulat, hampir keluar semua, tanpa disadarinya.

Baru kali ini, Golda melihat ekspresi lebih dari biasanya yang mampu Amberly perlihatkan, selain wajah innocent-nya.

"Aku juga sedih dan merasa kehilangan Ethan. Dia suami yang sangat baik, hampir tidak pernah menyakitiku. Sekarang, bagian kamu yang dengarkan aku!" Wanita cantik itu, berdiri tegak, dengan cahaya mata tegas. Bibirnya yang ranum terlihat sedikit bergetar.

"Ingat, Golda! Kamu adik iparku. Walau sering kamu berniat menyakiti hati dan sering mengintimidasi aku, tapi aku tidak pernah mengadukan kepada Ethan. Itu kulakukan demi menjaga hati Ethan! Supaya tidak tahu, kalau dia memiliki adik yang arogan dan tidak tahu aturan seperti kamu!" Tampak Amberly menarik napasnya sesaat.

Lalu melanjutkan kata-katanya lagi. "Aku mungkin terlihat lemah dan kamu sangat senang menggangguku. Sementara aku diam saja tidak melawanmu dan meladenimu. Itulah yang aku lakukan agar tidak membebani hati Ethan." geramnya. Amberly seolah sudah muak pada sikap Golda yang bertingkah menekan dirinya, sejak pernikahannya dengan Ethan. Selalu mengganggu dengan tiba-tiba ada di dekatnya untuk mengancam, agar benar-benar menyayangi Ethan.

Lah! Ia kan, sudah jadi istrinya? Dengan beraninya Amberly menikahi laki-laki yang punya riwayat seperti itu, tentu sudah tahu resiko dan tahu bagaimana cara memperlakukannya.

Mata Golda semakin beringas, terlihat rahangnya mengetat. Baru kali ini, mata yang selalu penuh ketakutan itu terbuka lebar. Cekalan tangannya tidak dilepaskan, walau Amberly terus menarik dengan sekuat tenaganya. "Aku berjanji pada diriku sendiri untuk menjaga abangku, tetapi dipelukanmu dia mati! Jawab! Kamu apakah dia?!"

Kali ini Amberly menatapnya dengan ketakutan sangat. Sambil menangis ia mengatakan. "Aku tidak tahu … hu … hu, sebelumnya tidak ada masalah apapun, kita baik-baik saja. Aku tidak tahu hu … hu …." Amberly sangat menjaga perasaan Ethan, agar suaminya selalu ada dalam keadaan nyaman. Sangat jauh dari konflik apapun. Tidak pernah antara dirinya dan Ethan berbeda paham, jalinan kasih yang dibangun selama ini sangat baik.

Golda masih menatap tajam pada wajah kakak iparnya yang sangat cantik. Wajah peri inilah yang telah menggoyahkan iman kakaknya hingga nekat melanggar janji yang telah diucapkan di depan Golda, pada waktu Ethan mau keluar rumah sakit setelah menjalani operasi jantung yang paling membuat semua keluarga berada di titik di mana merasa akan kehilangan Ethan.

Golda masih ingat ucapannya. "Bang, Ingat pesan dr. Ben, kalau ingin berumur panjang, Abang harus menjaga kestabilan emosional Abang. Tidak boleh terkejut, tidak boleh berpikir keras, apalagi sampai mengalami stress. Intinya hidup Abang harus dijaga dengan baik. Tetap happy … kalau bisa Abang jauhi wanita manapun, jangan sampai karena wanita nyawa melayang sia-sia. Aku, mami dan papi berharap masih lama bersama Abang. Biarlah aku yang akan bekerja keras di perusahaan, agar semua kebutuhan keluarga tercukupi. Bang Ethan tenang saja, semua keluarga sayang sama Abang." Janji Golda, sambil memeluk Ethan, yang merupakan kakak satu-satunya itu.

Balasan Ethan hanya mengangguk sambil tersenyum, mengiyakan.

Tidak menyangka bahwa Ethan akan jatuh kembali pada pelukan seorang wanita berwajah peri seperti Amberly, setelah lepas dari seorang wanita berhati iblis semacam Ivana yang membuatnya sakit lama dan harus menempuh operasi jantung yang sangat menyakitkan dan hampir merenggut nyawanya..

"Den, ini bukan salah Non Amber, Den. Ini sudah kehendak Tuhan." Tiba-tiba, bi Lasih entah sejak kapan berada di sekitar mereka, berusaha memisahkan tangan Amberly dari Golda. Omongan bi Lasih ternyata cukup dapat meredakan amarah yang mengganggu emosinya, hingga Golda dengan mudah melepaskan pegangannya.

" Ayo! Non. Kita, Pulang." Bi Lasih menuntun Amberly, meninggalkan pemakaman umum itu.

Tubuh yang ringkih, terbalut duka yang sangat mendalam.

Lalu, 'penyebabnya, apa? Yang memicu jantung Ethan menjadi lemah?' Ini pertanyaan yang terus berputar di otak Golda. Setelah diingat sebelumnya, kata dr. Ben 'kondisinya baik-baik saja'.

Golda benar-benar merasa berduka, masih penasaran juga untuk mencari jawabannya, seolah ada misteri di balik kematian Ethan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status