Share

3. James Yang Bajingan

"Beraninya kamu mengatakan kalau aku bajingan?!" Napas James bergemuruh diselimuti amarah sampai matanya yang membulat hampir melompat keluar dari kelopaknya.

"Apa kamu bisa bersikap lebih tidak tahu malu lagi, Ava?! Kamu pikir siapa dirimu? Kamu hanya seorang anak dari penjaga toko yang menggantungkan hidup padaku! Kamu pikir apa yang pantas untuk dibanggakan dari seorang istri pemalas sepertimu yang kerjanya hanya tidur? Kamu dan ibumu sama saja. Kalian menjadikan aku sebagai sapi perah untuk kelangsungan hidup kalian. Apa kamu lupa aku bahkan sudah merenovasi rumah jelek ibumu itu sampai menghabiskan—"

"Cukup!" Ava meraung marah sampai dia tak tahan ingin balas menampar suaminya.

Namun, dia masih berusaha mengendalikan diri dan emosional— meski saat itu juga Ava langsung mati rasa atas perbuatan kejam suaminya.

Dengan rahang mengencang Ava berkata, "Kesalahanmu jelas ada di depan mata, tapi kamu justru memutarbalikkan fakta-fakta yang tidak penting sampai mengungkit hal yang tak pernah ibuku minta. Kau tak lebih dari pria sampah yang—"

"Ava!" tegur James dengan mata melotot. "Kenapa kamu menjadi sangat tak tahu diri? Beginikah sifat aslimu yang tidak—"

"Sama seperti kamu yang tidak pernah menunjukkan sifat burukmu sedikit pun terhadapku selama kita berumah tangga? Begitu maksudmu, James?" Ava tersenyum dingin.

Ava tak menunggu jawaban dari suaminya, dan dia bertekad kalau pria itu tak lama lagi akan menjadi mantan suaminya.

Dia buru-buru menambahkan ujar dengan tegas, "Aku tak tahu apa tujuan awalmu menikahiku. Tapi perlu kamu tahu, James. Tak ada alasan bagiku untuk mempertahankan rumah tangga penuh racun dan busuk seperti ini. Jika sebelumnya aku pernah sebegitu ingin memiliki anak darimu, maka sekarang aku sangat bersyukur karena tidak ada hal yang memberatkan aku untuk menuntut perceraian dari—"

"Menuntut cerai kamu bilang?!" James melotot dengan mata menyala-nyala. "Setelah kamu menguras habis uang yang susah payah aku kumpulkan, apa menurutmu kamu akan mudah untuk bercerai denganku?"

"Apa maksudmu?" Kemarahan Ava hampir memuncak seperti lahar api yang siap meledak dari puncak gunung Etna. "Apa yang kamu bilang dengan menguras habis uangmu, James?"

Belum sempat James menjawab pertanyaan Ava, seorang pramusaji perempuan buru-buru menghampiri sambil berujar, "Mohon maaf, tolong jangan membuat keributan di sini. Jika Anda semua memiliki masalah, tolong diselesaikan di tempat yang lebih pribadi, bukan di tempat umum seperti—"

"Kamu berani mengusirku?" Scarlett dengan angkuhnya langsung menukas ucapan pramusaji tersebut.

Dagu Scarlett terangkat tinggi seakan menunjukkan bahwa dia tak terima dengan pengusiran pramusaji muda itu.

"Aku hanya bertugas untuk membuat restoran ini tetap tertib agar semua pengunjung merasa nyaman," sahut gadis berseragam merah hitam tersebut dengan lugas. "Dan keributan yang terjadi ini sudah membuat pengunjung restoran kami merasa terganggu sampai ada beberapa yang keluar sebelum menikmati makanan mereka. Mohon Anda semua segera meninggalkan—"

"Panggil manajermu ke sini!" berang Scarlett ganas.

"Mohon maaf, manager kami sedang—"

"Kalau begitu kamu panggil pemilik restoran terkutuk ini!" Scarlett luar biasa murka dan menunjuk-nunjuk gadis itu dengan mata membelalak. "Berani kamu mengusirku, maka akan kubuat kamu kehilangan pekerjaanmu!"

"Scarlett sayang, kamu tidak perlu marah seperti …"

"Diam kamu, James!" Scarlett dengan tak senang memotong ucapan calon suaminya, kemudian kembali memusatkan perhatiannya pada si gadis, "Ayo cepat panggil pemilik restoran ini!"

Pramusaji tersebut merasa serba salah setelah mendengar ancaman Scarlett. Sekarang posisinya dipertaruhkan gara-gara mencoba melerai keributan yang mereka timbulkan.

Pekikan Scarlett yang memarahi pramusaji langsung menarik semua perhatian pengunjung hingga tertuju ke arah meja mereka.

Ada yang menatap dengan tak habis pikir karena berani mengatakan restoran mewah itu sebagai tempat terkutuk. Ada pula yang menoleh sepintas lalu dengan acuh tak acuh, lalu tetap melanjutkan makan.

Pramusaji muda itu menggigit bibir dan baru saja akan berbalik ketika terdengar detak pantofel yang melangkah dengan tenang ke arah mereka.

Seorang pria bertubuh jangkung dengan mata gelap dan bersinar seperti obsidian berdiri di dekat pramusaji.

Ava mengernyit heran melihat tatapan asing pria itu, lalu teringat kalau beliau adalah orang yang berpapasan dengannya di pintu masuk.

Dihadapkan dengan pria tersebut, si gadis pramusaji langsung menggigit bibir dengan wajah yang agak pucat sambil berkata, "T-tuan R—"

"Ada apa?" Dengan tenang pria itu menukas.

"Itu …" Si gadis menelan ludah dengan susah payah saat melirik ke arah Scarlett dan dua orang wanita yang sudah membuat keributan. "Pengunjung ini membuat keributan sampai beberapa pengunjung lain pergi tanpa memakan makanan yang sudah dipesan. Bahkan ada juga yang pergi sebelum membayar makanan yang sudah mereka makan. keributan yang mereka timbulkan sudah membuat pengunjung lain tak nyaman. Aku hanya menjalankan tugasku sebagai—"

"Baik, kamu kembali dan urus pekerjaanmu." Pria itu mengedikkan kepala, lalu menatap Ava sekilas. Kemudian dia memindai James dan Scarlett yang tampak tak senang ditatap dengan dingin seperti itu.

"Oh, apakah kamu manajer di restoran buruk ini?" Scarlett dengan sombong meninggikan dagu membalas tatapan pria itu.

Sebelah alis Rick yang tebal agak terangkat, ekspresinya seakan menunjukkan rasa jijik melihat bagaimana cara Scarlett berbicara dengan penuh kesombongan.

"Bukan," sahut Rick kalem.

"Jika bukan manajer," timpal Scarlett dengan tatapan meremehkan, "Untuk apa kamu mencampuri urusan kami? Apa kamu pemilik restoran ini?"

"Tidak juga," Rick menyahut dingin dan merasa tak perlu menjelaskan pada mereka tentang siapa dirinya. "Tapi demi kenyamanan pengunjung lain, silakan Anda pergi dari restoran ini."

"Apa kamu tidak tahu siapa aku?" Scarlett yang merasa terhina dengan pengusiran Rick langsung meraung marah, kemudian mengeluarkan kartu emas dan melemparkan di atas meja.

Tanpa perlu melirik kartu emas bertuliskan Scarlett Lautner dengan font palatino tersebut, Ava tentu saja tahu kalau keluarga Lautner bukan orang yang bisa disinggung.

Rick dengan acuh tak acuh langsung berkata pada Scarlett tanpa ekspresi, "Aku tidak mengenalmu dan tidak merasa perlu harus mengenalmu. Tapi kamu sudah membuat keributan hingga restoran ini mengalami kerugian. Untuk itu, silakan keluar."

Scarlett tampak marah luar biasa karena namanya yang populer di kalangan bisnis ternyata tidak menjadikan semua orang mengenalnya.

Scarlett mengangkat tangan dan langsung menunjuk pada Ava sambil berujar dengan sengit, "Dialah yang membuat keributan di sini. Dia biang masalahnya sampai kami semua ribut. Harusnya kamu mengusir dia, bukan aku! Aku akan menuntutmu karena sudah berani menyinggungku."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status