"Kenapa kamu datang di jam seperti ini?"
Ava kira ibunya tidak akan ada di rumah di jam satu siang seperti sekarang. Oleh sebab itulah dia memutuskan datang ke rumah orang tuanya guna menenangkan pikiran dari hal luar biasa yang baru saja menimpanya."Kenapa ibu tidak pergi ke toko?" Ava berjalan masuk dan duduk di kursi yang berhadapan dengan sang ibu.Maria yang sedang menyortir bunga-bunga segar untuk dibawa ke toko langsung terdiam dan menatap sekilas wajah anak perempuannya yang terlihat habis menangis."Kenapa malah balik bertanya?" tegur Maria keras dan tak ingin mempertanyakan apa yang membuat Ava tampak kacau. "Kamu tidak pergi bekerja?""Hanya setengah hari." Ava mencondongkan tubuh ke depan, lalu membantu ibunya menyortir sekumpulan bunga-bunga hias tersebut sesuai jenisnya. "Bu …"Ibunya bersikap acuh tak acuh dan tak menggubris suara lirih anak perempuannya. Dia selalu kesulitan jika dihadapkan pada situasi yang melibatkan emosi."Bu …," panggil Ava lagi ketika sang Ibu berpura-pura fokus pada apa yang sedang dia kerjakan."Kalau kamu mau bicara, kamu bicara saja," gerutu Maria jengkel. "Walaupun tanganku sibuk, bukan berarti aku tak bisa mendengar apa yang kamu katakan."Ava menelan ludah dengan susah payah dan berusaha mempertimbangkan apakah dia harus berbicara pada ibunya tentang James atau tidak.Maria adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki, dan jika Ava kelak akan bercerai dengan James, maka ibunya adalah tempat dia pulang."Bagaimana kalau aku dan James memutuskan untuk bercerai—""Omong kosong apa yang kamu bicarakan, Ava?!" Maria akhirnya mengangkat wajah dan menatap Ava dengan kesal. "Rumah tangga baru setahun sudah memutuskan untuk bercerai? Apa kamu pikir sebuah pernikahan hanya mainan? Kalau ada masalah kalian bisa dibicarakan baik-baik, tidak perlu menggunakan perceraian sebagai jalan pertama. Bagaimana hidupmu ke depannya jika bercerai dari James? Aku sudah cukup tua untuk bekerja lebih keras dan membiayai—""Aku sudah bekerja, Bu," tukas Ava letih. "Aku bisa mencari uang sendiri untuk—""Gajimu yang hanya seribu dollar itu hanya cukup untuk kamu makan sehari-hari dan ongkos pulang pergi ke kantor!" bentak Maria yang akhirnya berdiri sambil berkacak pinggang."Sudah untung mendapat suami yang baik seperti James. Dia sangat tabah meski kamu belum memberinya keturunan. Belum lagi statusnya sekarang yang sebagai manajer pasti memiliki gaji lebih besar," Maria terus mengoceh dengan kesal saat menasihati putrinya. "Kamu bisa membeli pakaian setiap bulan dan makan enak sampai separuh dari gajimu sendiri dikirimkan untuk mencicil utang biaya operasi kepalamu tujuh tahun lalu. Masalah kalian sekarang itu hanya perlu memiliki anak. Untuk itulah ibu selalu mengirimkan tonik penyubur kandungan agar kamu cepat hamil. Sudahlah, Ava, kamu tak perlu bicara omong kosong padaku!"Dengan tatapan hampa dan penuh luka Ava termenung memandangi ibunya."Tak peduli meskipun aku minum berliter-liter tonik yang kamu kirim, pada akhirnya aku tidak akan bisa hamil jika James tak pernah mau tidur denganku," kata Ava yang kemudian menggigit bibir agar air matanya tidak jatuh terurai."James sudah … James akan … dia dan Scarlett selingkuh. Mereka akan menikah akhir tahun ini karena Scarlett sedang hamil anak James." Akhirnya Ava berhasil menyelesaikan kalimatnya."Hah?!" Mata Maria otomatis melotot tak percaya. "Kamu jangan sembarang bicara, Ava! James terus mengejar-ngejarmu dan bersusah payah mendapatkan kamu selama tiga tahun sampai akhirnya kamu luluh dan bersedia menjadi istrinya. Sekarang omong kosong apa yang kamu—""Ini bukan omong kosong, Bu!" sergah Ava dengan kesal karena Ibunya kontan selalu membela James. "Ibu pikir kenapa aku datang ke sini dalam kondisi buruk begini? Apa sebelumnya aku pernah datang ke sini dengan kondisi sebegitu menyedihkan? Dia menipuku, Bu. James dan Scarlett sudah menjalin hubungan sebelum menikahiku hingga—"Penjabaran Ava terputus ketika mendengar suara bell, lalu dia beranjak dari tempat duduk dan segera membuka pintu.Raut wajah Ava seketika memucat saat melihat orang yang dibicarakan tiba-tiba saja datang dan berdiri di depan pintu. Dalam hitungan detik, keterkejutan Ava berubah menjadi sorot penuh kebencian hingga wajahnya berubah dingin.Ava tak ingin bertanya apa tujuan James datang ke sana, jemarinya refleks mengayunkan pintu seakan tak mau berhadapan dengan suaminya.James sangat marah melihat reaksi Ava seperti itu dan segera menahan pintu sambil menggeram, "Pulang, Ava! Kita harus bicara, aku akan—""Tak ada lagi yang akan kita bicarakan, kecuali perceraian!""Mavesa Ludovic! Aku tidak akan menceraikanmu!" James berhasil masuk dan mendorong pintu hingga terhempas ke dinding. "Selama ini aku memenuhi kebutuhanmu tanpa terkecuali. Harusnya kamu bisa menerima Scarlett yang kini sedang mengandung anakku, kamu tak berhak meminta cerai—""Aku berhak, James!" Ava memekik nyaris histeris. "Aku berhak lepas dari pria penipu sepertimu. Aku akan mengajukan gugatan ke—"Ucapan Ava terputus ketika James tiba-tiba menyambar pergelangan tangannya, lalu meremas dagu Ava dengan penuh emosi dan berkata, "Kenapa kamu sangat tidak tahu malu? Kamu kira selama ini kita bisa hidup enak dari mana kalau bukan dari Scarlett? Apa gajiku yang hanya 1500 dolar dan gajimu yang 1000 dolar itu cukup untuk menunjang kehidupan kita? Lihat hidupmu sekarang, Ava! Aku bahkan bisa membeli rumah yang bagus, mobil mewah, membelikanmu pakaian-pakaian mahal, merenovasi rumah ibumu sampai lebih layak huni, semua itu dari Scarlett! Kamu harusnya terima posisi dia yang sedang mengandung anak dan kelak akan jadi istri keduaku. Kamu terima—""Aku tidak terima kamu memperlakukan putriku seperti itu, James Horner!" Suara dingin ibu Ava yang terdengar dari ambang ruangan berhasil membuat James dan Ava menoleh seketika.James terkejut karena tak menduga kalau ibu mertuanya ternyata ada di rumah. Seakan menyadari kalau semua rahasianya tak bisa lagi disembunyikan dari Ava dan ibu mertuanya, James menjadi frustrasi dan marah hingga wajahnya merah padam.Ibu Ava menatap James sebegitu marah, lalu dengan cepat dia menarik tangan Ava menjauh dari pria itu. Dagu Ava yang memerah karena perbuatan James berhasil membuat ulu hati Maria terasa nyeri.Dengan mata melotot tajam Maria berkata dengan tegas pada James, "Sejak kamu memutuskan untuk meminang putriku, sudah kubilang kalau aku tidak menuntut kamu menyenangkan Ava dengan kemewahan. Aku tidak menuntut kamu memberikan mahar yang mahal dan pesta karena aku sudah senang melihatmu mencintai Ava dengan segenap hatimu. Kamu ingat, James, puluhan kali aku pesankan padamu agar jangan menyakiti hatinya dengan pengkhianatan, karena aku tahu bagaimana sakitnya dikhianati oleh suami ..."Napas Maria mulai bergemuruh hingga kalimatnya terputus. Namun, sambil meremas jemari Ava yang gemetaran Maria kembali berbicara."Tapi lihatlah apa yang kamu lakukan pada putriku sekarang, James?" lanjut Maria dengan mata berkilat-kilat. "Kamu memberinya kemewahan dari hasil penghianatanmu?""Aku mencintai Ava, dan sampai kapan pun aku tidak akan menceraikannya!" James berkeras membela diri dihadapan ibu Ava. "Aku hanya berusaha menyenangkan Ava agar dia bisa hidup layak dan terbebas dari kemiskinan hingga—""Dengan cara menyakiti hatinya, mengkhianatinya, dan membohonginya?" pungkas Maria dingin. "Kamu ingat apa yang aku katakan saat menyerahkan putri semata wayangku kepadamu di depan pendeta satu tahun lalu?"Maria tidak menunggu jawaban James, dan mereka bisa melihat wajah tampan pria itu kini mendadak pucat mendengar pertanyaan Maria."Aku menyerahkan putriku padamu untuk kamu jaga dan kamu cintai. Begitulah yang aku katakan padamu, kamu ingat, James?" Maria mengingatkan dengan tegas. "Dan jika suatu hari kamu sudah tidak mencintainya lagi, kamu harus mengembalikan dia padaku alih-alih menyakitinya dengan pengkhianatan. Tapi apa yang kamu lakukan terhadapnya?"Maria menahan diri agar napasnya tetap stabil saat menambahkan, "Ah, James ... barusan sekali aku hampir tida
"Tunggu!"James mengulas senyum penuh kemenangan karena dia tahu betul kalau sang istri tak bisa jauh darinya. Sambil mempertahankan senyum lebar, James berbalik menghadap Ava dan berkata dengan percaya diri, "Lihatlah, aku belum jauh pergi, kamu sudah memanggilku. Kamu memang tak bisa jauh dariku, Ava. Aku tahu benar kalau kamu membutuhkanku."Ava mendengkus dingin. "Akan aku buktikan kalau aku bisa hidup jauh lebih baik setelah terlepas dari pria busuk sepertimu!" Setelah mengatakan itu, Ava menarik lepas cincin pernikahan yang melingkari jari manisnya. Dengan air muka mengeras dia melemparkan cincin tersebut ke wajah James, lalu cincin itu terjatuh dan berdenting di atas lantai. "Bawalah pergi cincin pernikahan itu!" ujar Ava tegas. "Pergi dan bawa semua kebusukanmu, James. Aku membencimu dengan segenap jiwaku!"Setelah melemparkan cincin pernikahannya, Ava tak ingin melihat wajah James lagi dan langsung menutup pintu keras-keras.Dia berdiri gemetaran, bersusah payah agar tidak
"Di mana laporan yang aku suruh kumpulkan?"Ava memegangi kepala yang rasanya hampir meledak. Gara-gara masalahnya dengan James Ava sampai lupa dan tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya. "Sarah, maafkan aku," kata Ava penuh sesal. "Aku sedang mengalami masalah sampai lupa menyelesaikan laporan yang sejak pagi kamu minta buatkan, aku sekarang ada di rumah ibuku dan—""Mati aku!" gerutu Sarah dari seberang panggilan. "Apa kamu tidak tahu kalau sekarang ini mendekati akhir bulan, Ava? Aku butuh laporan itu karena nanti sore akan diserahkan pada tim audit. Kamu tahu kan akhir-akhir ini terjadi kasus penggelapan penjualan vaksin di perusahaan? Ya Tuhan, Ava ... kamu membuatku berada dalam masalah besar."Suara Sarah tidak terdengar marah sedikit pun, tetapi tetap saja Ava merasa bersalah. "Sarah, maaf, tadinya aku berniat masuk kerja setengah hari. Tapi sekarang aku akan pergi ke perusahaan dan—""Ava, kamu ada masalah apa, Sayang? Terlepas dari posisiku di perusahaan yang sebagai a
Scarlett yang 4 bulan lalu bersenang-senang bersama kita saat pesta ulang tahunnya?"Ava mengangguk kecil. Dia tidak ingin banyak bicara karena itu artinya sama saja dengan mengorek-ngorek luka sendiri. Dia butuh menenangkan diri agar emosinya tidak meledak-ledak.Sarah tak tahu apa yang saat ini dia rasakan. Antara percaya dan tidak percaya pada apa yang diungkapkan Ava tentang Scarlett dan James."James terkutuk!" Akhirnya Sarah menggeram kesal saat menyadari kalau selama ini dia memiliki penilaian yang salah tentang suami Ava sekaligus senior mereka saat di universitas.Bahkan, Sarah dan Scarlett tahu benar seperti apa saat James mendekati Ava agar mau menerima cintanya. Jadi, ketika Ava memutuskan untuk menerima James setelah pria itu merayunya bertahun-tahun, Sarah ingat dirinya dan Scarlett jelas berbahagia untuk Ava. Sampai melabeli Ava sebagai gadis beruntung karena mendapatkan pria setampan James hingga membuat para perempuan iri.Namun, sekarang Sarah sadar kalau Scarlett ya
Ketika Ava menjawab pertanyaan Sarah dengan anggukan, Sarah menuturkan ujar, "Apa menurutmu ini tidak terlalu janggal, Ava? Rasanya seolah-olah kamu sengaja dijebak agar terlihat buruk di mata James, lalu dia akan mengibarkan bendera kemenangan karena berhasil menyingkirkanmu tanpa memperlihatkan caranya yang licik?"Ava berhenti makan dan memikirkan apa yang diduga Sarah. Semuanya terasa masuk akal, terutama ketika mengingat kalau James membandingkan Ava dan Scarlett yang sudah berbaik hati dan menerima posisinya sebagai istri kedua.Si pengirim pesan misterius itu memang Scarlett, mungkin kini Ava setuju dengan pendapat Sarah. Scarlett memang sengaja memancing dia agar datang dan meledakkan emosinya di depan James sampai dia tak bisa mengendalikan diri ingin menyiram Scarlett, lalu pria itu melindungi Scarlett dan bayi dalam kandungannya. Scarlett memang luar biasa. Sahabatnya itu memang terlalu licik sampai bisa menghancurkan kebahagiaan Ava hanya dalam satu gerakan, yaitu pesan
"James?"Ava dibuat terkejut ketika mengetahui bahwa pria yang membekap dan menyeretnya ke mobil adalah calon mantan suaminya sendiri. Bahkan, James dengan marah mencengkram pergelangan tangan Ava agar tidak melompat turun dari mobil sementara pria itu mengemudi. "Kau gila, James!" Ava meronta-ronta dari cengkraman James. "Lepaskan aku!""Tidak akan!" bentak James dengan kemarahan yang tidak lagi disembunyikan. "Karena kamu tidak mau diajak pulang dengan cara baik-baik, maka jangan salahkan aku jika menjadi sedikit kejam kepadamu.""Sedikit kejam kau bilang?" Ava mendengus dingin. "Setelah mengkhianatiku, dua kali menamparku, dan membawaku dengan cara diculik seperti ini, kau masih bilang yang kamu lakukan ini sedikit kejam? Siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu lebih mengerikan daripada iblis yang muncul dari kegelapan?""Tutup mulutmu, Mavesha Ludovic!" James spontan mencengkram belakang rambut Ava hingga wanita itu merasakan lehernya nyaris patah. "Apa kamu tak bisa lebih patuh sedik
Tubuh Ava tergolek di atas brankar, didorong menuju ruang observasi, disusul para medis yang berdatangan kerja cepat saat melihat Rick datang membawa pasien.Ava menjalani pemeriksaan mengkhawatirkan dan mendetail, bertolak belakang dengan keinginan Ava untuk pulang, lantas dia dialihkan ke bangsal VIP."Aku ingin pulang," Ava melayangkan protes pada perawat. "Ini sungguh tidak perlu. Aku tahu kondisiku baik-baik saja."Rick berjalan masuk dengan langkah panjang, menyebarkan energi penuh semangat yang tak terbantahkan. Ruangan serba putih dengan dekorasi mantap itu seolah-olah dipenuhi oleh atmosfer asing yang seketika mengusir segala suasana menenangkan, sekaligus membuat perawat berangsur keluar dari kamar pasien."Kenapa aku ada di sini?" gumam Ava, suaranya agak sedikit menggigil ketakutan lantaran pria bertubuh jangkung itu berada di sana. "Maksudku ... kakiku hanya menginjak pecahan kaca, dan mereka sudah membersihkannya. Kenapa harus dirawat?""Telapak kakimu baru saja dijahit k
"Menikah denganmu?" Mulut Ava ternganga tak percaya mendengar ucapan Rick. "Ya," Rick menyahut singkat. "Kamu tidak mau?""Aku masih berstatus sebagai istri orang." Meski Ava memang ingin bercerai dari James, tetapi bukan berarti dia juga langsung ingin menikah dengan pria lain. Lagi pula, proses gugatan perceraian pun belum diajukan, dan Ava tak memiliki uang satu juta dolar agar James menceraikannya. "Oh, jadi kamu lebih senang mempertahankan pernikahanmu yang tak sehat itu, ya?" cibir Rick dingin. "Atau, apa kamu sangat membutuhkan suamimu yang bajingan itu sampai tak ingin bercerai darinya?""Aku tidak butuh pria seperti itu. Hanya ada beberapa tekanan yang membuatku tak bisa langsung mengurus perceraian. Apa kamu mengerti?" Ava menghela napas panjang-panjang, dan berusaha tenang saat menjelaskan hal tersebut kepada Rick. "Hmm, kebetulan sekali," komentar Rick sambil mengusap-usap bulu janggut usia dua hari dari rahangnya yang tegas. "Aku juga sedang mengalami sedikit tekanan