"Aku mencintai Ava, dan sampai kapan pun aku tidak akan menceraikannya!" James berkeras membela diri dihadapan ibu Ava. "Aku hanya berusaha menyenangkan Ava agar dia bisa hidup layak dan terbebas dari kemiskinan hingga—"
"Dengan cara menyakiti hatinya, mengkhianatinya, dan membohonginya?" pungkas Maria dingin. "Kamu ingat apa yang aku katakan saat menyerahkan putri semata wayangku kepadamu di depan pendeta satu tahun lalu?"Maria tidak menunggu jawaban James, dan mereka bisa melihat wajah tampan pria itu kini mendadak pucat mendengar pertanyaan Maria."Aku menyerahkan putriku padamu untuk kamu jaga dan kamu cintai. Begitulah yang aku katakan padamu, kamu ingat, James?" Maria mengingatkan dengan tegas. "Dan jika suatu hari kamu sudah tidak mencintainya lagi, kamu harus mengembalikan dia padaku alih-alih menyakitinya dengan pengkhianatan. Tapi apa yang kamu lakukan terhadapnya?"Maria menahan diri agar napasnya tetap stabil saat menambahkan, "Ah, James ... barusan sekali aku hampir tidak mempercayai apa yang dikatakan putriku, tapi kedatanganmu dan pengakuanmu sudah berhasil membuat aku sadar kalau selama ini aku dan Ava tertipu oleh perangaimu ..."Maria memberikan tatapan tabah dan tegas saat mendesak, "Jadi, kuminta kamu sekarang ceraikan putriku karena bukan hanya Ava yang tidak menoleransi sebuah pengkhianatan. Tapi aku, ibu yang sudah membesarkan Ava selama 23 tahun dia hidup sebelum menikah denganmu, aku juga tidak akan memaafkan sebuah pengkhianatan. Ceraikan Ava, dan biarkan dia—""Tidak bisa!" Untuk pertama kalinya James menunjukkan kemarahan di depan Ava dan ibunya. "Aku tidak akan melepaskan Ava begitu saja!"James mengedarkan telunjuknya ke sekeliling ruangan sambil menggeram marah, "Semua ini … semua fasilitas yang jauh lebih baik dibanding rumah kumuh yang kalian huni sampai empat bulan lalu. Jika bukan aku yang merenovasinya, kalian selamanya akan tetap jadi warga miskin dan terhina. Jika bukan Scarlett yang berbaik hati dan bersedia mengeluarkan uangnya, maka kalian—""Kamu tak berhak menjadikan itu sebagai alasan untuk bisa menyakitiku!" Ava menyerang James dengan amarah yang nyaris meledak. "Kamu tak berhak menghina kehidupan kami sampai seperti itu, James. Aku dan ibuku tak pernah mengeluhkan kondisi kami kepadamu. Tak peduli seberapa kumuh dulu rumah ini, tapi di sinilah aku tumbuh besar dengan penuh kasih sayang. Kamu sendiri yang menginginkan renovasi rumah ibuku. Dan kalau aku tahu ini semua dari Scarlett yang bertujuan untuk membeli harga dirimu, sumpah mati aku lebih baik—""Sudahlah, Ava! Kamu cukup diam dan bersikaplah tidak tahu apa-apa seperti yang selama ini berlaku!" bentak James tajam. "Kamu cukup nikmati saja kehidupanmu yang sudah terbebas dari kemiskinan dan biarkan aku—""Aku ingin bercerai!" Ava mendesis dengan gigi bergemeretak. "Tak ada perempuan yang akan sudi berbagi hati jika—""Scarlett adalah bukti kalau dia mau berbagi hati dan berbagi kekayaannya untuk membebaskan kita dari kemiskinan!""Cukup, James!" pekik Ava tak terima. "Aku bukan Scarlett, dan Scarlett bukan aku. Jangan bandingkan aku dengan wanita jalang tak tahu diri yang bahkan menggoda suami dari sahabat—"Plak!Sekali lagi tamparan keras dilayangkan James di pipi Ava hingga wanita itu terhuyung-huyung."Jaga mulutmu, Ava! Dia sedang mengandung anakku, kamu tak berhak menghinanya. Dia jauh lebih baik daripada perempuan tak tahu diri seperti—""Keluar dari rumahku sekarang, James!" Ibu Ava menunjuk ke arah pintu sambil menarik Ava ke dalam pelukan. "Aku sendiri yang akan mengurus proses perceraian putriku agar kamu tahu kalau kamu tak layak menyakiti putriku—""Kamu menantangku, Maria?" James mendengkus pada mertuanya.James bertekad tak akan menceraikan Ava dan akan mempersulit wanita itu agar tak bisa lepas dari jeratnya."Oke ... aku akan menceraikan Ava jika kalian mengembalikan biaya yang selama ini sudah aku keluarkan! Mulai dari biaya makan, kosmetik, kebutuhan harian, pakaian, sampai biaya pengobatan yang sudah aku keluarkan setiap bulan saat putrimu yang payah itu mengeluh dismenore setiap kali menstruasi, juga biaya renovasi rumah ini. Kembalikan satu juta dolar padaku, maka aku akan menceraikan Ava.""Keterlaluan!" Ava mengabaikan rasa sakit akibat tamparan James yang begitu membekas di pipinya. "Satu tahun hidup bersamamu aku tak sampai menghabiskan biaya sebegitu banyak. Kamu jangan kelewatan seperti itu, James. Kamu tak bisa—""Aku bisa berbuat apa saja agar kamu tidak bisa lepas dariku!" James dengan mata memerah menegur Ava. "Aku tahu kamu tak akan mampu mengeluarkan uang sebesar itu. Maka kamu terima saja apa yang sudah seharusnya—""Aku tidak cukup bodoh untuk bertahan dengan laki-laki busuk seperti!" Mata Ava menyala-nyala diselimuti amarah sampai dia ingin mengambil pisau dan menusuk pria itu. "Pergi sekarang dari sini, dan tunggu sampai aku menggugat—""Sampai kamu mengembalikan uang satu juta dolar, aku pastikan kamu tak bisa menggugat cerai!" James melemparkan tatapan mencemooh. "Dan gajimu yang hanya 1000 dolar itu tak akan mampu membayar pengacara untuk menggugatku. Yang justru nantinya terjadi adalah kamu akan berlutut di kakiku untuk meminta maaf, lalu menerima keputusanku menikahi Scarlett ...."Suara James berubah tegas dan terkandung nada kesombongan saat menambahkan, "Perlu kamu tahu, Ava. Tidak ada pria yang akan menerima perempuan miskin dan tidak lulus kuliah seperti kamu, dan aku tahu kalau kamu tak bisa hidup tanpaku!""Aku bisa!" Ava akhirnya meraih payung yang menggantung di dinding dan berniat memukul James. "Kamu terlalu percaya diri sampai aku tak menduga diriku pernah sebegitu bodoh telah mencintaimu. Pergi kamu, Bajingan! Pergilah kamu ke neraka!"Sebelum payung yang dipegang oleh Ava berhasil mendarat di tubuh James, pria itu lebih dulu menjauh sambil mengibaskan jas dan bersikap begitu angkuh."Kita lihat saja." James tersenyum mengejek seolah-olah dia baru saja mendengar lelucon dari anak kecil. "Kamu tidak akan mampu hidup tanpaku, Mavesa Ludovic!"Setelah mengatakan itu, James melemparkan tatapan penuh ancaman pada Maria sebelum akhirnya dia berbalik dan meninggalkan rumah mereka.Saat James baru saja keluar dari pintu, Ava tiba-tiba melangkah cepat dan berseru, "Tunggu!""Tunggu!"James mengulas senyum penuh kemenangan karena dia tahu betul kalau sang istri tak bisa jauh darinya. Sambil mempertahankan senyum lebar, James berbalik menghadap Ava dan berkata dengan percaya diri, "Lihatlah, aku belum jauh pergi, kamu sudah memanggilku. Kamu memang tak bisa jauh dariku, Ava. Aku tahu benar kalau kamu membutuhkanku."Ava mendengkus dingin. "Akan aku buktikan kalau aku bisa hidup jauh lebih baik setelah terlepas dari pria busuk sepertimu!" Setelah mengatakan itu, Ava menarik lepas cincin pernikahan yang melingkari jari manisnya. Dengan air muka mengeras dia melemparkan cincin tersebut ke wajah James, lalu cincin itu terjatuh dan berdenting di atas lantai. "Bawalah pergi cincin pernikahan itu!" ujar Ava tegas. "Pergi dan bawa semua kebusukanmu, James. Aku membencimu dengan segenap jiwaku!"Setelah melemparkan cincin pernikahannya, Ava tak ingin melihat wajah James lagi dan langsung menutup pintu keras-keras.Dia berdiri gemetaran, bersusah payah agar tidak
"Di mana laporan yang aku suruh kumpulkan?"Ava memegangi kepala yang rasanya hampir meledak. Gara-gara masalahnya dengan James Ava sampai lupa dan tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya. "Sarah, maafkan aku," kata Ava penuh sesal. "Aku sedang mengalami masalah sampai lupa menyelesaikan laporan yang sejak pagi kamu minta buatkan, aku sekarang ada di rumah ibuku dan—""Mati aku!" gerutu Sarah dari seberang panggilan. "Apa kamu tidak tahu kalau sekarang ini mendekati akhir bulan, Ava? Aku butuh laporan itu karena nanti sore akan diserahkan pada tim audit. Kamu tahu kan akhir-akhir ini terjadi kasus penggelapan penjualan vaksin di perusahaan? Ya Tuhan, Ava ... kamu membuatku berada dalam masalah besar."Suara Sarah tidak terdengar marah sedikit pun, tetapi tetap saja Ava merasa bersalah. "Sarah, maaf, tadinya aku berniat masuk kerja setengah hari. Tapi sekarang aku akan pergi ke perusahaan dan—""Ava, kamu ada masalah apa, Sayang? Terlepas dari posisiku di perusahaan yang sebagai a
Scarlett yang 4 bulan lalu bersenang-senang bersama kita saat pesta ulang tahunnya?"Ava mengangguk kecil. Dia tidak ingin banyak bicara karena itu artinya sama saja dengan mengorek-ngorek luka sendiri. Dia butuh menenangkan diri agar emosinya tidak meledak-ledak.Sarah tak tahu apa yang saat ini dia rasakan. Antara percaya dan tidak percaya pada apa yang diungkapkan Ava tentang Scarlett dan James."James terkutuk!" Akhirnya Sarah menggeram kesal saat menyadari kalau selama ini dia memiliki penilaian yang salah tentang suami Ava sekaligus senior mereka saat di universitas.Bahkan, Sarah dan Scarlett tahu benar seperti apa saat James mendekati Ava agar mau menerima cintanya. Jadi, ketika Ava memutuskan untuk menerima James setelah pria itu merayunya bertahun-tahun, Sarah ingat dirinya dan Scarlett jelas berbahagia untuk Ava. Sampai melabeli Ava sebagai gadis beruntung karena mendapatkan pria setampan James hingga membuat para perempuan iri.Namun, sekarang Sarah sadar kalau Scarlett ya
Ketika Ava menjawab pertanyaan Sarah dengan anggukan, Sarah menuturkan ujar, "Apa menurutmu ini tidak terlalu janggal, Ava? Rasanya seolah-olah kamu sengaja dijebak agar terlihat buruk di mata James, lalu dia akan mengibarkan bendera kemenangan karena berhasil menyingkirkanmu tanpa memperlihatkan caranya yang licik?"Ava berhenti makan dan memikirkan apa yang diduga Sarah. Semuanya terasa masuk akal, terutama ketika mengingat kalau James membandingkan Ava dan Scarlett yang sudah berbaik hati dan menerima posisinya sebagai istri kedua.Si pengirim pesan misterius itu memang Scarlett, mungkin kini Ava setuju dengan pendapat Sarah. Scarlett memang sengaja memancing dia agar datang dan meledakkan emosinya di depan James sampai dia tak bisa mengendalikan diri ingin menyiram Scarlett, lalu pria itu melindungi Scarlett dan bayi dalam kandungannya. Scarlett memang luar biasa. Sahabatnya itu memang terlalu licik sampai bisa menghancurkan kebahagiaan Ava hanya dalam satu gerakan, yaitu pesan
"James?"Ava dibuat terkejut ketika mengetahui bahwa pria yang membekap dan menyeretnya ke mobil adalah calon mantan suaminya sendiri. Bahkan, James dengan marah mencengkram pergelangan tangan Ava agar tidak melompat turun dari mobil sementara pria itu mengemudi. "Kau gila, James!" Ava meronta-ronta dari cengkraman James. "Lepaskan aku!""Tidak akan!" bentak James dengan kemarahan yang tidak lagi disembunyikan. "Karena kamu tidak mau diajak pulang dengan cara baik-baik, maka jangan salahkan aku jika menjadi sedikit kejam kepadamu.""Sedikit kejam kau bilang?" Ava mendengus dingin. "Setelah mengkhianatiku, dua kali menamparku, dan membawaku dengan cara diculik seperti ini, kau masih bilang yang kamu lakukan ini sedikit kejam? Siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu lebih mengerikan daripada iblis yang muncul dari kegelapan?""Tutup mulutmu, Mavesha Ludovic!" James spontan mencengkram belakang rambut Ava hingga wanita itu merasakan lehernya nyaris patah. "Apa kamu tak bisa lebih patuh sedik
Tubuh Ava tergolek di atas brankar, didorong menuju ruang observasi, disusul para medis yang berdatangan kerja cepat saat melihat Rick datang membawa pasien.Ava menjalani pemeriksaan mengkhawatirkan dan mendetail, bertolak belakang dengan keinginan Ava untuk pulang, lantas dia dialihkan ke bangsal VIP."Aku ingin pulang," Ava melayangkan protes pada perawat. "Ini sungguh tidak perlu. Aku tahu kondisiku baik-baik saja."Rick berjalan masuk dengan langkah panjang, menyebarkan energi penuh semangat yang tak terbantahkan. Ruangan serba putih dengan dekorasi mantap itu seolah-olah dipenuhi oleh atmosfer asing yang seketika mengusir segala suasana menenangkan, sekaligus membuat perawat berangsur keluar dari kamar pasien."Kenapa aku ada di sini?" gumam Ava, suaranya agak sedikit menggigil ketakutan lantaran pria bertubuh jangkung itu berada di sana. "Maksudku ... kakiku hanya menginjak pecahan kaca, dan mereka sudah membersihkannya. Kenapa harus dirawat?""Telapak kakimu baru saja dijahit k
"Menikah denganmu?" Mulut Ava ternganga tak percaya mendengar ucapan Rick. "Ya," Rick menyahut singkat. "Kamu tidak mau?""Aku masih berstatus sebagai istri orang." Meski Ava memang ingin bercerai dari James, tetapi bukan berarti dia juga langsung ingin menikah dengan pria lain. Lagi pula, proses gugatan perceraian pun belum diajukan, dan Ava tak memiliki uang satu juta dolar agar James menceraikannya. "Oh, jadi kamu lebih senang mempertahankan pernikahanmu yang tak sehat itu, ya?" cibir Rick dingin. "Atau, apa kamu sangat membutuhkan suamimu yang bajingan itu sampai tak ingin bercerai darinya?""Aku tidak butuh pria seperti itu. Hanya ada beberapa tekanan yang membuatku tak bisa langsung mengurus perceraian. Apa kamu mengerti?" Ava menghela napas panjang-panjang, dan berusaha tenang saat menjelaskan hal tersebut kepada Rick. "Hmm, kebetulan sekali," komentar Rick sambil mengusap-usap bulu janggut usia dua hari dari rahangnya yang tegas. "Aku juga sedang mengalami sedikit tekanan
"Aku hanya memberimu waktu satu hari untuk mempertimbangkan tawaranku. Kamu bisa menghubungiku nanti. Kamu masih menyimpan kartu namaku, bukan?""Ya ... ya!" Ava mengangguk-angguk. "Aku masih menyimpannya.""Oke, kamu bisa menghubungiku setelah membuat keputusan."Dan setelah mengatakan itu, Rick langsung pergi dari bangsal pasien untuk menjawab panggilan. Selanjutnya, Ava merasa lega karena Rick masih tidak kembali dalam waktu satu jam. Untuk itulah dia memanfaatkan situasi tersebut agar bisa keluar dari rumah sakit. Lagi pula, Ava bukan pasien pesakitan yang harus terbaring di ranjang pasien VIP. Dia hanya mendapatkan tiga jahitan kecil di telapak kaki kirinya akibat pecahan kaca yang menancap terlalu dalam. Butuh upaya keras bagi Ava untuk meyakinkan perawat bahwa dia ingin keluar sekarang. Untungnya seluruh biaya administrasi sudah diselesaikan oleh Rick. Dini hari menjelang fajar Ava baru tiba di rumah ibunya, dan beruntung sang ibu sudah tidur hingga dia tak perlu menjelaskan