Pemuas Hasrat Tuan Majikan

Pemuas Hasrat Tuan Majikan

Oleh:  Damaya  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
6 Peringkat
39Bab
1.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Luna tak mengerti mengapa Leon Smith--majikannya--membelenggunya dalam pernikahan. Terlebih, kala pria itu memperlakukan Luna laksana pemuas hasrat semata. Akankah Luna bertahan di pernikahan itu atau ... melarikan diri meski benih Leon sudah ada di rahimnya?

Lihat lebih banyak
Pemuas Hasrat Tuan Majikan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Mama Lana
Othor jangan kebanyakan molornya yah ayo semangat upnya.........
2024-03-20 23:39:35
1
user avatar
Jasmine
Hai Kak, aku mampir ke cerita barunya ya ^^,
2024-03-20 20:10:44
1
user avatar
Rai Seika
Luna dan Leon seru banget
2024-03-20 18:54:48
1
user avatar
Ditarina
paling suka sama ceritanya Kak Damaya. Sukses selalu ya!
2024-03-20 09:35:01
1
user avatar
Aspasya
wah cerita baru, pasti seru nih.
2024-03-07 07:27:40
1
user avatar
Damaya
Silahkan tinggalkan jejak terbaik kalian di sini...
2024-03-06 15:35:01
1
39 Bab
1. Maafkan aku.
"Menikahlah denganku."Luna terhenyak, tetapi tidak berkata apapun ketika memperhatikan Leon bergerak duduk di sofa. Mengira telah salah mendengar."Menikahlah denganku," ujar Leon lagi. Tapi tidak begitu jelas terdengar oleh Luna. Menganggap Leon sudah tidak sabar menunggu minuman dingin yang sebelumnya dipesan. Luna pun bersiap akan pergi.Namun, baru memutar badan, Leon sudah lebih dulu meraih pinggangnya. "Biarkan aku membuktikan sesuatu padamu.""To-to-tolong jangan seperti ini, Tuan. Lepaskan saya." Terkejut bercampur risih—Luna berusaha melepaskan belitan tangan Leon di pinggangnya. Tapi sayang, bukannya terlepas, tangan lain pria itu justru mencengkram pelan leher depan Luna, hingga membuatnya menegang. "Aku akan memberimu kehidupan yang layak. Baik sekarang maupun nanti. Kau hanya perlu menikmatinya.""Apa yang Anda bicarakan, Tuan. Sa-saya tidak mengerti." Akal sehat Luna mengingatkan harus segera menyelamatkan diri. Bagaimanapun caranya. Atau ia bisa saja berakhir tragis
Baca selengkapnya
2. Cincin pernikahan
"Tugasmu hanya melayaniku layaknya suami. Karena membuat semua mata menatapmu jijik, bukan hal sulit aku lakukan."Kendati sangat marah mendengar kalimat itu keluar dari mulut seorang Leon Smith. Tapi Luna sadar siapa dirinya untuk melawan. Leon tidak pernah main-main dengan ucapannya. Pria arogan yang memiliki sisi gelap, dan tidak semua orang mengetahuinya.Meski keberatan dan jelas amat sangat terpaksa, tak ayal malam itu Luna kembali merasakan keganasan Leon di atas ranjang. Luna benci penyerahan diri yang ia lakukan lagi dalam keadaan sadar. Menganggap dirinya tak lebih baik dari wanita-wanita peliharaan sang tuan. "Kau puas sekarang?" Suara bergetar Luna terdengar ketika Leon bahkan belum mengatur nafas dengan benar.Pria itu baru saja berguling, dan seketika menoleh kesamping, sambil berucap dingin. "Sebelumnya aku pernah menawarkan pernikahan padamu. Sekarang jangan pernah menganggap dirimu korban jika kau juga menikmatinya.""Karena aku tahu pernikahan macam yang kau janjikan
Baca selengkapnya
3. Pria brengsek
"Apa yang ingin kau tunjukkan? Bentuk tubuhmu? Atau kakimu yang jenjang?"Tangan Luna terkepal kuat, hingga buku-buku tangannya memucat. Tidak terima dengan tuduhan Leon yang seolah mengamggap dirinya gemar memamerkan lekuk tubuh. Selain itu, Luna juga tidak menyangka Leon akan ikut turun. Pasalnya setelah menyambar kaos pria itu dan mengenakannya----Luna sempat memastikan jika Leon benar-benar masih terlelap setelah percintaan panas mereka beberapa saat lalu."Ini tubuhku, kau tidak berhak mengaturku harus bagaimana!" Luna sangat marah, terlebih mengetahui ada orang lain yang juga ikut mendengar tuduhan Leon padanya.Tanpa mengalihkan pandangan dari Luna yang berdiri di ujung tangga, kaki Leon perlahan turun menapaki anak tangga satu persatu. Hingga tak berselang lama, tubuh tinggi besarnya sudah menjulang di dekat Luna yang semakin terlihat kecil. Leon masih berdiri di dua anak tangga terakhir, ketika menatap pria paruh baya yang berdiri tidak jauh dari Luna."Pergilah Pak Jang, bia
Baca selengkapnya
4. Biarkan aku pergi
Pagi hari begitu membuka mata, seperti biasa Luna tidak mendapati Leon ada di sebelahnya lagi. Leon yang juga gemar berolahraga, baru akan turun tiga puluh menit sebelum berangkat ke kantor. Rutinitas yang sebenarnya tidak sengaja mulai Luna perhatikan. Meski sebenarnya ia juga tidak peduli, kapan pria itu naik ke lantai tiga, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mempertahankan otot tubuhnya disana. Luna tidak mau ambil pusing apapun yang Leon lakukan baik di dalam, maupun luar mansion. kecuali pada tubuhnya. Untuk itu Luna harus segera melarikan diri, sebelum benar-benar kehilangan akal."Lebih baik aku mandi." Muak dengan aroma tubuh Leon yang dirasa masih menempel tubuhnya, Luna bergegas meninggalkan ranjang—melenggang begitu saja meski dengan keadaan polos. Namun, saat akan memasuki bilik shower, langkah Luna terhenti di depan cermin wastafel. Ia tertegun begitu melihat ada banyak tanda kepemilikan yang Leon tinggalkan di tubuhnya. "Dia benar-benar membuatku jijik dengan
Baca selengkapnya
5. Sample kepemilikan
"Tidak kusangka dia akan senikmat itu. Cukup sepadan untuk penolakannya tempo hari."Menatap keramaian kota saat hari mulai gelap, bersamaan dengan lampu dari gedung-gedung pencakar langit lain yang mulai dinyalakan—membuat pikiran Leon semakin sulit teralihkan dari Luna. Gadis belia yang sengaja ia jerat dengan picik.Luna tidak pernah tahu seberapa besar resiko atas keputusanya telah berani menolak seorang Leon Smith. Tentunya tetap harus lebih dari apa yang sudah gadis itu putuskan. Leon bukanlah pribadi yang mudah menyerah, sekaras apapun usaha yang dilakukan tetep harus sepadan dengan hasil."Dia masih terlalu lugu." Tersenyum licik seraya memasukan kedua tangan ke dalam saku celana. Pandangan Leon masih lurus ke depan. Menyaksikan sepasang anak manusia yang ada di atap gedung berbeda. Kendati berjarak cukup jauh, tetapi mata tajamnya masih bisa menangkap jelas apa yang sedang mereka lakukan."Tidak ada yang lebih berhak atas dirinya selain aku. Dia milikku, dan akan kuperlakukan
Baca selengkapnya
6. Ingin bermain-main
Tatapan kesal Luna menghunus Leon yang kini duduk di hadapannya. Alih-alih membersihkan diri di bawah kucuran shower seperti yang selalu dilakukan, Leon justru ikut bergabung dengannya. "Kenapa menatapku seperti itu? Kau menganggap hanya dirimu yang berhak menggunakan tempat ini?"Cukup sadar diri, Luna seketika bangkit. Tetapi Leon yang bahkan sudah menutup mata serta kepala yang bersandar di bibir jacuzzi, dengan cepat menahan tangannya."Lepas! Aku sudah selesai.""Temani aku.""Kau kira aku sudi melakukannya? Tidak! Berada di tempat yang sama dengan pria mesum sepertimu, aku bisa benar-benar kehilangan akal." Mendapat penolakan, cengkraman Leon menguat. "Lepas, Le! Aku bisa kedinginan jika terlalu lama berendam." Luna bertambah kesal, tetapi Leon yang sudah membuka mata mengabaikannya."Aku bisa menghangatkanmu."Luna memutar bola mata malas, enggan menanggapi ucapan Loen yang memang tidak pernah jauh dari selangkangan. Sayangnya bermaksud ingin menyentak tangan pria itu, kaki Lu
Baca selengkapnya
7. Tersinggung
Luna mengabaikan rasa asin di bibir bawah bagian dalam atas gigitannya sendiri. Ia juga tidak peduli seberapa dalam giginya tertancap di sana, dan memilih menahan rasa itu dengan menutup mulut rapat-rapat."Rupanya kau lebih suka aku paksa, hm?"Leon masih sangat brutal menghujam Luna dengan posisi berdiri. Mengangkat satu kaki Luna, dan diletakkan ke atas bahu pria itu. Kondisi yang sebenarnya nyaris membuat Luna hilang kesadaran.Namun, Luna gadis yang cukup keras kepala untuk mengakui kekalahannya. Memilih mempertahan ego, meski sebenarnya bernafas pun semakin sulit ia lakukan.."Hentikan! Kau benar-benar kotor," cicit Luna pada akhirnya."Kau yang memintanya dengan berani bermain-main denganku." Tiba-tiba Luna memekik tertahan. Secara mengejutkan Leon mengangkat dan menangkup bokongnya menggunkan kedua tangan, sebelum akhirnya kembali dihentak dengan kasar. "Kau menyakitiku," kata Luna pelan dengan tubuh masih terpantul-pantul. Ia nyaris mati jika Leon tidak juga berniat berhent
Baca selengkapnya
8. Tetaplah bahagia
"Karena itu kau menikahinya?" "Bukankah semua tetap harus sepadan?" Leon menarik ujung bibirnya hingga memunculkan seringai licik."Aku hanya berharap kau tidak pernah menyesal dengan keputusanmu sekarang.""Tidak akan."Menemukan gurat kecemasan di wajah tua pria yang ada di hadapannya itu, Leon tidak begitu saja terprovokasi. Memilih tetap menujukkan sikap tenang seperti yang selalu dilakukan. "Menginaplah untuk malam ini. Lizzie juga pasti menginginkannya.""Kau tahu jawabanku," singkat Leon yang langsung berdiri dari kursi. "Aku datang untuk mengurus bisnis, bukan menuruti keinginannya."Tuan Smith mendesak nafas kasar, tapi Leon tak acuh dengan memilih segera pergi. Bahkan ketika wanita cantik yang baru datang membawa nampan bermaksud berbasa-basi menyapa---Leon juga mengabaikannya. Tetap melangkah lebar menuju pintu utama."Apa dia baru saja datang?""Seperti yang kau pikirkan."Pandangan wanita itu beralih pada paper bag coklat yang ada di atas meja."Setidaknya dia selalu i
Baca selengkapnya
9. Siapa dia?
Waktu berlalu, dan tanpa terasa hari berganti begitu cepat. Duduk di kursi taman seorang diri, Luna belum berniat beranjak meski sudah sejak satu jam lalu ada di sana. Tidak tahu pasti apa yang sedang dipikirkan. Memandangi bunga-bunga bermekaran sedang bergoyang tertiup angin, tiba-tiba kehampaan menelungkup hati. Anehnya ada sekelumit rasa yang tidak bisa dijelaskan, tetapi begitu nyata dirasa. Tepatnya sejak terbangun pagi tadi, mendapati sisi samping masih tetap rapi seperti hari kemarin dan lusa. Mendadak timbul kesedihan yang tidak diketahui pasti apa penyebabnya. Mungkinkah ia merindukan Leon?Tidak! Sisi hati Luna yang lain seketika menolak tegas. Rasa itu bukan tentang Leon yang bahkan tidak ada kabarnya sejak pergi satu minggu yang lalu. Kesedihan Luna lantaran teringat pertemuannya dengan Darma tempo hari. Yah! Itu yang sebenarnya terjadi.Mirisnya saat itu Darma tetap menganggapnya pembual. Seberapa keras ia sudah berusaha menjelaskan, tetap saja pria itu mengbabaikanny
Baca selengkapnya
10. Melepasku
"Jaga batasanmu, Ana!"Wanita itu mendengus, tetapi masih urung melakukan apa yang Leon perintahkan. Justru semakin mengeratkan kedua tangannya di leher pria itu."Aku berpikir semesta berpihak padaku dengan menurunkan hujan saat aku sampai di sini," ucapnya manja."Tidak ada gunanya kau bicara omong kosong!" ketus Leon menyentak kasar tangan Anastasya dari lehernya hingga terlepas. "Sekalipun hujan turun sepanjang malam, tidak akan terjadi apapun pada kita." Memilih menghindar dengan bangkit dari sofa, dan berjalan ke dekat jendela.Anastasya telah mengacaukan pikiran liarnya tentang Luna—gadis naif yang masih saja menginginkan pria lain. Tapi sayangnya telah mengusik benaknya sepanjang hari tadi. Kabar dari Pak Jang yang menjelaskan keadaan di sana aman terkendali pun, tak cukup membuatnya lega. Luna masih belum bisa ia tepikan dari benaknya, hingga kemunculan Anastasya yang tiba-tiba."Kenapa Le, kenapa kau selalu menolakku? Bukankah kita sudah pernah melakukannya sampai—""---tutup
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status