Isabella, seorang gadis berprestasi yang selalu dibully di sekolah karena Ibunya bekerja sebagai clenaing service di klub malam. Orang-orang mengira, sang Ibu menjual diri. di sekolah, Bella selalu mendapat pembullyan dari Helena dan Genk-nya. Helena yang mendapat informasi bahwa Sang Papa menjalin affair dengan Ibunda Isabella, menekan dan menyiksanya di sekolah. bukan hanya dengan kata-kata, Bella juga disiksa secara fisik. siapa sangka kalau ternyata mereka bersaudara. masa lalu orang tua mereka akhirnya terungkap. masa lalu yang menyangkut orang-orang berkuasa dalam hidup mereka dulu. kehadiran orang yang membuat Bella nyaman, nyatanya juga hanya sebuah fatamorgana. sanggupkah Helena dan Bella berdamai dengan masa lalu dan saling menerima?
View MoreBUKAN SALAH IBU 25PoV BELLAAku menatap burung besi itu melayang, terbang ke atas awan lalu lenyap dari pandangan. Hanya suara gemuruhnya yang terasa masih terngiang di telinga. Di dalamnya, dua orang yang kusayangi berada, membawa sebuah niat mulia. Semoga, kedatangan Helena dan Ayah, bisa membuat Tante Meira bertahan dan menyadari kesalahannya. Bukankah semua orang berhak diberi kesempatan kedua?"Ayo pulang."Ibu menarik tanganku dengan lembut menuju area parkir. Aku mengangguk, menikmati rasa tercekat di tenggorokan. Sungguh tak pernah kuduga, kepergian Helena membuatku sesedih ini. Apalagi, dia dengan jujur mengatakan bahwa tak akan pulang dalam waktu dekat. Helena telah mengajukan cuti ke kampus, entah berapa lama. Rencananya, dia juga akan mendaftar kuliah di Negeri Singa itu. Entah kapan aku akan bertemu dengannya lagi."Doakan saja, Nak. Semoga kita semua diberi umur panjang hingga bisa berkumpul lagi."Ibu menyentuh bahuku sesaat sebelum mobil meninggalkan area bandara. Aku
BUKAN SALAH IBU 34PoV HELENA"Aku nggak punya perasaan apa-apa sama Pak Emir, Helen. Sungguh. Aku nggak suka sama dia."Kata-kata Bella terngiang lagi. Aku tersenyum. Bella, kamu bukan orang yang bisa berbohong. Meski bibirmu berucap seperti itu, aku tahu hatimu mengatakan sebaliknya. Matamu dengan jelas menyatakan perasaanmu. Kenapa harus berbohong? Apakah demi aku? Lagi?Ponselku berbunyi. Aku meraihnya dan langsung berdebar begitu melihat siapa yang menghubungi. Arlan, sahabatku di Singapura. Apartemen kami bersebelahan dan dia satu-satunya sahabat berjenis lelaki yang kupunya."Helen, Mamamu benar ada disini. Tadi, Mami sempat mengintip ke sebelah. Ada apakah? Kenapa kau tak ikut?""Arlan, ada sesuatu yang tak bisa kujelaskan. Tapi, bisakah kau membantuku? Tolong jaga Mama sebentar sampai aku tiba.""Your wish my lady. Jangan lama-lama. I'm gonna miss you, Helen. Dua tahun kita nggak bertemu. Pulanglah kesini. Disini tempatmu."Aku mematikan sambungan telepon. Ya, sedetik saja ta
BUKAN SALAH IBU 33"Bella!"Suara Helena riang. Saat sudah dekat, aku baru tahu bahwa yang ada di tangannya adalah es krim kacang merah, persis seperti yang kubawa. Dan orang yang membawanya adalah seseorang yang berjanji akan datang ke rumah menemui Ayah dan Ibu."Aku mengirim pesan whatsapp, menanyakan kapan aku bisa datang. Tapi, pesanku hanya ceklis satu," terang Pak Emir, yang tampak tak enak hati melihatku datang. Aku teringat bahwa ponselku masih disimpan Ayah. Ponsel yang ada rekaman mengerikan kejadian malam itu. Ayah lalu membelikanku ponsel baru dan tidak terpikir olehku untuk menghubunginya."Kamu nggak marah kan, Bels? Aku dan Bang Emir tadi nungguin kamu."Kenapa nada suaranya berbeda saat menyebut namanya? Dan Helen memanggilnya apa? Abang?Aku tersenyum."Kenapa harus marah? Emm, aku tadi mampir depan sekolah, beliin ini buat kamu, tapi rupanya sudah ada yang beliin duluan."Helena dan Pak Emir sama-sama menatap kantung plastik di tanganku. Mereka saling melirik dan ta
BUKAN SALAH IBU 32"Kedua putri saya sedang tidur. Mereka berdua shock berat dan belum bisa ditanyai. Tapi mereka sudah menceritakan semuanya, persis sama seperti yang saya ceritakan barusan. Dan dengan rekaman suara ini, saya harap cukup untuk menjerat lelaki itu dengan hukuman seberat-beratnya."Sayup kudengar suara Ayah dari arah ruang depan. Aku membuka mata, dan pandanganku langsung tertuju ke langit-langit ruang tengah. Aku masih tertidur di atas sofa bed, dengan selimut tua yang empuk dan nyaman. Otakku bekerja dengan segera, memilah ingatan, pada apa yang baru saja kami alami. Sebuah peristiwa besar dan mengerikan, yang kuharap hanya terjadi sekali dalam seumur hidupku."Baiklah, Bapak Wisnu. Saya harap anda bisa bekerja sama dengan pihak kepolisian. Jika kedua putri anda sudah bisa diajak berkomunikasi, mereka harus tetap memberi keterangan sendiri tanpa perwakilan. Sebagai saksi utama."Polisi.Aku berusaha bangun, tapi ternyata kepalaku pusing sekali saat diangkat tadi. Ku
BUKAN SALAH IBU 31"Bella, aku … aku … membunuhnya… "Aku tersadar. Masih menggenggam samurai di tanganku, aku menarik Helena keluar. Berdua kami berlari dan masuk ke dalam mobil. Kulemparkan samurai itu ke jok belakang dan secepatnya pergi dari tempat itu. Biarlah, apapun yang terjadi besok, yang penting kami harus pergi dari sini.Aku melarikan mobil secepatnya. Sudah lewat tengah malam, jalanan benar-benar lengang. Di sebelahku, Helena duduk meringkuk, mengangkat kedua kaki dan memeluk lututnya. Dia gemetar, sementara matanya jelalatan kesana kemari."Helen, tenanglah. Kita sudah sampai rumah."Aku memasukkan mobil ke garasi dan langsung menutupnya. Membuka pintu samping, Helena benar-benar seperti orang tak bisa bergerak. Dia shock berat."Helen, adikku, ayo turun."Aku rasanya ingin menangis melihatnya. Tapi, kutahan air mata sekuat tenaga. Dia akan semakin rapuh jjka melihatku menangis."Sudah nggap apa-apa. Orang jahat nggak akan mati dengan mudah. Dia hanya luka. Kakak akan te
BUKAN SALAH IBU 30"Bella, maafkan aku. Tapi sebaiknya, kita kembali seperti dulu saja. Tak usah pura-pura sayang padaku lagi. Bukankah kau sudah berhasil merebut Papa dariku?"Aku terkejut, refleks kupegang bahunya. Adikku yang kemarin manis dan membuatku terus saja membayangkan hal-hal indah yang bisa kami lakukan bersama, tiba-tiba saja berubah. Suaranya sinis dan penuh tekanan, tapi di matanya, aku melihat kesedihan yang mendalam."Apa yang terjadi, Helen?" bisikku dengan suara parau. Membayangkan kami saling membenci seperti dulu lagi terasa menyakitkan di hatiku. Aku sudah terlanjur menyayanginya."Tidak ada. Hanya saja, Eyang benar. Aku tak boleh memihak padamu dan Tante Ana jika itu membuat Mama sakit hati. Bagaimanapun, Mama yang melahirkan aku, bukan Tante Ana.""Helen, tidak ada yang menyuruhmu memihak kami, karena aku tak pernah menganggap kita dua pihak yang berseberangan. Aku dan Ibu, tidak pernah merebut Papa dari Mamamu, pun tidak ingin selamanya berseteru. Dengan Eyan
BUKAN SALAH IBU 29Aku berbalik dan berlari lagi masuk ke dalam rumah. Hati kecilku mengatakan, bahwa aku tak boleh membiarkan saja Mama berdua dengan lelaki itu. Meskipun nanti Bibik ART memergoki mereka, mana mungkin ada yang berani mengusik Mama. Aku saja diusirnya."Mama, berhenti!"Pemandangan yang kusaksikan amat menjijikkan. Di sofa ruang tengah, Mama tengah duduk merapat pada lelaki itu. Bibir keduanya saling menyatu, membuatku langsung membuang muka."Kenapa kamu masuk lagi? Pergilah Helen. Jangan ikut campur urusan Mama!""Tapi aku tak mau Mama seperti ini! Itu dosa, Ma!""Hey, tenang gadis cantik. Aku dan Mamamu akan segera menikah. Sebaiknya kau mulai terbiasa dengan kehadiranku di rumah ini. Namaku Roby.""Tidak! Aku tak sudi lelaki sepertimu menjadi Papaku. Pergilah, atau aku akan telepon security komplek dan melaporkan bahwa ada penyusup di rumah ini!"Aku kalap. Lelaki di depanku ini amat menyebalkan. Dia bicara ingin menikahi Mama tapi matanya melahap tubuhku dengan g
BUKAN SALAH IBU 28"Mama!"Mama duduk terkulai di lantai dengan pecahan botol minuman yang berserakan di mana-mana. Kamar seperti habis terkena angin puting beliung. Kaca meja rias pecah, isinya yang merupakan botol-botol perawatan wajah dan tubuh, juga make up dari brand ternama, bergelimpangan tak berdaya di lantai"Pulang juga kau anak durhaka!" serunya lemah, matanya memicing seolah-olah aku berdiri di depan cahaya."Mama kenapa?"Aku melangkah hati-hati, menghindari setiap pecahan beling. Berjongkok di depan Mama, dapat kucium aroma alkohol yang pekat dari tubuh dan mulutnya."Masih bertanya? Kenapa aku punya anak sebodoh ini, hah?!"Mama menoyor kepalaku dengan gerakan lemah. Aku hanya mampu menghela napas panjang. Kenapa Mama begitu terpukul dengan pernikahan Papa dan Tante Ana? Bukankah selama ini, Mama sendiri yang membuat ulah? Mama yang membuat Papa mantap menceraikannya. Sudah lama aku tahu kalau Mama suka main ke klub malam, tapi baru-baru inilah dia sampai mabuk dan mem
BUKAN SALAH IBU 27Pernikahan itu akhirnya terjadi, tepat di hari ulang tahun Bella yang ke sembilan, dan delapan bulan lagi ulang tahunku dengan angka yang sama. Tanggal lahir kami ternyata sama, tapi berbeda bulan.Pagi itu, di rumah kecil dengan air mancur ikan mas yang membuat hatiku tertambat, aku duduk di sebelah Bella, menatap Papa yang duduk di samping Tante Ana dengan kerudung putih berenda di atas kepala keduanya. Papa tampak gagah, meski beberapa lembar rambut keperakan mulai tampak di sana sini. Sementara Tante Ana, dengan kerudung putih panjangnya, bagai seorang bidadari. Mulai kemarin, Tante Ana memutuskan menggunakan jilbab, dan itu semakin menambah aura wajahnya yang indah."Ayah kita ganteng banget ya."Aku menoleh, menatap gadis yang duduk di sampingku. Kami memakai gaun yang sama, gaun berwarna salem dengan hiasan mutiara. Rambut coklat Bella digelung tinggi di atas kepala, menyisakan helai-helai ikal rambut di pinggirnya. Sementara aku memilih tetap membiarkan ramb
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.