Share

Bab 6: Tanaman obat dan teka-teki

Desa Leheath satu hari sesudah Arekh, Lifnes, dan Neca pergi berdagang ke desa tetangga. Para penduduk desa melakukan aktifitas seperti biasanya, baik itu pemburu atau pun petani. Salah seorang petani itu adalah seorang perempuan remaja yang membantu ibunya di sawah. Hal biasa yang dilakukan para wanita sementara pria pergi berburu.

Saat gadis remaja itu sedang bekerja di ladang, mendadak wajahnya menjadi pucat dan dia terjatuh begitu saja.

“Lety! Kau kenapa?” teriak sang Ibu panik ketika melihat anaknya terjatuh.

Saat dia memeriksa dahi anaknya dia langsung merasa kalau anaknya mengalami demam tinggi.

“Aku harus membawanya ke tabib,” ujar si Ibu sebelum menggendong putrinya kembali ke desa.

Rumah tabib itu terlihat mencolok di antara rumah-rumah lain, terutama karena ada banyak pot tanaman obat memenuhi pekarangan depan rumahnya. Tabib Rootena adalah seorang perempuan tua yang sudah melewati jauh lebih banyak musim dingin daripada warga desa yang lain, walau begitu dia tetap terlihat muda untuk ukuran perempuan seusianya, dengan rambut hitam yang indah tergerai sebahu. Rootena sendiri mengklaim kalau ini adalah akibat tanaman obat yang sering dia konsumsi.

“Tabib Rootena, tolong Lety! Dia mendadak jatuh pingsan!” seru sang Ibu dengan suara panik.

“Baringkan dia di dipan!” perintah Rootena.

Sesudah Lety dibaringkan di dipan kayu, Rootena memeriksa suhu tubuhnya. Ia lalu dengan sigap mengambil dua daun tanaman obat, kemudian menggerusnya dengan peralatan yang dia miliki. Setelah itu dia merebus daun yang sudah digerus itu di atas perapian kecil.

Rootena kemudian menghampiri Lety sambil membawa obat yang sudah dimasukkan ke dalam gelas.

“Minumlah,” perintahnya dengan singkat.

Lety menurut, dia meminum obat yang pahit itu dengan perlahan.

“Dia perlu tidur di sini semalam, aku akan mengawasi kondisinya. Kalau obatnya berjalan, dia akan kembali sehat besok,” ujar Tabib Rootena.

Sang ibu yang mendengarnya mulai merasa tenang.

Hari sudah berganit, tapi kondisi Lety bukannya membaik, tapi malah bertambah parah. Sejak semalaman Rootena sudah membuat beberapa macam obat yang berbeda, tapi tidak ada yang bisa menyembuhkan Lety.

Malah sekarang Lety mengeluh kalau pandangannya mulai memutih, seolah-olah dia melihat dari balik kabut putih. Padahal, tidak ada kabut putih di manapun. Selain itu bola matanya juga mulai berubah, secara perlahan matanya mulai berubah memutih.

Rootena yakin apa penyakit Lety, masalahnya adalah dia tidak punya obat untuk menyembuhkannya.

Karena itu dia pergi ke bar. Karena di sanalah dua orang yang bisa dia mintai tolong sedang sarapan. Kebetulan Matahari Pagi dan Delthras sedang menyantap makanan mereka di salah satu meja bar.

“Jadi, karena itulah aku meminta bantuan kalian,” ujar Rootena setelah menceritakan kejadian yang terjadi pada Lety.

“Matanya mulai memutih, nya? Penyakit apa yang bisa membuatnya jadi begitu?” tanya Matahari.

Rootena menghela nafas sebelum menjawab, “Itu adalah penyakit sihir yang langka. Penyakit itu akan membuat penglihatan penderitanya semakin lama semakin memburuk, kalau tidak diobati dengan segera, dia bisa buta.”

“Apa? Kalau begitu kita harus segera mengobatinya!” seru Delthras.

“Makanya tadi aku bilang aku butuh bantuan kalian,” ujar Rootena sambil membuka secarik kertas di atas meja, “ini adalah Tangan Lumina, tanaman langka ini adalah satu-satunya obat untuk penyakit ini. Karena Nona Lifnes tidak ada di desa, hanya tanaman ini harapan kita untuk menyembuhkan Lety.”

di secarik kertas itu tergambar sketsa tanaman obat lengkap dengan catatan tentang ciri khasnya, daunnya yang bersinar di kegelapan.

“Aku mengerti, jadi kamu ingin kami untuk pergi mencari tanaman obat ini, nya?” tanya Matahari Pagi, menanyakan hal yang sudah jelas.

“Lalu? Di mana tanaman itu bisa ditemukan?” kali ini Delthras yang bertanya.

Rootena berpikir sejenak, mencoba mengingat sebelum menjawab, “Aku hanya pernah mendengar rumornya, tapi tanaman itu bisa ditemukan di hutan di barat desa. Di sebuah tempat yang tidak tersentuh cahaya matahari.”

“Aku paham, nya! Berarti aku harus pergi ke hutan itu dan mencari tanaman obat ini secepat mungkin, nya.”

“Kau mau pergi sendirian? Beta pikir sebaiknya beta juga ikut mencarinya.”

“Tapi aku lebih cepat darimu, dan kita harus cepat mencari tanaman obat ini, nya. Lagipula tadi Rootena bilang kalau tanaman obat ini ada di tempat gelap kan? Mataku ini bisa melihat dalam gelap, beda dengan kalian, nya.”

“Tapi beta tidak bisa diam saja di sini.”

“Tidak apa, lagipula salah satu dari kita harus menjaga desa. Kalau kita berdua pergi, lalu siapa yang akan menjaga desa, nya?”

Delthras tidak bisa membalas argumen Matahari Pagi. Jadi dia diam saja di bar, sementara Matahari Pagi mengambil kertas sketsa tanaman kemudian bergegas pergi ke luar kota.

Sebagai seorang monk dan juga seorang tabaxi, kecepatan lari Matahari Pagi memang jauh lebih cepat dari orang lain. Dengan segera, dia sudah berada di luar desa dan segera memasuki hutan di barat.

Pepohonan tinggi yang monoton memenuhi hutan, dedaunan yang lebat hanya menyisakan sedikit saja celah untuk ditembus oleh cahaya matahari. Rerumputan dan bunga tumbuh di tanah, tapi tempat yang sering dilewati hewan liar terbuka cukup lebar untuk dilewati. Hutan ini adalah salah satu tempat para pemburu Leheath pergi berburu, tapi selain dihuni oleh hewan biasa, hutan ini juga dipenuhi oleh monster.

“Mungkin seharusnya kita cepat-cepat melakukan ekspedisi ke dalam hutan ini, supaya kita tahu tempat yang aman buat penduduk atau bukan, nya.”

walau begitu, hal itu bukanlah prioritas utama Matahari Pagi saat ini. Sekarang dia harus cepat mencari tanaman obat.

Ia dengan cepat menyusuri hutan, mencari-cari di mana kira-kira tanaman itu berada. Hanya saja dia mengalami masalah, dia bukanlah penduduk lokal daerah ini dan hutan ini masih asing baginya. Bagaimana caranya dia mencari tempat yang tidak disinari oleh matahari?

Semakin jauh dia berlari, rasanya seperti semakin masuk ke tengah hutan, tapi selain kelompok rusa, kelinci, dan satu atau dua monster, dia masih tidak menemukan yang dia cari.

“Aaah. Aku masih tidak menemukan di mana Tangan Lumina itu? Bagaimana ini? Hari sudah semakin siang, apa jadinya kalau aku tidak bisa menemukannya hari ini?”

“Apa? Kau sedang mencari Tangan Lumina?”

Matahari Pagi dikagetkan oleh suara itu, suaranya nyaring dan terdengar seperti suara anak kecil. Tapi mana mungkin ada anak kecil di dalam hutan ini?

Matahari Pagi menoleh, dan dia melihat satu makhluk kecil sedang terbang tak jauh darinya. Seorang peri.

“Apa? Apa kau tahu di mana Tangan Lumina, nya?”

Peri itu tertawa kecil sebelum menjawab, “Aku tahu. Memangnya kenapa?”

“Beri tahu aku di mana tempatnya! Ada seseorang yang sedang butuh tanaman obat itu!”

“Hm… kasih tau nggak yaaa?” ujar si Peri itu dengan nada nakal.

“Tolonglah! Kalau kamu tahu, beritahu aku, nya!”

“haduh, kok memaksa sih. Lagipula, apa untungnya buatku membantumu? Hm… oh iya! Bagaimana kalau kita bermain. Kalau kamu menang, akan aku beritahu di mana tempatnya.”

Sifat nakal dan suka bermain si Peri ini mulai keluar. Sebenarnya Matahari Pagi tidak kaget kalau bangsa peri suka iseng dan bermain-main, hanya saja mereka biasanya suka menipu korbannya. Tapi kali ini, Matahari Pagi tidak punya pilihan lain.

“Baiklah, kita main apa?”

Peri itu tersenyum nakal lalu menjawab, “Teka-teki. Aturannya gampang: aku akan beri kamu sebuah teka-teki, kamu punya tiga kesempatan menjawab. Kalau kamu bisa menjawab sekali saja kamu menang. Kalau tidak, berarti aku yang menang.”

“Aku terima, apa teka-tekimu?”

“Apa yang harus kamu pegang sesudah kamu berikan ke orang lain?”

Harus kamu pegang sesudah kamu berikan pada orang lain? Matahari Pagi berpikir keras, sebelum menjawab.

“Gelang?”

“Salah.”

“Cincin pernikahan?”

“Itu juga salah. Kamu punya satu kesempatan lagi.”

Matahari Pagi berusaha berpikir lebih keras, kemudian menjawab, “Ilmu yang berguna.”

“Salah lagi. Jawabannya adalah… janji. Hehehe.”

Peri itu tertawa setelah memberitau jawabannya, seolah senang dia telah menang. Setelah itu si Peri perlahan terbang menjauh.

“Kaerna kamu kalah, aku tidak harus menjawab pertanyaanmu, jadi sampai jum-.”

“Tunggu! Giliranku masih belum nya!” Matahari Pagi memotong omongan peri.

“Hah? Apa maksudmu? Giliran apa?”

“Ini permainan kan? Berarti harusnya aku juga punya kesempatan untuk memberimu pertanyaan. Kalau kamu tidak bisa menjawab, berarti aku yang menang.”

Peri itu tersenyum tertantang, “Hoo. Kamu kira kamu bisa menang teka-teki dariku? Boleh juga. Berikan teka-tekimu.”

“Aku hidup tanpa menghembuskan nafas, tubuhku dingin seperti mati, terbungkus dalam zirah tanpa logam, selalu minum tapi tak pernah haus. Apakah aku?”

“Hm… hewan yang mati di air.”

“Salah.”

“Patung di tengah hujan.”

“Juga salah. Sekarang kamu cuma punya satu kesempatan.”

“Katak peliharaan penyihir.”

“Itu juga salah. Jawabannya adalah ikan.”

“Tidak kusangka aku kalah oleh teka-teki darimu. Tapi yah, aku memang kalah, jadi akan kuberitahu. Selatan dari sini ada sebuah gua di tepi tebing. Tanaman obat yang kamu cari ada di gua itu.”

“Terima kasih!” Matahari Pagi langsung berlari ke arah yang ditunjukkan oleh peri.

Tak butuh waktu lama baginya untuk menemukan gua yang dimaksud. Gua itu tidak terlalu besar, tapi lokasinya memang sulit ditemukan kecuali seseorang mencari gua itu.

Matahari Pagi memasuki gua itu, dan hanya beberapa meter dari mulut gua yang seharusnya gelap, tempat itu diterangi oleh tanaman kecil di lantai gua. Itu adalah Tangan Lumina, daunnya bercahaya biru dan menerangi gua.

Matahari Pagi mengerti sekarang, karena posisi gua yang sulit ditemukan juga membuat gua ini benar-benar tidak bisa dijangkau oleh cahaya matahari.

Matahari Pagi memetik sebagian tanaman obat itu, lalu bergegas kembali ke desa.

Sesampainya di Leheath, Rootena segera membuat obat dari Tangan Lumina yang dibawa Matahari Pagi. Lety meminum obat itu, kemudian kondisi tubuhnya dengan cepat membaik. Panasnya menurun dan pandangannya mulai pulih.

Setelah dia sembuh, Lety mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada Matahari Pagi karena telah mencari tanaman obat untuk menyembuhkannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status