Share

Bab 3 Merebut Karyawan

Di suasana yang tidak jelas, selebriti itu pun semakin tulus dalam melayani.

Nova hanya melirik sekilas, lalu mengalihkan pandangan.

Saat melihat Nova masuk, Brian agak mengangkat alis mata, tetapi tidak bergerak

Sementara Simon Frank, yang duduk di samping Brian, matanya berbinar ketika melihat Nova.

Dia menoleh ke arah kakaknya, lalu menoleh ke arah Nova sambil tersenyum setengah.

"Bu Nova, kamu mau minum bir di sini?"

"Kasih sayang dari Pak Stephen yang sulit ditolak.

Nova tidak menghampiri mereka, melainkan duduk di pojok.

"Apa kamu yakin mau duduk sejauh itu? Duduk di sini!" Simon sengaja memperbesar masalah.

Orang lain tidak tahu hubungan antara Nova dengan Brian, tetapi sebagai adik Brian, Simon sangat mengerti akan itu.

Sejak awal, selebriti ini memang tidak diminati oleh kakaknya, setelah kedatangan Nova, selebriti itu pun semakin disingkirkan.

Nova berpenampilan cantik. Jelas dia memiliki wajah yang polos, tetapi disertai semacam pesona yang menggoda.

Meskipun hanya mengenakan setelan formal, setiap pandangan dan senyumannya dapat membuat hati orang berdebar-debar.

Bisa dikatakan selera kakaknya terhadap wanita sangat baik.

Jika wanita seperti Nova masuk ke industri hiburan, meskipun tidak memiliki bakat apa pun, juga bakal populer.

Simon ingin menempatkan Nova ke sisi kakaknya.

Hanya saja Nova tak kunjung bertindak, hanya duduk dengan tenang di pojok.

Nova enggan duduk di antara mereka, karena Brian tidak pernah kekurangan wanita di sisinya. Jika dia mendekat, malah terlihat berlebihan.

Stephen melayani Nova dengan teliti dan memberikan segelas bir kepada Nova.

"Bu Nova, mau minum?"

Nova tidak menyambut gelas bir itu.

"Hari ini kurang sehat, sehingga aku mengganti dengan air saja."

Stephen kurang senang.

Dengan tidak mudah, dia mengajak wanita cantik justru ingin mencari kesempatan untuk minum bersama, lalu mengambil kesempatan saat mabuk.

Tidak sangka, wanita cantik ini terlalu dingin, bahkan enggan menyambut bir.

"Pak Brian, manajer perusahaan kalian benar-benar sangat dingin. Dalam situasi seperti ini, ternyata dia bahkan nggak memberi kehormatan padaku."

Brian agak melirik ke arah tangan Stephen yang menempel pada Nova.

Nova bergeser ke arah belakang, menjaga jarak dengan Stephen.

Brian mendengus ringan. "Kalau Stephen mau Bu Nova minum harus nasihati sendiri, buat apa mengaduh padaku? Meskipun aku adalah atasan Bu Nova, aku nggak berhak mengatur urusan pribadi Bu Nova."

Stephen tersenyum menyeringai. "Kalau begitu, jangan salahkan aku apabila nantinya dia menangis."

Kata-kata ini sangat jelas, karena mereka adalah pria dan wanita dewasa. Semua orang langsung mengerti arti di dalamnya dan mulai ribut.

Nova menoleh ke arah Brian secara refleks.

Di sisi lain, Brian malah hanya meliriknya sekilas, lalu membuang muka dengan tatapan tanpa ragu.

Nova agak mengerutkan bibir dan menahan kesakitan dalam hati yang semakin menyebar, lalu mengalihkan pandangan seolah-olah tidak peduli.

Simon menatap kakak dirinya, lalu mengalihkan pandangan ke Nova.

Kedua orang ini benar-benar pandai berpura-pura.

Dia tersenyum, lalu sengaja mengipas-ngipas. "Apa Pak Stephen berminat pada Bu Nova?"

Stephen juga tidak menyembunyikannya. "Kalian sudah tahu? Sudah lama aku mengejar Bu Nova."

Dia tiba-tiba mendekati Nova dan berkata dengan nada yang tidak jelas, "Apa Bu Nova bisa memberikan kesempatan padaku?"

"Wah!" Simon langsung tertarik. "Apa Pak Stephen ingin menikung di depan kakakku?"

Stephen juga tidak takut, hanya menatap Brian. "Memang mau menikung, karena aku sangat menghargai Bu Nova, hanya saja nggak tahu apa Pak Brian rela melepaskannya."

Brian menatap ke arah Stephen dengan tatapan yang agak muram.

"Apa aku bakal melepaskannya, itu nggak penting. Hal yang terpenting adalah bagaimana Bu Nova memilihnya. Kalau Bu Nova mau pergi, nggak mungkin aku bersikeras mempertahankannya, 'kan?"

Dia tertegun, lalu tiba-tiba melontarkan tatapan yang dingin kepada Nova.

"Apa Bu Nova mau ikut Pak Stephen?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status