Share

Bab 10 Pinjam Uang

Nova langsung menaiki taksi ke rumah sakit di mana ibunya berada.

Setelah tiba rumah sakit, kebetulan bertemu dengan Gary yang keluar dari dalam.

"Lho, bukannya ini putriku?"

Nova menggertakkan gigi. "Apa sebenarnya yang kamu inginkan?"

Gary tetap seperti itu.

"Apa kamu masih belum jelas dengan apa yang aku inginkan?"

"Gary, apa kamu nggak takut karma buruk?"

"Karma terburuk yang pernah aku alami adalah ketemu kamu dan ibumu!"

Usai berbicara, Gary mengesampingkan Nova dan berbalik pergi.

Sementara itu, Nova berdiri diam di tempat dan tangannya bergetar karena marah. Perutnya juga terasa sakit.

Dia segera menelepon Nabila.

"Mungkin karena terlalu emosi. Kamu cepat cari tempat duduk untuk menenangkan suasana hati. Kalau masih saja sakit, cepat datang ke rumah sakit."

Nova mengakhiri panggilan, lalu menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan emosinya.

Setelah duduk sebentar di samping, barulah rasa sakitnya perlahan menghilang.

Akhirnya perutnya sudah tidak sakit lagi, barulah dia menghela napas lega.

Dia pergi menjenguk ibunya.

Sebelum pulang, dia mengingatkan perawatnya.

"Kalau Gary datang lagi, Anda mesti kasih tahu aku."

Perawat itu mengangguk. "Baik."

...

Setelah keluar dari rumah sakit, dia langsung menuju perusahaan.

Surat pengunduran dirinya terletak di meja.

Dia malah tidak ada mood untuk mengurusnya.

Dia memasukkan surat ke dalam laci. Setelah ragu-ragu sejenak, dia menelepon Simon.

Simon jelas agak terkejut saat menerima panggilan darinya.

"Bu Nova, kenapa tiba-tiba meneleponku?"

Nova terdiam beberapa saat. "Simon, apa aku boleh pinjam uang sama kamu?"

Simon yang sedang duduk di dalam kantor Brian langsung melontarkan pandangan ke arah kakaknya.

Benar saja, orang yang paling jago mengendalikan orang di dunia ini adalah kakaknya.

Dia bahkan sudah berpikir bahwa Nova akan mencarinya.

Dia tersenyum, lalu buka suara dengan nada maaf.

"Bu Nova, benar-benar maaf. Kamu nggak tahu, gara-gara masalahmu, kakakku marah dan menutup kartu kreditku. Aku saja mengandalkan traktir makan dari orang lain dua hari terakhir ini.

Nova sontak menjadi kecewa.

Dia terdiam beberapa saat, lalu berkata, "Maaf."

Simon merasa bersalah. "Bagaimana kalau kamu istirahat beberapa hari, mungkin kakakku hanya marah beberapa hari."

"Nggak perlu, terima kasih."

Setelah mengakhiri panggilan, Simon melirik Brian yang sedang membalikkan surat kontrak di belakang meja.

"Kak, apa kamu benar-benar mau membiarkan Gary menyiksa Nova seperti ini?"

Brian mendongak dan tatapannya sangat dingin. "Kenapa? Kamu kasihan?"

Simon segera mennggelengkan kepala.

Mana berani dia merasa kasihan?

"Aku hanya mengkhawatirkan Bu Nova benar-benar akan dirugikan oleh Gary. Bagaimanapun, dia adalah wanitamu."

Brian bahkan tidak angkat kepala. "Nggak mau ambil jalan pintas, pantas saja kalau dirugikan."

Simon benar-benar tidak berani berbicara lagi.

Hanya bisa dikatakan kakaknya memang berhati dingin.

Jelas ingin mempertahankan Nova, tetapi malah menggunakan cara seperti ini.

...

Setelah mengakhiri panggilan Simon, Nova tidak tahan memijat dahinya.

Dia benar-benar tidak ada orang yang mampu meminjamkan uang sebanyak itu.

Di antara teman-teman Brian, dia hanya agak akrab dengan Simon.

Jika gagal meminjam uang dari Simon, dia benar-benar tidak bisa menemukan orang lain lagi.

Satu-satunya adalah Stephen, tetapi dia tidak mungkin meminjam uang terhadap seseorang yang menginginkannya.

Nova mengambil tempat duduk, lalu menghela napas ringan untuk meredakan kekacauan dalam hatinya.

Cindy membawa sebuah dokumen masuk.

"Bu, versi akhir dari proposal promosi produk baru ada di sini dan memerlukan tanda tangan Pak Brian. Sekretaris umumnya bilang Anda masih belum resign, sehingga ini adalah tanggung jawab Anda."

Nova mengangguk. "Letak saja."

Setelah meletakkan dokumen, Cindy meninggalkan ruangan.

Nova membaca sekilas proposal itu, lalu pergi ke ruang kantor CEO.

Pintu kantor Brian sedikit terbuka. Nova mengetuk dua kali, lalu terdengar suara dari dalam ruangan.

Nova mendorong pintu masuk.

Brian mendongak dan menatapnya dengan ekspresi sinis.

"Ternyata Bu Nova masih belum resign?"

Nova mengatupkan bibir. "Hari ini ada urusan, sehingga nggak sempat. Besok baru ajukan pengunduran dirinya saja."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status