Share

Bab 13 Perhatian dari Brian

"Nova!"

Brian tiba-tiba mencubit dagunya dengan kejam.

Nova terdiam.

Sebenarnya Brian jarang marah.

Kebanyakan waktu, dia tidak menunjukkan kemarahannya.

Dia menyembunyikan emosinya di dalam hati dan tidak membenarkan orang lain untuk mengetahuinya.

Namun, sekarang tatapannya yang penuh amarah malah membuat Nova agak takut.

"Aku bercanda." Usai berbicara, dia saling bertatapan dengan Brian dan bertanya, "Menurut Pak Brian, aku sebanding nggak?"

Tatapan Brian semakin dingin. "Kalau kamu menawarkan harga ini, lebih baik kamu menunjukkan nilai dari harga ini."

Usai berbicara, Brian berdiri. "Setelah selesai kerja, segera pulang."

Nova menyunggingkan senyuman. "Baik."

Setelah pulang kerja, Nova langsung pulang ke rumah.

Rumah itu sebenarnya adalah sebuah apartemen yang dihadiahkan oleh Brian kepadanya saat mereka bersama.

Setiap sudut diatur menurut kebahagiaan yang dia rasakan kala itu.

Selama ini dia menyebut tempat ini sebagai rumahnya.

Rumah mereka berdua.

Begitu Nova masuk rumah, dia langsung melihat Brian duduk di sofa.

"Pergi mandi!" Brian langsung memerintah tanpa membuka mata.

Nova menjawab dengan tubuh yang tegang, "Baik."

Setelah selesai mandi, Brian sedang telepon.

Saat melihat Nova keluar, Brian mengulurkan satu tangan.

Nova secara refleks memegang tangan itu.

Brian langsung menarik Nova ke pangkuannya.

"Bu Nova, bantu aku buka bajunya."

Dia mengisap telinga Nova dan berkata dengan suara kecil.

Tubuh Nova mematung, karena Brian masih sedang telepon.

"Cepat."

Ketika melihat Nova tidak bertindak, Brian mendesaknya dengan kurang sabar.

Nova mulai membuka kancingnya dengan keras kepala.

Bentuk tubuh Brian benar-benar sangat bagus.

Kancing dibuka satu per satu, dari dada ke perut. Nova sudah melihat selama 3 tahun, tetapi masih merasa tidak terbiasa.

"Ya, begitu saja." Entah apa yang dikatakan lawan bicaranya, Brian mengiakannya dengan santai.

Usai mengiakannya, dia tiba-tiba menundukkan kepala, lalu menggigit pada sisi leher Nova sambil mengisapnya.

"Ya!"

Nova tak kuasa mendesah.

Di sisi lain, lawan bicaranya tiba-tiba tertegun.

Tubuh Nova sangat tegang dan Brian menggigitnya sekali lagi.

"Pak Brian."

Nova berseru.

Akhirnya Brian seperti sudah puas dan mengakhiri panggilan.

Nova melirik layar ponsel secara tidak sengaja.

Stephen.

Nova pikir bahwa Brian memang tidak pernah disakiti.

Siapa yang membuatnya tidak nyaman, dia pasti membalasnya berkali lipat.

Brian mengakhiri panggilan dan menciumnya dengan kejam.

Ciuman yang ganas seperti ingin menelannya.

"Nova, lanjutkan dengan baik."

Nova sibuk meraba-raba tali pinggangnya.

Di sisi lain, dia tidak lupa untuk mengingatkan, "Brian, kamu pelan-pelan."

Brian tersenyum simpul. "Apa kamu merasa aku bisa pelan-pelan pada saat ini?"

Saat ini, kegilaan pria itu terlihat jelas.

Mulai dari sofa ke kamar tidur, lalu dari kamar tidur ke kamar mandi.

Akhirnya berakhir dan berbaring di ranjang. Nova meraba perutnya secara refleks.

Untungnya, tidak ada masalah di sana.

Brian mencium bibirnya.

"Malam ini mau makan apa?"

Nova tidak jawab. Sekarang dia sama sekali tidak selera dan hanya ingin tidur.

Saat bangun dari tidur, dia samar-samar bisa mendengar suara Brian dari luar.

Nova butuh waktu lama baru sadar.

Di luar sudah gelap gulita.

Setelah melihat jam tangan, sudah lewat pukul 10 malam.

Dia mengenakan baju dan keluar dari kamar.

Brian sedang bertelepon.

Saat melihat Nova keluar, dia mengucapkan beberapa kata patah langsung mengakhiri panggilan.

"Makan sesuatu!"

Dia mengangkat dagunya.

Nova baru melihat kotak makanan yang terletak di meja.

Setelah membukanya, ternyata di dalam adalah sekotak sarang walet dan beberapa lauk.

Semuanya masih hangat.

Dia sudah lapar seharian, sehingga memiliki selera setelah melihat makanan ini.

Dia mengambil bubur dan menyesapnya secara perlahan.

Brian meliriknya, lalu masuk ke ruang baca.

Nova agak linglung.

Dalam hatinya kacau balau.

Awalnya ingin melakukan aborsi dan resign, tapi semuanya tidak jadi.

Sekarang sepertinya hanya bisa melihat situasi kondisi.

Semangkuk bubur sarang walet sudah habis dimakan.

Saat sedang makan tidak terasa, tetapi setelah makan tiba-tiba terasa mual.

Dia meletakkan mangkuk dan menutup mulutnya sambil masuk ke toilet.

Bisa dikatakan dalam seketika, bubur yang baru dimakan muntah lagi.

Setelah memuntahkan semuanya, barulah perutnya terasa agak nyaman.

Dia menggosok gigi dan mencuci muka.

Saat dia membalikkan badan, Brian sedang berdiri di belakangnya dengan ekspresi yang tidak jelas.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status