Share

Bab 16 Penerjemah Bahasa Talia

Keesokan paginya, sekretaris umum Brian langsung mengetuk pintu rumah Nova.

Dia berdiri di depan pintu dengan wajah tersenyum simpul. "Bu Nova, Pak Brian suruh saya bawa Anda pergi periksa."

"Baik, maaf telah merepotkan Anda."

Tiba di rumah sakit, Nova menghela napas lega setelah melihat Nabila yang berdiri di area pengambilan sampel.

Setelah mengambil darah, sekretaris umum itu membawa Nova makan sesuatu.

"Kata Pak Brian, hari ini Anda boleh istirahat satu hari."

"Baik." Nova tidak menolak, karena kebetulan dia ada urusan lain.

Setelah berpisah dengan sekretaris umum itu, Nova langsung menuju lokasi sesuai perjanjian untuk menemui Alex.

"Mau minum apa?"

Nova baru saja duduk, Alex langsung bertanya padanya.

"Air mineral saja."

Alex bantu memesan air mineral untuknya.

Nova menyesapnya, lalu mulai omong blak-blakan.

"Sebelumnya kamu bilang butuh bantuanku, apa itu?"

Usai berbicara, Nova tersenyum. "Saat itu aku juga nggak menanyakan detail-nya, setelah dipikirkan, apa mungkin kamu mau beli permata dariku?"

Alex menggelengkan kepala sambil tersenyum.

"Aku memang ada urusan mau cari kamu."

Usai berbicara, dia mengeluarkan sebuah dokumen dan meletakkannya di depan Nova.

"Apa kamu bisa bantu menerjemahkan dokumen ini?"

Nova tertegun.

Kemudian, dia menyambut dokumen itu dari Alex.

Ternyata itu adalah undang-undang dalam bahasa Talia.

"Ini ...."

Alex juga tidak merahasiakannya. "Akhir-akhir ini aku menerima sebuah kasus internasional. Bahasa yang digunakan orang itu justru bahasa Talia. Jelang periode waktu ini, kami sedang stres untuk mencarikan penerjemah yang profesional, kebetulan kamu meneleponku."

Nova terdiam sejenak, lalu berkata, "Kenapa kamu tahu aku bisa berbahasa Talia?"

Alex tersenyum. "Aku pernah melihat pidatomu."

Dulu Nova termasuk orang terkenal di Universitas Bers.

Dia fasih 10 bahasa dan pernah menjadi penerjemah pribadi atasan saat berada di universitas.

Dia juga diterima Kementerian Luar Negeri saat menjadi mahasiswa pascasarjana.

Hanya saja, tiada yang sangka bahwa terakhir Nova menolak Kementerian Luar Negeri dan masuk ke perusahaan Brian.

Nova juga agak terkejut. "Ternyata kamu pernah melihat pidatoku?"

Alex mengangguk. "Nova sangat populer dan tak tertandingi."

Nova agak sedih dan berkata, "Semua itu adalah masa lalu, nggak perlu mengungkitnya lagi."

Usai berbicara, dia mulai membaca Undang-Undang itu.

Melihat kondisi ini, Alex juga tidak banyak bicara.

Tanpa waktu lama, Nova telah menerjemahkan Undang-Undang itu.

Mata Alex sontak berbinar.

"Sudah aku bilang kamu pasti bisa. Aku mau tanya, apa kamu bisa menjadi penerjemah pribadi kami saat sidang dimulai? Terutama karena kali ini menggunakan bahasa Talia. Kalau bahasa Englo masih mending, tetapi kami benar-benar nggak bisa bahasa Talia."

Nova berpikir sejenak, lalu berkata, "Mungkin harus lihat pengaturan waktu."

"Nggak masalah. Setelah waktu persidangan kami diumumkan, aku bakal kasih tahu kamu. Kalau kamu ada waktu, boleh menemani kami ke sana. Kalau nggak ada waktu, kami bakal mencari solusi lain."

"Baik."

Mereka berdua mengobrol sebentar, lalu Alex tiba-tiba bertanya, "Kamu kelihatannya kurang sehat, apa karena masalah ayah angkatmu?"

Nova tersenyum. "Bisa dikatakan seperti itu."

Dia tidak ingin banyak menceritakan masalah pribadinya kepada Alex.

Dia juga tidak ingin orang lain mengetahui masalah antara dia dan Brian.

Meskipun Alex memang banyak membantunya, Alex berbeda dengan Nabila.

Nova langsung mengalihkan topik pembicaraan.

Mereka mengobrol hingga hampir siang hari.

Alex melirik waktu.

"Ayolah, kita makan siang."

Dia mereservasi tempat di restoran barat sekitarnya.

Setelah masuk ke restoran, langkah kaki Nova sontak tertegun.

Dia tidak sangka akan bertemu dengan Brian di sini.

Sebab, dia tahu bahwa Brian tidak makan steak, juga jarang makan di restoran barat.

Namun, hari ini dia malah di sini.

Orang yang bersama dengan Brian justru adalah Yenni.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status