Share

Bab 7 Tidak Bisa Hamil Lagi

Nova ingin mengelak.

Brian malah sudah membuka pintu dan turun dari mobil.

Langkah kaki pria sangat konsisten. Bunyinya terdengar agak marah.

"Apa sudah puas bermain-main?" Brian berhenti di depan dan menatapnya dari ketinggian dengan ekspresi datar.

"Aku nggak main-main." Nova tidak menatapnya.

Tatapan Brian sangat muram. "Kalau begitu, Bu Nova benar-benar mau ikut Stephen? Kapan kamu mulai berhubungan dengannya?"

Nova agak mengerutkan bibir. "Pak Brian sudah salah paham. Aku sendiri yang mau resign, nggak ada hubungannya dengan orang lain."

"Alasan."

Akhirnya nova mengangkat kepalanya dan saling bertatapan dengannya. "Aku mau menikah, Pak Brian."

Brian tiba-tiba menyipitkan mata. "Serius?"

Nova menjawab, "Ya, serius. Aku sudah berusia 27 tahun."

Brian mengasah wajahnya dan matanya memancarkan cahaya yang berbahaya.

"Apa kamu sudah punya pasangan yang cocok?"

Nova terdiam beberapa saat.

"Masih belum, tapi baik sudah atau belum, aku tetap mau resign."

"Apa sudah banyak uang?" Brian menatapnya sambil mengangkat alis matanya.

Nova tersenyum masam.

Bersamanya karena uang adalah hal yang paling tak terungkapkan selama ini.

Dia malah berkali-kali mengingatkan Nova.

Entah berapa besar tenaga yang dikerahkan, sehingga tidak kehilangan kendali di depan pria ini. Nova tersenyum pada Brian.

"Nggak, tapi kalau mencari uang bertentangan dengan menikah, aku lebih memilih menikah."

Tatapan Brian tampak muram.

"Apa kamu tega padaku?"

"Memang kenapa kalau nggak tega? Apa Anda akan menikah denganku? Menikah lalu melahirkan, Pak Brian mau itu?"

Nova menatap lurus padanya.

Dia berpikir bahwa asalkan Brian bilang "Mau".

Meskipun satu kata mau tanpa waktu yang kepastian.

Maka dia benar-benar tidak bisa ke mana-mana lagi. Seumur hidupnya benar-benar akan berakhir di pria ini.

Namun, Brian malah terdiam dan menyunggingkan ekspresi yang semakin dingin yang menunjukkan sikapnya.

Brian mundur dua langkah, lalu mengamati Nova dari atas ke bawah.

"Bu Nova, selama ini aku merasa kamu sangat pintar."

Dalam hati Nova tiba-tiba kesakitan.

Dia mengerti maksud Brian, karena wanita yang pintar tidak akan mencari masalah seperti ini.

Jika pada masa lalu, dia juga tidak akan mencari masalah seperti ini.

Namun, sayangnya dia sudah hamil.

Nova saling bertatapan dengan Brian dan berkata, "Maaf, Pak Brian, aku hanya orang biasa."

"Kalau begitu, aku nggak bakal memaksa." Usai berbicara, Brian berbalik pergi.

Setelah mobil Rolls Royce Cullinan menghilang, baru Nova yang berwajah pucat menunggu taksi di pinggir jalan.

Setelah tiba di rumah sakit, Nabila telah menunggunya.

"Ayolah, pergi periksa dulu."

Nova ikut Nabila masuk ke ruangan USG.

Setelah keluar, ekspresi wajah Nabila malah tidak baik.

"Kenapa?" Nova tiba-tiba terdapat semacam firasat yang kurang baik.

Nabila buka suara dengan kening yang mengerut.

"Aku ingat kamu sering sakit saat menstruasi, 'kan?"

"Ya." Tubuh Nova menjadi tegang.

Setelah terjatuh ke laut pada usia 17 tahun, kebetulan adalah masa menstruasinya.

Setelah terjatuh ke air laut yang dingin pada kali itu, dia mengalami sakit perut selama beberapa hari.

Kemudian, setiap kali menstruasi, dia merasa sakit setengah mati.

"Nova, kondisi tubuhmu seperti ini nggak cocok untuk aborsi."

Nova tiba-tiba mengepalkan tinju. Dia menatap Nabila beberapa lama, lalu bertanya, "Kenapa?"

Nabila juga menatapnya dan berkata, "Setelah aborsi, mungkin kelak kamu nggak bisa punya anak lagi."

Raut wajah Nova menjadi pucat.

Dia memegang gambar USG dengan erat.

"Apa kondisi tubuhku bermasalah?"

Nabila mengangguk. "Begini, kehamilanmu kali ini adalah kesempatan dari sepersepuluh ribu. Tubuhmu memang agak bermasalah, endometrium jauh lebih tipis dari wanita biasa."

Usai berbicara, Nabila tertegun.

"Aku pikir lebih baik kamu pertimbangkan lagi."

Nova meletakkan tangan ke perutnya.

Dalam hatinya kacau balau.

Padahal dia bertekad untuk membuang anak ini.

Namun, saat teringat kelak mungkin tidak bisa hamil lagi.

Dia tiba-tiba tidak tega.

Mungkin anak ini adalah satu-satunya anak dalam seumur hidupnya.

Setelah tertegun sejenak, dia menahan kesakitan dalam hati dan berkata, "Baik, aku pertimbangkan."

Nabila menatapnya. "Apa kamu benar-benar nggak mungkin bersama dengan pria itu?"

Nova tersenyum getir.

"Benar-benar mustahil."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status