Share

NAIK LEVEL JADI ISTRI DUDA
NAIK LEVEL JADI ISTRI DUDA
Author: Arin Akazuma

1. Terjebak dalam Fitnah

“Apa maksud dari foto itu? Apa kau sudah menggoda suamiku?” tanya wanita yang merupakan majikannya dengan suara menggelegar. Wanita itu melemparkan beberapa lembar foto ke arah Nalini. Nalini memungut salah satu foto dan tercengang saat mendapati gambar dirinya sedang berpegangan tangan dengan seorang pria. 

Dia mengenal pria di foto itu. Pria itu adalah suami dari majikannya, dan merupakan pria yang selama ini kerap menggodanya terutama saat shift kerjanya hampir selesai. Nalini sudah beberapa kali mencoba menepis pria itu, namun tetap saja dia tak pernah menyerah.

“Nyonya, ini tidak seperti apa yang Anda pikirkan,” Nalini tidak tau siapa gerangan yang memotret momen itu. Setaunya, tadi malam sudah tidak ada siapa-siapa.

“Lalu bagaimana kau akan menjelaskan hal ini? kau akan berkata bahwa suamikulah yang menggodamu? Berkacalah, Nalini. Kau tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan aku,” Majikannya itu semakin tersulut emosinya.

“Nyonya, jika itu memang kenyataannya apakah Anda tidak akan percaya pada saya?” mata Nalini berkaca-kaca. Dia tau saat ini posisinya tidak aman.

“Tentu saja aku tidak akan mempercayaimu. Dan harus kau tau. Aku paling tidak suka dengan pengkhianatan. Apalagi dilakukan oleh karyawanku yang aku anggap punya kemampuan sepertimu. Oh. Atau jangan-jangan kau berharap bisa menaikkan karirmu dengan mendekati suamiku? Agar suamiku bisa membantumu cepat naik menjadi kepala koki di restoran ini?  Kau salah jika melakukan cara licik itu. Semua keputusan dalam restoran ini ada di bawah kendaliku.” ucap wanita paruh baya itu, masih terus mencecar Nalini.

“Nyonya, maaf tapi aku bukan orang yang buruk seperti itu. Aku tidak pernah berniat untuk menggoda lelaki beristri. Aku juga memiliki harga diri,”

“Harga diri? persetan dengan harga dirimu. Tidak ada toleransi untukmu kali ini, Nalini. Kau lebih baik keluar dari restoran ini. dan jangan terkejut jika setelah ini kau akan kesulitan mendapatkan pekerjaan di mana-mana. Reputasimu sudah buruk di mataku, jadi akan buruk juga di mata pemilik restoran lain,” hardik sang majikan.

“Nyonya, apa Anda tidak bisa memberiku waktu untuk mencari bukti bahwa aku tidak bersalah? Ini adalah fitnah. Aku yakin ada seseorang yang sengaja memotret dan menghasut Anda," Nalini masih mencoba membela diri.

“Tidak ada kesempatan untukmu Nalini. Pergi sekarang juga atau aku akan memanggil satpam di luar untuk menyeretmu!" Majikannya itu pun kini benar-benar tak mampu mengendalikan amarahnya.

Nalini tak bisa berbuat apa-apa selain keluar dari ruangan itu. Ada satu orang dalam pikirannya yang ia anggap adalah pelapor dari masalah ini. Sebelum dia dipanggil menghadap pemilik restoran tempatnya bekerja, salah satu rekan kokinya baru saja keluar dari ruangan. Nalini sangat yakin, bahwa rekannya lah yang memfitnahnya, karena wanita itu adalah koki yang paling tidak suka dengan keberhasilan Nalini.

Nalini tidak  mau tinggal diam. Dengan langkah pasti dia mencari keberadaan rekan kerjanya. Nalini menemukan wanita itu sedang berada di dekat lemari pendingin dan tanpa berbasa basi Nalini langsung menarik rambut sang wanita dari belakang. Hal itu membuat rekannya langsung berteriak dan mencoba membela diri.

“Sedang apa kau?” ucap rekan kerjanya, mencoba menghempaskan cengkeraman tangan Nalini.

“Kau mengaku saja, kau yang menfitnahku di hadapan bos kita kan? Kau yang mengambil foto itu dan memprovokasi Nyonya!” cecah Nalini tanpa basa-basi. 

"Enak saja menyalahkanku. Ini salahmu sendiri karena sudah berani menggoda suami boss. Kau pantas memperoleh akibatnya," Sang rekan kerja yang tidak terima langsung membalas dengan menarik rambut Nalini juga. Terjadilah perkelahian antar dua Chef yang menghebohkan dapur restoran. Semua karyawan yang berada di situ tercengang mendengar kalimat yang diucapkan oleh keduanya, tapi tak ada yang berani melerai.

Mendengar keributan di dapur yang letaknya tepat di sebelah ruangannya, pemilik restoran merasa geram lalu langsung keluar dari ruangannya dan berjalan ke dapur.

“Apa yang kau lakukan, Nalini!”

Dua orang yang sedang terlibat perang itu segera menghentikan kegiatan mereka dan menoleh ke sumber suara. Nalini yang mendapat tatapan murka dari majikannya langsung menundukkan kepala.

Menyaksikan wajah pemilik restoran yang memerah dengan mata yang terus menatap Nalini, rekan kerjanya pun mengaitkan tangannya ke lengan sang majikan, memanfaatkan kesempatan untuk membuat majikannya itu mengambil sisinya.

"Nyonya, Nalini menuduhku, mengatakan bahwa aku memfitnahnya, padahal jelas-jelas aku sering melihatnya bermesraan dengan suamimu," ucapnya sembari memelas.

Tuduhan itu beserta jari milik si rekan kerja yang terus menunjuknya, membuat Nalini tak kuasa menahan amarah. Wanita itu pun melangkahkan kakinya, ingin memberikan pelajaran untuk rekan kerjanya. Namun, langkahnya dihentikan oleh tatapan bosnya yang menatapnya tajam.

“Berhenti. Bisa-bisanya menuduh karyawan yang lebih senior daripada kau! Sudah, aku sudah tidak ingin melihat wajahmu lagi. Pergi dari sini, dan jangan kembali lagi!” 

Hentakan itu berhasil meluruhkan air mata Nalini. Perintah yang keluar dari mulut majikannya sudah benar-benar tidak bisa diganggu gugat. Para pegawai di restoran tersebut memusatkan perhatian pada Nalini. Mereka tidak menyangka dengan apa yang mereka lihat dan dengar. Bisa-bisanya seorang koki berbakat seperti Nalini rela mengorbankan karirnya hanya demi mendekati lelaki yang notabene adalah suami bosnya.   

Setelah mengemasi barang-barang miliknya, Nalini berjalan dengan langkah lunglai keluar dari restoran. Tepat di saat yang bersamaan, Nalini berpapasan dengan suami majikannya, pria yang menjadi sumber masalah utama dalam pemecatannya.

Pria itu menghampirinya dengan wajah murung seolah ikut merasa sedih dengan kepergiannya. Namun, dalam sekejap, senyuman itu berubah menjadi seringai paling menjijikkan yang pernah Nalini lihat. 

"Selamat tinggal, Nalini. Aku sudah lama ingin menyingkirkanmu, agar aku bisa lebih sering bermesraan dengan rekan kerjamu."

****

Meskipun Nalini kini telah berada dalam pesawat menuju ke Indonesia, ucapan suami dari majikannya masih terus terngiang di dalam pikirannya. Jadi, dia bukan hanya difitnah, tapi dijadikan kambing hitam?

Nalini terus memikirkan kekesalannya kepada dua bedebah itu, bahkan ketika dia baru saja keluar dari toilet pesawat dan berjalan menuju ke tempat duduknya. Belum sampai di tempat duduknya, tiba-tiba terjadi guncangan di dalam pesawat. Para penumpang terkejut akibat turbulensi yang terjadi secara tiba-tiba. Nalini berdiam sambil berpegangan pada sandaran kursi milik penumpang lain.

"Para penumpang diharap untuk duduk di tempatnya dan pakailah sabuk pengaman Anda, harap tenang dan tidak perlu panik, pilot kami sudah terlatih dan profesional dalam menangani segala kondisi yang biasa terjadi saat penerbangan," salah satu pramugari memberikan pengumuman dan lampu tanda kenakan sabuk pengaman menyala. Nalini kebingungan karena posisi tempat duduknya masih lumayan jauh.

Guncangan yang semakin kencang membuat Nalini terjatuh. Tak hanya itu, kepalanya juga terbentur ke bangku pesawat yang ada di depannya. Hal itu membuat Nalini tak sadar bahwa dia terduduk di pangkuan seorang penumpang yang berada di sebelahnya saat posisi berdiri tadi.

"Aku tahu pangkuanku memang lebih hangat dari kursimu, tapi, bisakah Anda berdiri, Nona?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status