Share

My Love
My Love
Penulis: Rasyidfatir

Telepon Mengejutkan

"Apa menikah!" seru Adisty di dalam telepon.

"Iya saya mengajak Nona menikah," kata pria dalam telepon itu. Mendengarnya saja, Adisty seakan tidak percaya. Ia merasa tengah bermimpi di siang bolong.

"Tap ... tapi kita hanya bertemu satu kali," kata Adisty kebingungan. Mata Adisty celingukan mengamati lingkungan sekitarnya. Hingga ada sepasang mata yang melihatnya dengan pandangan tidak suka.

"Ada apa kok ribut sekali," tegur salah seorang karyawan yang berada tak jauh dari ruang kerja Adisty.

Adisty segera menghindar, ia keluar dari ruangannya mencari tempat ruang aman untuk menelepon. Ia merasa tidak enak dengan karyawan lainnya.

Lift adalah tempat yang aman, apalagi di jam kerja seperti ini. Jarang pegawai yang lalu lalang, mereka masih sibuk mengerjakan laporan pekerjaannya. Adisty menekan tombol lift, ia tidak mengingat tombol nomor berapa yang telah di tekannya.

"Maksudnya apa tadi? Menikah?" Adisty bertanya kembali. Pasalnya ia masih tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.

"Iya, apa saya harus mengulanginya lagi kalau saya mengajak Nona menikah?" tanya pria itu.

Adisty malahan tertawa. "Anda jangan bercanda menikah bukanlah hal yang bisa di anggap lelucon. Apalagi Anda melamar saya lewat telepon."

Adisty berusaha bersikap sesantai mungkin padahal saat ini jantungnya seakan melompat naik turun tak tahu arah. Andai saja yang mengajaknya menikah adalah orang yang dicintainya pasti membuatnya bahagia. Ini baru pertama kali bertemu sudah mengajaknya menikah, sungguh tidak masuk akal.

"Maaf, membuat Nona terkejut. Tapi saya serius ingin menikah dengan Nona," ucap pria itu.

"Berapa kali Anda bilang jika ingin menikah denganku, itu sangat mengejutkan buat saya. Tapi, maaf saya tidak percaya dengan ucapan Anda." Adisty tidak habis pikir apa pria itu sudah gila.

"Oh, ... begitu ya," jawabnya.

"Iya, apalagi Anda melamar lewat telepon tidak akan ada yang mempercayainya," jawab Adisty. 

"Sepertinya hal semacam ini tidak bisa di bicarakan lewat telepon," imbuh Adisty lagi. 

'Dia melamar anak orang seperti pesan barang online saja,' batin Adisty.

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita bertemu. Saya akan melamar Anda dengan cara yang pantas menurut Nona," tawar pria itu.

Adisty jadi kebingungan. Ia tidak bermaksud serius, apalagi menikah dengan pria yang baru di kenalnya. Di hatinya masih ada sosok Jonathan yang dicintainya. Meski mereka tidak berpacaran, tapi Adisty sudah menyimpan perasaan itu sejak lama.

"Tentukan hari, tempat, dan jamnya, kapan kita akan bertemu," ucap pria itu tegas.

"Oh, ya ... itu lebih baik."

"Apa bertemu!!" Adisty baru sadar jika ia telah salah bicara. Seharusnya ia menolak pertemuan itu. Kenapa otaknya konslet hari ini tidak bisa di ajak kompromi dengan mulutnya yang berbicara.

"Tidak, perlu. Anda tidak perlu menemui saya. Saya menolak pertemuan ini! Anggap saja saya menolak lamaran Anda. Saya belum berniat ingin menikah," jawab Adisty gugup.

"Kalau begitu, kenapa waktu itu acara Nona datang di acara perjodohan itu?" tanya pria itu lagi.

"Eh ... itu ... saya hanya iseng saja," jawab Adisty asal-asalan.

"Hanya iseng! Anda mempermainkan saya?!" Aura dingin muncul dari suara pria itu. Adisty bisa merasakannya. 

"Ma ... maaf, atas ketidaknyamanannya," ucap Adisty. Ia merasa bersalah mengatakannya. Kalau bukan karena ide gila dari temannya pasti ia tidak akan terjebak masalah ini.

"Lagipula Anda tidak mungkin jatuh cinta pada saya," kata Adisty.

Di luar kantor seorang pria tampan turun dari mobil mewah masih menelepon seseorang. Pria itu berdiri di depan kantor Adisty bersama dengan asisten pribadinya yang selalu mendampinginya dimanapun. 

Saat masuk ke kantor seluruh karyawan langsung berbaris berjajar rapi berdiri di kanan kiri jalan menyambut kedatangan Presdir.

Mereka membungkuk hormat, sayangnya presdir itu masih asyik menelpon seseorang.

Asistennya yang memberikan isyarat pada seluruh karyawan agar menegakkan tubuhnya kembali ketika bos besar mereka sudah lewat.

"Silahkan, Pak Presdir!"

Adisty kaget melihat Presdir Ricko sudah berdiri di depannya. Untung saja ia bergerak cepat langsung bersembunyi di balik dinding.

Presdir Ricko masih sibuk menelepon. "Maka dari itu, bisa kita bertemu besok untuk membicarakannya?" tanya Presdir.

"Apa?Besok!" pekik Adisty.

Presdir Ricko seperti mendengar suara dari balik dinding yang ada di sampingnya. Matanya tertuju melihat ke arah pot bunga yang ada di depannya.

"Ada apa, Pak?" tanya asistennya.

"Tidak, mungkin hanya perasaanku saja," jawab Presdir Ricko.

"Kalau begitu, kita bertemu nanti malam jam delapan. Di tempat yang sama seperti kemarin, untuk memperjelas segalanya."

"Tidak, maksudku aku tidak bisa. Aku sangat sibuk akhir-akhir ini. Banyak pekerjaan yang menumpuk yang harus aku selesaikan," tolak Adisty.

"Bagaimana kalau liburan akhir pekan?" tanya Presdir Ricko. Ia masih memegang ponselnya.

"Pak sudah saatnya masuk ke dalam ruangan," ucap asistennya. Presdir Ricko tidak menggubris ucapan asistennya. 

"Maaf, Pak. Anda tidak usah repot. Bukankah Anda orang yang sangat sibuk," Adisty terus saja menolak ajakan presdirnya dalam telepon.

"Maksud saya, saya tidak berniat menikah dengan siapapun,"ucap Adisty.

"Kita bisa membicarakan masalah keberatan Anda itu jika kita bertemu. Jadi kita bisa temukan solusi terbaiknya, sehingga kita tetap menikah," balas Presdir Ricko setengah memaksakan kehendaknya.

"Maksud saya ...!"

"Saya tidak akan menikah dengan siapapun, karena saya suka sesama jenis!!" kata Adisty asal. Ia kesal karena pria itu masih saja tidak mau menyerah dengan semua alasan yang telah ia kemukakan.

'Whats! Penyuka sesama jenis! Ayolah Adisty, kau merusak reputasimu sendiri,' batin Adisty merutuki kebodohannya.

"Kalau begitu kita akhiri saja pembicaraan ini!" Adisty mematikan ponselnya. Ia rasanya ingin membenturkan kepalanya ke dinding. Menyalahkan kebodohannya kemarin. Kenapa ia memberikan nomor ponselnya yang asli. 

Bukankah kemarin di perjodohan aku bilang jika aku adalah penakluk para pria! Bodohnya aku ini. Mau di taruh di mana mukaku ini jika bertemu dengannya! Adisty terus saja menyalahkan dirinya.

Di Ruang Rapat

"Selamat datang, Pak Presdir."

"Silahkan duduk, rapat akan segera di mulai," sambut salah seorang pemegang saham yang duduk di ruangan rapat.

"Maaf, saya agak terlambat. kita mulai saja rapatnya," kata Presdir Ricko lantang.

Semuanya duduk mendengarkan penjelasan dari asisten Kevin. Asisten pribadi Presdir Ricko.

"Okey, yang pertama kita bahas kerjasama ekspor impor dengan perusahaan Jepang," kata Presdir Ricko.

**

Adisty berjalan lesu menuju ruangannya. Ia melamunkan kejadian yang baru saja di alaminya. 

'Aku pasti salah minum obat. Atau aku sudah gila akut. Ini benar-benar gawat, bagaimana mungkin aku menipu bosku sendiri dengan datang ke acara perjodohan itu.'

'Rania, gara-gara dirimu aku jadi sial seperti ini. Jika bosku tahu, tidak hanya pekerjaan yang hilang, mungkin aku keluar dari perusahaan ini tanpa pesangon,' batin Adisty.

Ia terbayang dengan nasib keluarganya yang saat ini butuh biaya yang cukup banyak untuk membayar hutang-hutang yang hampir jatuh tempo. Belum lagi wajah adiknya jika putus sekolah karena tidak ada yang membiayai. Papanya yang sakit-sakitan dan tidak memiliki uang untuk berobat. Ibunya yang tidak bisa memberikan makanan terbaik untuk keluarga karena tidak adanya uang belanja. Semua terbayang di benak Adisty. Dan jika hal itu terjadi bayangan foto keluarga Adisty runtuh seperti serpihan kaca. 

"Kyaaa ... aaa!" Adisty bergidik ngeri menggelengkan kepalanya menutup matanya. Ia tidak ingin semua itu terjadi. Bagaimanapun juga ia harus bertahan bekerja di perusahaan itu, demi keluarganya.

'Tapi ... kalau sudah rumit  bagaimana aku bisa keluar dari masalah ini?' pikir Adisty.

----Bersambung----

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sarahya
Selalu suka baca karyamu kak😀😀👍
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status