Di sebuah restoran mewah Adisty sudah menunggu dengan wajah cemas. Ia akhirnya setuju untuk bertemu dengan Presdir Ricko, tapi ia memakai wig rambut berwarna pirang. Ia tidak ingin terlihat terlalu kentara.
Adisty melihat ke arah jendela seraya duduk sambil menunggu. Dalam hatinya ia juga merasa bersalah jika Rania menikah dengan orang yang tidak di cintainya.
Ia memang butuh uang, tapi sebenarnya Adisty datang karena ingin bertanggung jawab atas kesalahannya. Apa yang telah ia bicarakan pada Ricko saat itu sudah kelewat batas yang mengatakan bahwa Rania memiliki kelainan dalam berhubungan seks.
Adisty merasa cintanya yang bertepuk sebelah tangan terhadap Jonathan membuat pikirannya sudah tak waras. Ia terpaksa menerima tawaran Rania, untuk menggantikannya dalam acara perjodohannya. Sekarang situasinya malah semakin rumit. Adisty masih saja menyalahkan dirinya.
Dulu Jonathan di kampusnya menjadi kakak kelas yang banyak fansnya karena ketampanannya. Banyak gadis-gadis yang jatuh cinta padanya. Termasuk dirinya.
Waktu ituuu ... saat Adisty masih duduk di bangku perkuliahan.
"Hai, boleh saya duduk di sini?" tanya seorang pria tampan yang bernama Jonathan.
Banyak gadis-gadis di belakang yang berbisik-bisik iri kepada Adisty karena Jonathan duduk di sebelahnya.
"Beruntung sekali Adisty, sebelahnya itu kan Kak Jo, cowok manajemen pemasaran yang terkenal pintar dan tampan," bisik salah seorang gadis.
"Coba aku tadi yang duduk di sana tadi, pasti aku yang ketiban keberuntungan."
Para gadis di belakang Adisty masih saja bisik-bisik membicarakan ketampanan Kak Jo.
"Kenalkan, saya Jonathan."
Sejak saat itulah Adisty mengenal Jonathan lebih dekat. Berjalannya dengan waktu Adisty mulai menaruh hati pada kakak kelasnya. Sikap Jonathan yang perhatian terhadap wanita membuat Adisty jatuh cinta.
Tetapi alangkah terkejutnya ia ketika Jonathan mengenalkan pacar pertamanya adalah putri kampus. Seorang gadis yang cukup tenar saat itu. Hingga sampai ke sekian kalinya Jonathan berganti-ganti pasangan, Adisty selalu menjadi wanita pertama yang di kenalkan dengan pacarnya Jonathan.
Jonathan bahkan menyuruh Adisty memalsukan tanda tangan absen kedatangan kuliahnya, sewaktu ia pergi bersama kekasihnya.
Adisty saat itu menurut saja. Entahlah, harapan Jonathan bisa menerima cintanya pupus sudah, setelah penantian cinta terpendam yang bertepuk sebelah tangan menghadirkan luka. Terakhir Jonathan mengenalkan pacar barunya pada Adisty. Delapan tahun menanti tak ada hasil membuat hati Adisty makin terluka.Apa kekuranganku sehingga kau tidak menyukaiku, Kak Jo. Apa karena aku kurang muda seperti pacarmu yang sekarang. Kurang uang sehingga kurang perawatan? pikir Adisty. Ia kesal karena Jonathan lebih memilih wanita lain yang jauh lebih muda usianya.Tapi ... sekarang ada presdir tampan melamarku? Ini sebuah rekor!
Meskipun presdir ini suka wanita nakal, batin Adisty.
Adisty menatap ke arah jendela dengan tatapan nanar. Ia merasa nasibnya sekalipun tak ada yang menguntungkan.
"Anda sudah lama menunggu?"
Wajah tampan berbalutkan setelan jas limited edition tengah berdiri tak jauh dari meja Adisty.
"Ah, iya ... cukup lama," jawab Adisty.
Ricko menarik kursi duduk berhadapan dengan Adisty. Sekilas Adisty melihat wajah dingin Ricko.
Tampan ... tapi sayangnya ia terlalu kaku, batin Adisty.
"Oke, kita pesan minuman dulu. Anda suka Cappucino atau _"
"Aku tidak ingin minuman... aku ingin menikah denganmu," jawab Ricko.
"Okey, kita menikah. Anda mau pesan minuman apa?" tanya Adisty.
"Apa! Menikah!" Adisty baru sadar jika Ricko mengajaknya menikah bukan pesan minuman.
"Iya kita menikah!" tawar Ricko.
"Tuan ... kita baru saja mengenal. Bagaimana kita bisa menikah dalam waktu cepat? Anda tidak sedang belanja online yang sedang flash sale!" kata Adisty marah.
"Karena itu saya akan __" Belum sempat Ricko meneruskan kalimatnya seorang pelayan datang.
"Maaf, Anda pesan minuman apa?" tanya pelayannya.
"Espresso," jawab Ricko.
Huh, sudah kuduga. Pesanan sesuai karakternya, batin Adisty.
"Kalau Anda, Nona?" tanya pelayan.
"Americano Latte," jawab Adisty. Ia bangkit dari kursinya mengikuti langkah pelayan.
"Maaf, nanti akan saya antar pesanan Anda," ucap pelayannya.
"Saya hanya ingin tanya toilet?" kata Adisty.
"Oh, sebelah sana." Jari telunjuk pelayan itu menunjukkan arah toilet.
"Terimakasih."
"Sama-sama."
"Maaf, Tuan. Saya ke toilet sebentar," jawab Adisty.
Ricko mengangguk, walaupun sebenarnya hatinya sudah tidak sabar menunggu jawaban Adisty.
Di dalam toilet Adisty memandangi wajahnya. Ia bingung harus bagaimana.
"Tahan nafas ... keluarkan."
"Ingat Adisty ... kau kesini untuk menolaknya. Jangan terpengaruh dengan ketampanannya."
"Semangat!" Adisty berbicara sendiri di cermin seperti orang gila. Ia melepas nafas kasarnya lalu keluar dari toilet wanita. Ia sudah tidak sabar untuk mengakhiri semuanya.
Wajah tampan Ricko menyambut kedatangan Adisty. Ia mengulas senyumnya.
Eh, senyumnya ... manis banget. Padahal di kantor dia kan jarang senyum, batin Adisty.
Ingat pada misimu Adisty! Adisty terus saja mengingatkan dirinya.
"Emm, saya minum dulu kopinya," kata Adisty yang masih gugup.
"Itu ... itu _" Ricko menunjuk pada cangkir yang di pegang Adisty.
"Maaf, saya lagi minum. Nanti kita bicarakan tentang perjodohannya," kata Adisty.
"Maksud saya ... Anda meminum kopi saya,"kata Ricko.
"Apa!!" Adisty hampir saja menyemburkan kopinya.
"Berarti saya ... saya minum kopi dari cangkir Anda!" tunjuk Adisty malu.
"Ini sama saja menempelkan bibir tidak langsung!" kata Adisty.
"Bukankah Anda sangat berpengalaman Nona? Kenapa hanya bibir yang saling menempel di cangkir Anda sudah bingung?" tatap Ricko penuh selidik.
"Saya ... takut bagaimana kalau Anda tertular penyakit saya?" kata Adisty beralasan.
"Benarkah? Kita bisa melanjutkan yang lebih intim lagi kalau Anda mau. Tentunya jika Anda mengiyakan perjodohan ini, Nona,"goda Ricko.
Ayo Adisty, jangan terpesona dengan ketampanannya. Atur strategi! batin Adisty.
"Anda pikir menikah itu seperti memesan barang online. Bayar pesan terus di antar? Semua butuh pemikiran panjang," jawab Adisty.
"Kalau begitu saya tunggu Anda berpikir hari ini," jawab Ricko.
"Hari ini! Tidak hanya sehari tapi bertahun-tahun," kata Adisty.
"Pria model apa yang anda cari?" tanya Ricko.
"Tampan, cerdas, kaya tentunya," jawab Adisty sambil menopang dagunya.
Tunggu bukankah yang aku bicarakan semua ada pada dirinya. Adisty makin pusing, ia terjebak dengan perkataannya.
"Sepertinya ... semua kriteria itu ada pada saya, Nona. Sudahlah ini kesempatan Anda memiliki suami sesuai cita-cita," kata Ricko percaya diri.
"Bagaimana kalau menikah dengan Anda, tapi saya masih berhubungan ranjang dengan pria lain?" tanya Adisty.
"Tidak masalah, saya akan membebaskan Anda. Selama ketika saya butuh Anda selalu siap ada buat saya," jawab Ricko ringan.
Pria macam apa ini ... dia sudah gila apa membiarkan istrinya berselingkuh dengan pria lain, batin Adisty.
Ponsel Presdir Ricko berdering.
Tangan kekarnya merogoh saku lalu mengeluarkan benda pipih itu dan meletakkan di pipinya."Hallo ... iya saya akan segera kesana," kata Ricko.
"Maaf ... saya ada urusan sebentar, tunggulah di sini selama tiga puluh menit," ucap Ricko.
"Boleh saya pinjam ponsel Anda?" tanya Presdir Ricko.
"Untuk apa Anda pinjam ponsel saya? Bukankah Anda sudah punya ponsel sendiri?" tanya Adisty.
"Saya takut ... jika Anda melarikan diri dari saya," jawab Ricko.
---Bersambung----
Kantor terlihat gelap sepertinya para karyawan sudah pulang. Ia heran kenapa lampu kantor bisa mati lampu. Saat Adisty meraba-raba mencari pegangan.Degh! Tiba-tiba tubuhnya menabrak sesuatu.Lampu tiba-tiba menyala, Adisty mendongakkan wajahnya."Sebentar ... kenapa Nona tampak familiar." Ricko mengernyitkan dahinya."Apa Anda Nona Rania yang datang di perjodohan itu?""Bu ... bukan, anda salah orang," jawab Adisty gugup. Keringat dingin bercucuran."Anda adalah karyawan yang ada di lantai dua itu!" tebak Ricko.Tubuh Adisty tambah menggigil ketakutan.Apa boleh buat, lebih baik aku kabur, batin Adisty.Adisty berlari kencang namun Ricko juga tak mau kalah ia mengejar Adisty hing
"Temui Nona Rania sekarang!" perintah Ricko."Kenapa bukan Anda, tapi saya?" tanya Asisten Kevin."Dia tidak mau menjawab teleponku. Hari ini apa ada jadwal kosong?" tanya Ricko."Tidak, semua jadwal Anda penuh," jawab Asisten Kevin."Bagaimana kalau Anda menyerah saja ... sepertinya dia memang sengaja tidak ingin bertemu dengan Anda," ungkap Asisten Kevin."Menyerah ... mana mungkin aku menyerah waktu itu dia menungguku sampai ketiduran. Berarti dia memang menunggu jodohnya datang," jawab Ricko beralasan.Huh, percaya diri sekali Tuan. Nona Rania pasti menunggu untuk menolak perjodohannya, batin Asisten Kevin."Saya kira Anda di campakkan, karena mungkin Nona Rania tidak berselera dengan Anda," kata Kevin."Kau sudah berani meledekku, apa kau bo
"Ampun kak ... ampun!" Darren berjongkok memohon-mohon pada Adisty."Kakak wanita cantik sedunia!" Darren memperbaiki kata-katanya.Adisty bersedekap, ia memalingkan mukanya pada Darren."Pacar? Apa benar kamu punya pacar?" tanya Papa Adisty."Kenapa kalian sepertinya tidak percaya jika aku punya pacar?" tanya Adisty."Ada pria yang jatuh cinta padaku," imbuh Adisty.Semua menatap aneh ke Adisty, seakan meremehkan jika perkataan Adisty benar atau tidak."Maaf, kak. Sepertinya aku butuh obat malam ini," kata Darren seraya pergi."Tuh, kan. Kalian tidak mempercayaiku!" keluh Adisty.Jonathan menepuk pundak Adisty."Bagaimana kalau kita double date, s
"Sekarang kau sudah menemukan pria tambatan hatimu, bagaimama denganku," keluh Adisty."Kau akan ku kenalkan dengan pria yang tampan juga sebagai imbalan kau telah membawaku pada jodohku," kata Rania."Tapi sebelum itu, kirimkan aku nomor teleponnya. Bukankah akhir-akhir ini ia sering menelponmu,"imbuh Rania."Benar, baiklah aku kirimkan dulu nomornya. Kau hubungi sendiri saja kalau begitu," ucap Adisty.'Yah, setidaknya tugasku sudah selesai. Aku tidak perlu lagi bersembunyi jika Rania menerima perjodohan itu," batin Adisty."Jangan lupa untuk mengenalkanku pada pria tampan kaya. Mukaku mau ku taruh mana jika ketahuan Kak Jo kalau aku tidak punya pacar," peringat Adisty."Tenang, akan ku carikan pria tampan untukmu. Sudah kusimpan nomor teleponnya
Jika mengingat amarah Adisty yang meledak-ledak Rania tidak mungkin menyuruhnya langsung untuk bertemu pria itu. Ia harus berpikir keras agar rencananya bisa terlaksana.TingTiba-tiba ada ide brilian masuk ke dalam otaknya.Maafkan aku Adisty, aku tidak mau berpisah dengan sekretaris Kevin. Bagaimanapun aku harus memperjuangkan cinta pertamaku, batin Adisty.**Di Restoran High Class"Emm, tumben kau mengajakku ke restoran mahal seperti ini," kata Adisty. Ia mengamati semua harga makanan yang tertera di daftar menunya."Gila, lebih baik kita pergi dari sini. Mahal sekali," bisik Adisty."Sudahlah, anggap saja ini sebagai ucapan rasa terima kasihku karena telah menolongku selama ini,"kata Rania."Tapi kamu bawa uang yang cukup kan? Bia
"Saya ... mau ke toilet dulu." Adisty berniat untuk berdiri tetapi Presdir Ricko menarik tangannya."Jangan kabur ... saya tahu Anda di sewa seseorang untuk mengikuti perjodohan itu," gertak Ricko.Adisty kembali duduk, akhirnya yang di takuti terjadi juga.Ya ampun, apa ia tahu siapa diriku? Apa ia tahu ... aku adalah karyawannya, batin Adisty.Matilah aku! pekik Adisty dalam hati.Rania ... kau jahat sekali sekali. Awas kau! Adisty ingin rasanya kabur dari pria di depannya tetapi tatapan membunuh Ricko membuatnya tidak berani berkutik."Kita bertemu lagi, Nona," sapa Ricko."I ... iya, langsung saja katakan apa keperluan Anda mencari saya?" Adisty berusaha untuk santai ... tapi tatapan Presdir Ricko seakan mau membunuhnya seketika itu juga.
Adisty menengadahkan kedua tangannya di atas langit. Wajahnya tampak serius memanjatkan doa."Tuhan ... saya tahu telah membuat kesalahan terbesar dengan membohongi Presdir. Tapi tolong Tuhan ... jangan biarkan rahasia ini terbongkar. Keluarga saya sangat membutuhkan uang. Hamba tidak ingin mereka kelaparan ...." Adisty menundukkan kepalanya dengan khusyuk.Tiba-tiba ...KRIIIIING!!"Ah, suara apa sih ini mengganggu sekali." Adisty terbangun dari tidurnya. Ternyata nada dering ponselnya yang berbunyi sangat kencang. Ia lalu mematikan sumber berisik itu, bermaksud untuk tidur kembali.Namun saat Adisty membungkus tubuhnya dengan selimut ponselnya yang berada di atas nakas kembali bergetar dengan nada dering yang khas."Siapa yang menelpon sepagi ini," k
"Kenapa kau berteriak padaku jika menyangkut Nona Rania?" tanya Ricko."Bu ... bukan maksudku seperti itu, saya hanya kaget saja," kata Asisten Kevin. Wajahnya langsung terlihat pucat. Baru kali ini ia seperti menentang bosnya.Sepertinya memang benar dugaanku, dia sangat menyukai Nona Rania, pikir Ricko.Mungkin ini takdir, wanita yang segarusnya di jodohkan denganku malah bertemu dengan Kevin tetapi wanita yang bertemu denganku di perjodohan itu adalah wanita lain. Dan gadis itu sangat lucu tingkahnya, batin Ricko."Tidak usah khawatir, katakan saja pada kakek jika aku tetap akan menikah tapi ... dengan wanita lain,"kata Ricko."Apa? Dengan siapa Tuan akan menikah?" tanya Asisten Kevin penasaran."Sampaikan saja tak lama lagi akan ku perkenalkan dengan wanita pilihanku," ucap Presdir