"Ampun kak ... ampun!" Darren berjongkok memohon-mohon pada Adisty.
"Kakak wanita cantik sedunia!" Darren memperbaiki kata-katanya.
Adisty bersedekap, ia memalingkan mukanya pada Darren.
"Pacar? Apa benar kamu punya pacar?" tanya Papa Adisty.
"Kenapa kalian sepertinya tidak percaya jika aku punya pacar?" tanya Adisty.
"Ada pria yang jatuh cinta padaku," imbuh Adisty.
Semua menatap aneh ke Adisty, seakan meremehkan jika perkataan Adisty benar atau tidak.
"Maaf, kak. Sepertinya aku butuh obat malam ini," kata Darren seraya pergi.
"Tuh, kan. Kalian tidak mempercayaiku!" keluh Adisty.
Jonathan menepuk pundak Adisty.
"Bagaimana kalau kita double date, s
"Sekarang kau sudah menemukan pria tambatan hatimu, bagaimama denganku," keluh Adisty."Kau akan ku kenalkan dengan pria yang tampan juga sebagai imbalan kau telah membawaku pada jodohku," kata Rania."Tapi sebelum itu, kirimkan aku nomor teleponnya. Bukankah akhir-akhir ini ia sering menelponmu,"imbuh Rania."Benar, baiklah aku kirimkan dulu nomornya. Kau hubungi sendiri saja kalau begitu," ucap Adisty.'Yah, setidaknya tugasku sudah selesai. Aku tidak perlu lagi bersembunyi jika Rania menerima perjodohan itu," batin Adisty."Jangan lupa untuk mengenalkanku pada pria tampan kaya. Mukaku mau ku taruh mana jika ketahuan Kak Jo kalau aku tidak punya pacar," peringat Adisty."Tenang, akan ku carikan pria tampan untukmu. Sudah kusimpan nomor teleponnya
Jika mengingat amarah Adisty yang meledak-ledak Rania tidak mungkin menyuruhnya langsung untuk bertemu pria itu. Ia harus berpikir keras agar rencananya bisa terlaksana.TingTiba-tiba ada ide brilian masuk ke dalam otaknya.Maafkan aku Adisty, aku tidak mau berpisah dengan sekretaris Kevin. Bagaimanapun aku harus memperjuangkan cinta pertamaku, batin Adisty.**Di Restoran High Class"Emm, tumben kau mengajakku ke restoran mahal seperti ini," kata Adisty. Ia mengamati semua harga makanan yang tertera di daftar menunya."Gila, lebih baik kita pergi dari sini. Mahal sekali," bisik Adisty."Sudahlah, anggap saja ini sebagai ucapan rasa terima kasihku karena telah menolongku selama ini,"kata Rania."Tapi kamu bawa uang yang cukup kan? Bia
"Saya ... mau ke toilet dulu." Adisty berniat untuk berdiri tetapi Presdir Ricko menarik tangannya."Jangan kabur ... saya tahu Anda di sewa seseorang untuk mengikuti perjodohan itu," gertak Ricko.Adisty kembali duduk, akhirnya yang di takuti terjadi juga.Ya ampun, apa ia tahu siapa diriku? Apa ia tahu ... aku adalah karyawannya, batin Adisty.Matilah aku! pekik Adisty dalam hati.Rania ... kau jahat sekali sekali. Awas kau! Adisty ingin rasanya kabur dari pria di depannya tetapi tatapan membunuh Ricko membuatnya tidak berani berkutik."Kita bertemu lagi, Nona," sapa Ricko."I ... iya, langsung saja katakan apa keperluan Anda mencari saya?" Adisty berusaha untuk santai ... tapi tatapan Presdir Ricko seakan mau membunuhnya seketika itu juga.
Adisty menengadahkan kedua tangannya di atas langit. Wajahnya tampak serius memanjatkan doa."Tuhan ... saya tahu telah membuat kesalahan terbesar dengan membohongi Presdir. Tapi tolong Tuhan ... jangan biarkan rahasia ini terbongkar. Keluarga saya sangat membutuhkan uang. Hamba tidak ingin mereka kelaparan ...." Adisty menundukkan kepalanya dengan khusyuk.Tiba-tiba ...KRIIIIING!!"Ah, suara apa sih ini mengganggu sekali." Adisty terbangun dari tidurnya. Ternyata nada dering ponselnya yang berbunyi sangat kencang. Ia lalu mematikan sumber berisik itu, bermaksud untuk tidur kembali.Namun saat Adisty membungkus tubuhnya dengan selimut ponselnya yang berada di atas nakas kembali bergetar dengan nada dering yang khas."Siapa yang menelpon sepagi ini," k
"Kenapa kau berteriak padaku jika menyangkut Nona Rania?" tanya Ricko."Bu ... bukan maksudku seperti itu, saya hanya kaget saja," kata Asisten Kevin. Wajahnya langsung terlihat pucat. Baru kali ini ia seperti menentang bosnya.Sepertinya memang benar dugaanku, dia sangat menyukai Nona Rania, pikir Ricko.Mungkin ini takdir, wanita yang segarusnya di jodohkan denganku malah bertemu dengan Kevin tetapi wanita yang bertemu denganku di perjodohan itu adalah wanita lain. Dan gadis itu sangat lucu tingkahnya, batin Ricko."Tidak usah khawatir, katakan saja pada kakek jika aku tetap akan menikah tapi ... dengan wanita lain,"kata Ricko."Apa? Dengan siapa Tuan akan menikah?" tanya Asisten Kevin penasaran."Sampaikan saja tak lama lagi akan ku perkenalkan dengan wanita pilihanku," ucap Presdir
Bagaimana kalau kita bertemu hari ini?" ajak Adisty dalam telepon."Maaf, aku tidak bisa hari ini aku sangat sibuk sekali. Banyak pekerjaan kantor menungguku," sahut Rania."Woi! Semenjak kapan kau menjadi wanita sibuk. Bukankah kau bekerja di perusahaan papamu. Yang ada pasti kamu datang hanya untuk absen, setelah itu kau pergi seenaknya " sindir Adisty."Itu ... itu tidak benar. Ini akhir tahun jadi banyak pekerjaan lembur," jawab Rania berbohong."Jangan bohong! Kamu hanya beralasan supaya bisa menghindariku!" kata Adisty penuh kemarahan."Benar, aku tidak bohong Adisty." Rania mengusap keringat dinginnya sementara tangan kanannya masih nenempelkan benda pipih itu di telinganya.Adisty duduk di kursi yang berada di taman kantornya. Matanya sambil mengawasi keadaan, barangkali ada yang mendengar percakapan
Pemandangan yang cukup aneh. Seorang presdir tampan sedang berdiri di trotoar menunggu Adisty datang. Setiap kali orang yang lewat memandang penuh takjub. Bagi mereka hal ini adalah suatu pemandangan yang cukup langka. Pria tampan memakai setelan jas parlente sedang berdiri tegak di samping mobilnya menatap kesana kemari seperti sedang mencari seseorang."Lihatlah sayang, pria itu kelihatan bercahaya di antara lainnya. Kulitnya putih bersih, tubuhnya tegap dan kaya raya ...," puji salah seorang wanita yang lewat bersama kekasihnya."Benar, paket komplit. Tak ada yang bisa menyamai ketampanannya," celetuk pria di sebelah wanita itu.Ada lagi seorang ibu-ibu muda lewat membawa barang belanjaannya mulutnya sampai melongo melihat pria keren di depannya.Hemm, baru kali ini aku melihat sebuah patung sempurna. Mungkin bila dia
Mobil Ricko berhenti tepat di sebuah taman yang di penuhi dengan lampu kota. Adisty keluar dari mobil memandang takjub pemandangan di depannya."Waah, indah sekali," puji Adisty lirih."Wajahmu juga indah," kata Ricko lirih. Ia malah sibuk menatap wajah Adisty daripada melihat indahnya lampu-lampu hias di depannya."Apa maksud Anda tadi?" tanya Adisty."Kita jalan lagi," jawab Ricko.Apa aku tidak salah dengar jika dia memujiku tadi, batin Adisty.Ricko kembali menggenggam tangan Adisty. Ia mengajaknya berjalan-jalan melihat keindahan taman kota di malam hari."Kakek saya orangnya sangat detail dalam menilai seseorang. Jadi jangan sampai dia curiga kalau kita hanya pura-pura saja," terang Ricko.Saya tidak peduli dengan kakek Anda yang sangat sensitif, tetapi bagaimana caranya mengatasi jantungku yang makin sensitif, batin