Share

Menggagalkan Perjodohan

Tuan, maaf saya tadi terlambat karena sedang bermain-main dengan pria sewaanku,"kata Adisty memulai serangannya.

Ayolah, kau tidak jijik dengan wanita nakal sepertiku, batin Adisty.

"Tidak masalah, aku mengerti kesibukan Anda," jawab Adisty santai.

"Tapi ... saya tadi habis bermain dengan pria lain, apa Anda tidak jijik?" Adisty menyilangkan kakinya, kulit putih mulus terpampang sempurna.

"Tidak masalah, Anda bermain dengan laki-laki manapun. Saya sangat menghargai Anda," balas Ricko.

Aku tidak pernah bertemu direktur sinting seperti ini. Mana ada laki-laki yang mau pada wanita yang hobinya main ranjang bersama pria lain, pikir Adisty.

"Saya tidak hanya bermain dengan satu pria tapi dua pria. Kebetulan tadi mantanku juga datang, jadi kita main-main bareng sekalian," jelas Adisty semakin ngelantur tak karuan. 

Ya, ampun Adisty tidak cukupkah kau menghancurkan nama baikmu, batin Adisty.

"Tidak masalah, saya suka dengan wanita yang sudah berpengalaman," jawab Ricko seraya tersenyum pada Adisty.

Oh, senyum itu membuatku meleleh,batin Adisty. Sesaat Adisty terlena.melihat penampilan Ricko.

Sadar Adisty misimu adalah membuatnya menolak perjodohan ini, batin Adisty.  Ia menampar pipinya sendiri.

"Kenapa Anda menampar pipi Anda sendiri?" tanya Ricko.

"Ooh, pikiran saya terlalu jorok. Membayangkan Anda sedang bercinta dengan saya di ranjang," Adisty menarik dasi Ricko membuat wajah mereka terlalu dekat. Bahkan bukit kenyalnya menekan setelan jas yang tengah di pakai Ricko.

Ya, Tuhan ... dia benar-benar tampan. Adisty tidak berhenti memandangi wajah Ricko.

Ia bisa merasakan bau parfumnya yang menyegarkan. 

"Kau mau kita tidur bersama?" goda Adisty.

"Saya bisa gaya apapun ... tapi sayang hari ini aku sudah melakukannya beberapa ronde dengan pria lain," imbuh Adisty.

Ya ... ampun Adisty bicaramu tambah ngawur saja. Jika dia tahu kamu karyawannya ia pasti akan menggorok lehermu, Adisty memaki-maki dirinya dalam hati.

"Tidak mungkin kan, kamu mau seorang wanita yang sudah bekasnya orang lain," celoteh Adisty.

Ayo katakanlah ... kenapa kau hanya diam saja seperti patung, jerit Adisty dalam hatinya.

"Aku mau ...," jawab Ricko pendek.

"Ya ... mau apa?" tanya Adisty heran.

Oh ... my God, bagaimana jika ia ingin tidur denganku betulan, rintih Adisty dalam hati.

"Aku mau minta nomor ponselmu," ucapnya.

"Apa? Nomor ponsel?" tanya Adisty lagi.

"Iya, berikan nomor ponselmu," jawab Ricko dingin.

Adisty sedikit gemetaran seraya memberikan nomor ponselnya. 

Kenapa aku mendadak menggigil ketakutan, apa karena dia bosku? pikir Adisty.

"Ini nomor ponselnya,"Adisty menyerahkannya pada Ricko. Pria muda itu memegang ponsel Adisty lalu memasukkan nomor Adisty di ponselnya.

Presdir Ricko melihat nomor Adisty, ia melihat adanya ketidakcocokan nomor pada nomor ponsel Adisty yang sebelumnya.

"Pantas saja saya hubungi tidak bisa. Ternyata salah nomornya," kata Presdir Ricko.

"Apa?" tanya Adisty. 

Presdir Ricko menunjukkan nomor ponsel yang di pakainya untuk menelpon.

Bukannya itu nomor ponsel Rania, batin Adisty.

Astaga! Kenapa aku tidak kepikiran sampai sana, bagaimana kalau ia tahu aku hanyalah wanita bayaran, batin Adisty. Ia bertambah ketakutan.

"Terimakasih, saya akan menelpon Anda nanti. Saya masih ada urusan, maaf kalau meninggalkan Anda. Nanti ada orangku yang akan mengantarkan Anda," kata Presdir Ricko.

Yes!! Auto berhasilkah?! Adisty rasanya ingin jungkir balik. 

Presdir Ricko tiba-tiba menghentikan langkahnya. 

"Nanti saya akan menelepon Anda."

Lalu Presdir Ricko melanjutkan jalannya hingga ke luar dari ruangan.

Apa ini semua sudah selesaikah? pikir Adisty.

Itulah yang terjadi, sebelum Adisty menerima teror telepon dari presdirnya yang memaksa mengajak menikah dadakan.

**

Di Kantor

Pagi-pagi Adisty berangkat bekerja seperti biasanya. Hari ini ia merapalkan doa baru yaitu tidak berpapasan dengan presdirnya. Ia tidak membayangkan bagaimana jika ketahuan. Entah kenapa ada rasa bersalah setelah melakukan kebohongan itu. Ia takut jika kebohongannya terbongkar maka tidak ada harapan lagi untuk bekerja di sana.

Adisty celingukan melihat ke sana kemari. Sampai-sampai ia tidak tahu jika di depannya ada dinding yang menghadang.

"JDUGH!"

Tubuhnya menatap dinding, karena pandangannya yang sedari tadi tidak fokus melihat ke kanan ke kiri. Lupa jika di depan juga perlu di lihat. 

"Aww! Sakit!" keluhnya memegang kepalanya yang agak kliyengan karena terbentur dinding.

"Anda tidak apa-apa?" Suara itu sepertinya sangat familiar. Adisty mendongak ke atas. Ia melihat Presdir Ricko sudah berdiri di hadapannya.

Adisty seperti melihat hantu wajahnya pucat. Ia mundur selangkah ke belakang.

"Pagi Pak Presdir!" Adisty buru-buru membungkukkan badannya sebagai tanda hormat.

"Anda mau masuk sekalian?" tanya Presdir Ricko.

"I ... iya," jawab Adisty gugup.

Di dalam lift Adisty melihat punggung presdir Ricko.

Benar-benar sosok yang sempurna, sayangnya karakternya tidak normal. Masa mau menikah dengan wanita yang suka bercinta dengan pria lebih dari satu, batin Adisty.

Wiih ... parfumnya tidak menyengat tapi menyegarkan. Kira-kira berapa harga parfumnya? Alesa terus saja membatin presdirnya.

TING

Pintu lift terbuka.

"Maaf ... ini ruang khusus untuk presdir apa Anda tadi tidak salah menekan tombol?" tanya Presdir Ricko.

"Owh ... maaf ... saya yang pelupa," Adisty membalikkan badannya.

"Tunggu!" kata Presdir Ricko.

"Iya, Pak," jawab Adisty agak gemetar.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Presdir Ricko.

"Tentu saja, bukankah saya karyawan Anda di sini. Jadi wajar kalau kita pernah bertemu," kata Adisty beralibi.

"Ya sudah, kembalilah ke ruanganmu," kata Presdir Ricko. 

Adisty bisa bernafas dengan lega. Ia langsung menekan tombol lift dan berniat untuk turun. Ruangan presdir berada di lantai paling atas sedangkan ruangannya berada di lantai dua. Bagaimana bisa ia ikut masuk ke dalam lift yang khusus pejabat perusahaan. Otaknya sudah error karena saking takutnya ketahuan.

Di dalam lift ia masih saja memikirkan pertemuannya dengan presdirnya tadi.

Di lihat dari reaksinya tadi ... sepertinya Pak Presdir tidak mengenaliku. Apa begitu hebat riasan yang aku pakai waktu itu? batin Adisty.

Sudahlah ... bukankah urusanku sudah selesai. Aku sudah menolak lamarannya. Jadi tidak ada alasan bagiku untuk mengkhawatirkannya, pikir Adisty.

Adisty mencoba untuk menenangkan hatinya. Meskipun sebenarnya ia sangat takut jika ketahuan oleh bosnya. Kemungkinan terburuk ia bisa di depak dari perusahaan tempatnya bekerja.

DRRRRZT

Ponsel Adisty kembali berdering.

Disana tertulis 'Orang Gila' pada nama pemilik nomor telepon.

"Hah, presdir!" Adisty buru-buru langsung mematikannya.

Di Dalam Ruangan Presdir

Kenapa gadis itu mematikan teleponnya? batin Ricko.

Presdir Ricko tidak menyerah ia melakukan panggilan telepon berulangkali tapi tidak ada jawaban.

Dia menolak teleponku delapan kali, batin Ricko.

Ia pun duduk di kursinya dan melanjutkan pekerjaannya memeriksa dokumen yang sudah ada di mejanya. Namun kali ini mukanya terlihat menyeramkan. Ada amarah yang terpendam di wajahnya. Baru kali ini ada seorang wanita yang menolaknya. 

---Bersambung---

Komen (1)
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
sukaa banget ama karakternya si FL! ga sabar buat baca lanjutannya~ btw author ada sosmed ga?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status