Share

Bab 3

Terkadang,, sahabat lebih tahu tentang kehidupan kita dibanding orang tua kita sendiri.

♥♥♥

Waktu masuk SMA telah tiba. Zella dan sahabat-sahabatnya telah terdaftar menjadi siswa di SMA favorit di Jakarta itu.

Teriknya matahari dan biru langit menjadi pertanda bahwa mereka pun turut bahagia yang sama halnya dirasakan oleh lima insan itu.

Semua mata tertuju pada sebuah gedung-gedung yang menjulang serta lapangan yang membentang luas.

Tanaman-tanaman yang tumbuh di sekitar menjadi pelengkap keindahan bangunan itu.

Siswi-siswi baru sungguh terkagum-kagum melihat bangunan yang bertingkat tiga itu. Ya, tak ada murid laki-laki disana karena sekolah itu khusus untuk murid wanita saja.

"Gila, gede banget ini sekolah!"kagum Calista sambil memperhatikan bangunan sekolah itu.

"Beruntung gue sekolah disini."tutur Jessy.

"Tapi ya, jangan diliat dari bangunannya. Pokonya kita harus berprestasi!"seru Zella sambil tersenyum.

Sahabat-sahabatnya yang tahu dengan sifat Zella yang tak luput memikirkan sekolah hanya bisa tersenyum dan mengangguk-angguk.

"Syukur dah gue bisa bareng sekolah sama kalian."ucap Nayfira.

"Kita emang gak bisa dipisahin, guys!"Aleysia ikut berkomentar.

Hari ini adalah awal mereka bersekolah dan artinya MOS (Masa Orientasi Siswa) akan dimulai tiga hari kedepan sekaligus memperkenalkan lingkungan sekolah.

Siang telah berlalu. Ini saatnya perkenalan sesuai jurusan masing-masing yaitu jurusan Ipa yang mereka pilih.

Di sekolah itu ada dua jurusan yaitu jurusan Ipa dan Ips.

Perkenalan dimulai di sebuah aula. Aleysia, Calista, Zella, Nayfira, dan Jessy memperkenalkan diri masing-masing.

Tak tahu mengapa disaat mereka memperkenalkan diri dan bakat dari mereka, murid-murid yang lain selalu bergemuruh dan bertepuk tangan hingga ada yang berteriak.

Dimulai Calista yang menampilkan mimik modelnya, Aleysia yang mengeluarkan koreografi andalannya, Nayfira yang menyebutkan resep masak dengan cepatnya.

Begitupun dengan Zella yang menjawab pertanyaan dari kakak-kakak senior tentang pelajaran matematika tanpa berhitung,dan Jessy yang berhasil membelah batu bata yang sengaja disiapkan.

Seorang wanita yang tengah duduk diantara mereka memandang dengan sinis karena disaat dia mengeluarkan bakatnya, tidak banyak yang bertepuk tangan.

"Lo kenapa? Gak suka liat mereka?"timpal seorang yang duduk disampingnya.

Wanita itu menoleh dan mengerutkan dahinya. "Emang lu suka?"

Bukannya menjawab pertanyaan dari wanita itu, dia malah bertanya. "Nama loe siapa? Gak enak kalau kita ngomong gak kenalan dulu."

"Gue Belva. Loe?"

"Arzetta."jawabnya.

"Tenang aja. Gak lama mereka pasti jatuh!"seru Arzetta sambil memalingkan wajahnya dari arah Belva.

Mereka berdua pun adalah siswi baru. Tak lama mereka berdua berteman dan akhirnya bersahabat dengan jangka waktu yang begitu cepat.

Waktu pulang telah menyapa. Zella dan sahabat-sahabatnya pulang dengan rasa bahagia karena di hari pertama sekolahnya mereka mendapatkan banyak kebahagiaan.

"Lo malu gak sih kalau punya bakat ecek-ecek tapi di tampilin ke depan?"tutur Belva sambil menyusul jalan Zella dan sahabat-sahabatnya.

Saat itu mereka sedang berjalan menuju gerbang. Zella dan sahabat-sahabatnya yang tengah tertawa terbahak-bahak harus berhenti karena suara Belva yang cukup keras.

"Mungkin mereka gak punya malu. Kalau gue sih malu, Bel."Arzetta pun ikut berbicara.

Zella dan sahabat-sahabatnya terdiam lalu memandangi Belva dan Arzetta.

"Mereka kenapa?"bisik Zella.

"Beras di rumah abis kali."jawab Aleysia.

"Cucian baju sama setrikaan juga numpuk. Dasar ibu-ibu rempong!"kata Calista.

Seketika mereka tertawa dengan kencangnya. Hingga membuat Belva dan Arzetta terkejut dan memalingkan wajah ke arah Zella dan sahabat-sahabatnya. Tapi untung saja candaan itu tidak terdengar oleh Belva dan Arzetta.

"Kenapa sih mereka ketawa mulu? Dihina bukannya nangis atau apa gitu!"ketus Belva kesal.

Dengan cepat Arzetta menarik pergelangan Belva dan mengajaknya berbicara dengan serius.

"Lu bisa sabar, kan? Semua itu butuh proses. Gak akan lancar gitu aja!"tegas Arzetta sambil memasang wajah galak. Belva hanya mendegus.

♥♥♥

Esoknya, siswi-siswi SMA Pertiwi dibagi kelas. Zella dan sahabat-sahabatnya satu kelas.

"Yyeaahh, kita satu kelas?"ujar Jessy yang masih tak percaya.

"Hidup kita!"seru Nayfira.

"Emang udah hidup kali ahh kita mh."ucap Aleysia.

"Wwwahh, gue sekelas sama mereka."kata seseorang yang berada di samping mereka setelah membaca pengumuman di sebuah mading.

Mereka yang dimaksud adalah Zella dan sahabat-sahabatnya.

Calista yang berada di samping wanita itu langsung menoleh.

"Gue sekelas sama lo, Cal sama temen-temen lo juga."kata wanita itu mengulang.

Calista mengerutkan dahinya. "Terus kenapa?"tanya Calista sambil tersenyum.

"Gue juge ternyata sekelas sama kalian."tutur siswi lain dengan semangat.

"Emang kalau sekelas sama kita kenapa?"tanya Zella heran.

"Iihh, lo itu gimana sih? Beruntung lah sekelas sama kalian. Orang kalian berbakat, pinter, gak sombong pula."puji wanita itu.

"Bisa aja kalian mah."tutur Nayfira.

Belva yang mendengar pujian yang diberikan siswi itu pada Zella dan sahabat-sahabatnya langsung terdiam dan seketika marah.

"Jelek juga masih dipuji!"bentak Belva.

Jessy yang mendengar perkataan Belva sontak matanya membulat besar dan maju menghampiri Belva.

"Jess, mau kemana?"tanya Aleysia menahan Jessy.

"Dia itu pengennya apa, sih? Perasaan ngejek mulu ke kita!"seru Jessy.

"Mungkin bukan ke kita, Jess."Nayfira menenangkan.

"Udah ayo kagak usah ladenin orang kayak gitu. Intinya dia iri sama kita!"jelas Calista sambil menggenggam tangan Jessy lalu pergi dari tempat itu.

"Iya, Jess. Inget kita baru masuk sekolah."ucap Zella menenangkan Jessy agar tidak menuruti nafsunya untuk marah.

Tak terbayang bila Jessy menuruti nafsunya. Bisa saja ia membuat keadaan menjadi ricuh karena mengeluarkan jurus taekwondonya.

Dan wajah Belva pun bisa-bisa berubah menjadi sosok yang menyeramkan.

"Udah lo jangan kesel lagi. Kita kan mau lomba masak."tutur Nayfira.

Sebagai hiburan, kakak-kakak senior mengadakan lomba memasak. Dalam regu terdapat lima orang. Itu artinya Jessy dan sahabat-sahabatnya satu regu.

Perlombaan dimulai. Persiapan memasak pun telah tertata rapi di atas meja.

"Kalian bebas mau bikin apa sesuai kreatifitas kalian. Itu bahan-bahannya sudah siap sedia."teriak salah satu senior mengumumkan peraturan dan dilanjutkan memberi informasi sistem perlombaannya.

Perlombaan dimulai satu jam kedepan. Terdapat enam regu dan akan diambil juara 1,2, dan 3 diantara enam regu itu.

Syarat memenangkan perlombaan itu yang pasti masakannya harus lezat dan kreatifitas dalam soal plating (sajian makanan dalam piring).

Satu jam berlalu. Jessy dan sahabat-sahabatnya selesai dalam memasak ayam goreng rica-rica.

Tampilannya sungguh memukai karena dihiasi tomat yang dibentuk seperti bunga mawar.

Rasanya pun begitu lezat. Pedas yang dituangkan tidak terlalu banyak dan rempah-rempahnya pun sangat kuat.

Akhirnya regu Jessy dan sahabat-sahabatnyalah yang memenangkan perlombaan itu atas penilaian seorang guru.

Mereka menempati juara 1 dan memenangkan hadiah. Ternyata hadiah itu berisikan medali. Ya, cukup mewah.

Mereka bersorak ria dan bahagia. Mereka masih tak menyangka akan memenangkan perlombaan itu.

"Yyesss! Kita menang!"ujar Zella dengan semangat sambil berloncat-loncat dan memeluk sahabat-sahabatnya.

"Untung aja medali hadiahnya. Jadi gue bisa tenang!"ketus Belva yang berada di kerumunan mereka.

Zella dan sahabat-sahabatnya yang mendengar ucapan Belva langsung terdiam dan menoleh ke arah Belva.

"Ssttt! Mulut lo itu ya. Bukan saatnya sekarang lo ngejek dia!"bisik Arzetta yang satu regu dengan Belva.

Tak ada perlawanan dari Zella dan sahabat-sahabatnya. Mereka hanya menatap terus Belva dan seketika itu pula Belva pergi karena merasa takut dipandang oleh lima orang itu.

Zella dan sahabat-sahabatnya kembali tertawa setelah Belva dan Arzetta pergi.

"Silahkan lo ejek kita. Tapi kita bakalan melawan dengan prestasi."batin Zella di sela-sela kebahagiaannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status