Share

Bab 6

Daun gugur tak membuat pohonya gugur.

Begitupun denganku, orang lain berkata tentangmu tak membuat rasa cintaku menghilang kepadamu.

• • •

Bel istirahat berbunyi...

Zella dan sahabat-sahabatnya lebih memilih menghabiskan waktu istarahat dengan makan siang di kelas. Selain dengan sahabat-sahabatnya, teman-teman Zella yang lainnya pun ikut melengkapi kebersamaan makan siang.

Beberapa saat, seorang lelaki paruh baya mengetuk pintu kelas Zella. Seketika semuanya menghentikan aktivitas makan siangnya.

"Permisi, maaf adek-adek mengganggu kalian. Saya mau nanya, ada yang namanya Zella?"tanya lelaki itu.

Semuanya melirik ke arah Zella.

"Gue? Ko gue?"bisik Zella pada teman-temanya.

"Samperin dulu aja, Zell. Siapa tau penting."tutur Calista yang berada di sampingnya. Tanpa basa-basi Zella menghampiri lelaki itu. Teman-teman Zella pun seketika terdiam seakan-akan ingin tahu apa yang dibicarakan lelaki itu dengan Zella.

Zella tersenyum. "Saya Zella, Om. Ada apa, ya?"tanya Zella sedikit bingung.

"Putri saya ingin belajar dengan kamu."ucapnya yang masih diambang pintu kelas.

"Putri? Putri yang mana? Temen-temen kelas gue?"batin Zella sambil menoleh ke arah teman-teman sekelasnya yang sedang terdiam memandanginya.

"Katanya, kamu pinter ya. Selalu juara kelas. Jadi itu alasan putri saya ingin belajar dengan kamu."sambungnya.

"Om tau dari mana info tentang saya?"tanya Zella.

"Sayang, sini donk jelasin ke kakak Zella. Kamu jangan ngumpet terus."tutur lelaki itu sambil membalikkan badannya.

Terlihat seorang wanita manis, lucu, dan cantik mengintip di belakang punggung lelaki itu. Ia memperlihatkan wajah cantiknya dengan malu-malu. Aku pun tersenyum melihat tingkah konyolnya.

Wanita itu meringis malu sambil memperlihatkan deretan gigi putihnya yang membuatku semakin gemas padanya. "Haii, kak. Salam kenal."katanya sambil melambaikan tangannya.

"Kakak? Bukannya kita seangkatan ya?"tanya Zella heran. Wanita itu hanya tersenyum lebar yang membuat Zella bingung.

Karena memang Zella sempat melihat wanita itu pada waktu MOS namun saja Zella lupa-lupa ingat dengan wajahnya.

"Saya harap kamu bisa menjaganya. Berhubung saya ada urusan lain jadi saya tinggal kalian ya."kata lelaki itu yang dipanggil "Papah" oleh wanita manis itu.

Zella mengangguk begitupun dengan wanita itu. Ia segera memeluk Papahnya sebelum pergi dan memandanginya saat mulai beranjak pergi.

"Nama kamu siapa?"tanya Zella.

"Ava."jawabnya dengan semangat. Ava langsung meggandeng tangan Zella.

"Nih, anak kenapa? Ko' tiba-tiba gandeng gue?"batin Zella.

Zella hanya membalas dengan mengelus pundak Ava walau sebenarnya ia bingung harus melakukan apalagi.

"Ntar kakak ajarin les aku ya. Mulai nanti sore kakak bisa ko ke rumah Ava."ucapnya dengan lucu dan kepolosannya. Tingkah Ava memang lucu walau sudah menginjak bangku SMA apalagi dengan sifat kepolosannya.

"Jangan panggil gue kakak. Nama aja."pinta Zella.

"Ihh, kak sebenernya aku itu kelas 3 SMP tapi karena otak aku yang katanya cerdas jadi aku langsung di masukin ke SMA."katanya sambil menunjuk-nunjuk kepalanya.

"Kalo pinter kenapa minta les sama aku?"

"Kakak banyak ngomong ihh. Pokoknya kakak harus ajarin Ava, ya."ujarnya sambil menyender di bahu Zella. Zella hanya tertawa kecil melihat tingkah Ava yang lucu dan polos.

Di sisi lain terlihat sosok Belva dan Arzetta yang tengah memandangi pemandangan indah antara Zella dan Ava yang sedang berada di luar kelas. Mereka terlihat begitu bahagia karena saling merangkul dan berbincang-bincang hangat.

"Bel, itu Ava sama Zella kan? Ko mereka saling kenal?"tanya Arzetta.

Belva menyipitkan matanya. "Iya bener. Sial! Kenapa mereka jadi deket? Akrab lagi. Gue belum pernah liat Ava sedeket gini sama seseorang."kesal Belva.

"Berarti lo salah strategi."ucap Arzetta yang langsung membuat Belva menoleh Arzetta ke arahnya. "Maksud gue, ntar kita nyari cara lain buat hancurin mereka." sambung Arzetta. Belva hanya mendengus kesal.

"Zell, yang tadi siapa?"tanya Jessy.

"Ahhh, makanan gue belom aabiiss. Mana istirahat mau selesai."ujar Zella tanpa menggubris pertanyaan dari Jessy.

"Ihh, Zell kebiasaan banget sih lo ditanya suka kagak jawab."teriak Jessy.

Zella meringis malu."Ehehee. Jadi dia itu Ava. Minta ajarin les sama gue." jawan Zella dengan nasi yang penuh di mulutnya.

"Heeuhh, bagian jawab kagak jelas. Makan, makan dulu jangan dulu ngomong!"seru Aleysia.

"Ava? Kayak kenal namanya tapi siapa gitu?"kata Calista dengan wajah herannya.

"Udah jangan so' tau lo!"timpal Nayfira.

~ ~ ~

Zella's

Handphoneku berbunyi menandakan ada notifikasi w******p masuk. Dengan segera aku membukanya. Ku kira itu dari Ava ternyata grup Ladies Brave.

Aleysia: Kuyy main. Boring nih

Nayfira: Gue juga

Jessy: Gue juga nih

Calista: Main dimana?

Aleysia: Dimana ajalah yg penting keluar dari rumah

Zella.: Sorry, sorry nih gue gak bisa. Ava menanti

Jessy: Iya deh tauuuu..

Akhirnya aku pun bergegas untuk pergi ke rumah Ava. Sebelumnya ia memberi alamat rumahnya padaku saat di sekolah tadi. Jam sudah menunjukkan pukul 15.30, artinya setengah jam lagi aku harus sampai di rumahnya.

Aku memilih untuk naik bus karena tak ada yang mengantarku. Harus menunggu beberapa menit untuk sampai ke rumah Ava, namun dengan sisa waktu enam menit lagi akhirnya aku pun sampai di rumah Ava.

Aku sampai di depan gerbang perumahannya. Aku harus bertanya terlebih dahulu pada seorang satpam yang menjaga perumahan itu dan akhirnya aku menemukan rumah Ava setelah satpam memberi alamat rumah Ava.

Aku berdiri di depan rumah yang terlihat megah namun asri. Gerbang yang tertutup dan terlihat motor ninja merah yang terpakir di dalam garasi itu. Aku mulai mengetuk pintu rumah itu.

"Permisi."

Setelah beberapa saat, akhirnya pintu rumah itu terbuka dan di baliknya terdapat sosok yang menggemaskan.

"Kakak? Sini masuk. Kira aku gak jadi dateng lho."sahut Ava dengan senang.

"Jadi donk, Va. Masa udah janji gak ditepati."jawabku sambil memasuki rumahnya.

Aku disambut dengan aroma menyegarkan yang mengeruak di ruang tamu itu kemudian aku pun duduk di kursi santai yang tepat berada di ruang keluarga. Ava lebih memilih belajar di ruang keluarga dibanding di ruang tamu.

Kami mulai belajar. Ava memang orang yang cerdas, satu kali diberitahu otak cerdasnya itu dengan mudah menangkapnya. Namun tak tahu mengapa ia harus belajar les lagi padaku padahal nyatanya ia sudah menguasai

semua mata pelajaran.

"Sepi ya, Va."ucapku di sela-sela belajar. Ava hanya mengangguk-angguk sambil konsentrasi mengerjakan soal yang aku berikan.

Terdengar suara langkah kaki dari tangga yang akan menuju lantai atas. Aku dan Ava mendongkakan ke arah suara itu. Terlihat sosok laki-laki yang memakai piyama berwarna biru muda dengan motif tokoh kartun pororo.

Rambutnya sengaja ia acak-acak dan saat menguap ia begitu menggairahkan. Ia menghampiri aku dan Ava. Namun setelah ia mendekat, wajahnya tak asing di mataku.

Ia mengusap kepala Ava dan malah memeluknya seakan-akan tak ada aku di hadapannya.

"Kakak baru bangun?"tanya Ava.

"Kakak? Lll...lloo?"tanyaku gugup.

Lelaki itu menyipitkan matanya di hadapanku. "Laahh, lo ngapain disini?"tanyanya.

"Siapa sih nih cowo? Adduh gue lupa namanya lagi."gumamku.

"Kak, ini Kak Vano. Kakak Ava."tutur Ava.

"Naahh, Vano namanya. Jadi Ava ini adek Vano? Sempit banget sih dunia!" ujarku pelan.

"Ngapain lo disini?"tanya Vano agak kencang.

"Kakak, Kak Zella ini ajarin les aku."jelas Ava.

"Hah? Ohh. Ya udah lanjutin."kata Vano sambil meninggalkan kami.

"Nih orang kayaknya ngigo. Tadi ngomong kenceng tapi sekarang pelan."batinku.

Vano kembali ke kamarnya. Kulihat saat ia menuju kamarnya, rambutnya ia acak-acak lagi dan menggaruk tekuk kepalanya. Tapi aku tak bisa menahan tawa ketika Vano memakai piyama itu. Padahal ia adalah orang yang fashionable. Jika diluar, ia selalu memakai jaket jeans andalannya, sepatu bermerk tapi di rumah sungguh berbeda 360 derajat.

"Topik gosip, nih. Pasti pada ngakak kalo diceritain ke temen-temen."gumamku.

Aku melanjutkan belajarku dengan Ava. Karena tenggorokanku mulai kering akhirnya aku memutuskan untuk meneguk jus jeruk yang telah di sediakan oleh Ava sebelumnya. Namun saat aku sudah meneguknya, Vano berteriak dengan kencang yang membuatku terkejut hingga tersedak.

"Kenapa gue pake piyama ini? Ada cewe itu lagi. Muka gue disimpen dimana?"teriak Vano dengan kencang hingga terdengar ke tempatku dan Ava belajar.

"Kak Vano jangan berisik! Ava lagi belajar!"teriak Ava dengan polosnya dan melanjutkan belajar denganku.

"Ternyata dia baru nyadar. Punya malu juga tuh orang."batinku.

Aku hanya tertawa kecil melihat tingkah adik kakak ini.

~ ~ ~

"Kalian tau apa yang gue liat tadi di rumah Ava?"tanyaku dengan semangat.

"Liat apa lo? Jangan liat yang bukan waktunya!"tutur Nayfira yang disambut jitakan oleh Aleysia.

"Seorang Vano yang fashionable, keren, suka pake jaket jeans ternyata di rumahnya pake piyama. Gambar pororo lagi."ujarku sambil tertawa.

"Vano? Maksudnya lo ke rumah Vano juga? Ngapain?"tanya Jessy terkejut.

"Jadi si Ava itu adeknya Vano."jawabku.

"Tuh, kan gue bilang apa. Nama Ava itu gak asing di telinga gue. Ternyata bener adeknya si Vano."tutur Calista.

Seketika mereka tertawa terbahak-bahak. Aku dan sahabat-sahabatku mengira bila seorang Vano akan tetap keren walau di dalam rumahnya. Tetapi dugaan itu salah. Vano malah mengenakan piyama seperti bocah umur lima tahunan dan itu menjadi bahan candaan Ladies Brave.

~ ~ ~

Bel berbunyi tiga kali menandakan waktunya pulang. Zella beserta sahabat-sahabatnya seperti biasa berjalan menuju gerbang sekolah untuk menuju halte. Mereka masih menggunakan bus karena supir Calista belum juga pulang dari kampung halamannya.

Saat menunggu di halte, terlihat lima laki-laki yang sedang mengendarai sepeda motor ninja merah. Namun lain halnya dengan salah satu laki-laki diantara mereka yang mengendarai motor cross.

Mereka membunyikan gas sepeda motornya dengan kencang hingga membuat Zella dan sahabat-sahabatnya berteriak karena terkejut.

"Berisik, arrgghh!"teriak Aleysia yang dibalas senyuman dari mereka.

Tiga puluh menit Zella menunggu bus yang biasa mereka tumpangi. Tapi tak tahu mengapa bus itu tak kunjung datang.

"Kemungkinan besar jalan nih kita."ucap Jessy.

"Males ihh cape."jawab Nayfira.

Jarak sekolah mereka hingga ke rumah cukup jauh. Tapi mereka memutuskan untuk berjalan hingga ke halte selanjutnya. Siapa tahu disana ada bus yang mereka tuju. Mereka melewati jalan pintas agar tak terasa lelah.

Walau jauh namun mereka tetap menikmati perjalanannya. Karena dengan kebersamaan semuanya terasa indah walau bencana sekali pun. Mereka berjalan menyusuri jalan yang begitu lenggang. Sebuah lapangan yang tak terlalu luas mereka pilih. Ya, artinya mereka melewati sebuah kampung.

Saat mereka akan melanjutkan langkahnya, terdengar suara gas yang begitu kencang. Lima laki-laki itu mengendarai sepeda motor ninja merahnya dan tiba-tiba berhenti di hadapan Zella dan sahabat-sahabatnya.

Zella dan sahabat-sahabat merasa kebingungan. Mereka pun mengerutkan dahi. Terlihat wajah lima laki-laki itu dengan tatapan sinis. Terlihat Belva yang dibonceng Gavin, Ava dengan Vano, dan Arzetta dengan Elios.

"Arzetta dibonceng Elios?"batin Aleysia sedikit kecewa.

"Kerjain mereka, ka."bisik Belva pada Gavin.

"Heuh, si bibir terompet!"ketus Jessy.

Gavin terdiam lalu memberi kode bahwa mereka harus mengusuli Zella dan sahabat-sahabatnya. Satu ide telah di tetapkan dan akhirnya mereka mulai beraksi.

Gavin bersama keempat laki-laki popoler itu mengendarai sepeda motor ninja merahnya dan mulai memutari Zella dan sahabat-sahabatnya. Walau asap kendaraan mulai terhirup, lima wanita itu tetap dalam keadaannya bahkan hanya memandangi aksi lima laki-laki itu beserta tiga wanita.

"Kaaak, udah berhentiin pusing!"pinta Ava. Akhirnya setelah beberapa saat mereka berhenti.

"Udah?"tanya Zella dan sahabat-sahabatnya yang membuat mereka melongo. Mereka kira Zella dan sahabat-sahabatnya akan melongo atau terkejut bahkan ribut. Tapi ternyata dugaan itu salah.

"Borosin bensin aja kalian itu!"ketus ratu irit, Zella.

Zella dan sahabat-sahabat dengan dinginnya meninggalkan mereka. Namun langkah mereka terhenti saat seorang wanita memanggilnya.

"Behenti kalian disitu!"teriak Belva sambil turun dari motornya. Zella dan sahabat-sahabatnya menghela nafas dan memandangi Belva.

Di sisi lain Elios bersusah payah untuk menyuruh Arzetta turun. Melihat tingkah mereka berdua, Aleysia memalingkan wajahnya agar tidak melihat mereka berboncengan. "Turun lo, ihh!"seru Elios. Arzetta hanya terdiam namun setelah dipaksa beberapa kali akhirnya Arzetta turun dari motor Elios.

"Kak Zella?"sahut Ava senang sambil menghampiri Zella namun ditahan oleh Belva. Padahal Zella telah melambaikan tangan pada Ava.

"Diem disini lo, Va!"seru Belva. Ava pun terdiam karena nyatanya Vano pun melarang Ava pergi.

"Kalian itu ya harusnya punya malu, jauhin cowo-cowo ganteng ini, jangan nyari perhatian, ini ko malah ganjen gak jelas, terus ya kalau menurut gue kalian itu..."

Saat Arzetta santai dengan ocehannya, seketika Jessy mengeluarkan jurus taekwondonya yang membuat kakinya berputar dan melayang tepat di depan wajah Arzetta. Seketika Arzetta mati kutu dan terkejut. Kelima laki-laki itu pun melongo melihat aksi Jessy begitupun dengan sahabat-sahabat Jessy.

"Jaga mulutmu!"ucap Jessy sambil menyentil bibir Arzetta namun Arzetta tetap diam terpaku dan hanya mengedip-ngedipkan matanya.

"Sekarang kaki gue baru di hadapan lo, tapi kalo lo ngecoblak lagi bisa-bisa kaki gue ngerusak wajah lo."sambung Jessy sambil meninggalkan mereka.

"Gila tuh cewek, ko kakinya bisa puter-puter terus ngelayang gitu, ya?"ujar Vano heran.

"Heh, Elios tadi lo liat apa? Kagak liat apa-apanya si Jessy kan?"tanya Erik dengan otak mesumnya.

"Lu ya, ihh!"jawab Elios sambil menyentil dahi Erik.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status