Share

Bab 5

Buatlah aku bahagia

Walau itu dengan cara yang sederhana

• • •

Nayfira's

Dua pekan berlalu. Aku bersama sahabat-sahabatku merasa betah bersekolah disini yaaa walaupun ada beberapa kendala yang tak lain dan tak bukan berasal dari Belva and Arzetta.

Mereka selalu mengusili aku dan sahabat-sahabatku walau akhirnya Belva dan Arzetta terkalahkan karena strategiku dan sahabat-sahabatku. Namun tetap saja merekea bertahan, sepertinya tak ada kata "Jera" dalam diri mereka.

Hari ini kami pulang lebih awal karena memang setiap hari Jum'at adalah bonus untuk para siswi. Biasanya kami pulang jam 14.00 namun setiap hari Jum'at, pukul 10.30 kami sudah bisa pulang. "Biar kalian refreshing sejenak dari suntuknya hari-hari yang telah kalian lewati". Kata Bapak sekolah kami sih gitu.

"Kalian, tumben ya si Belva sama Arzetta gak keliatan. Pada kemana tuh orang?"tanya Zella saat kami menuju gerbang sekolah.

"Cciiee yang ngarepin mereka."jawabku.

"Diih, ogak banget, Nay!"kata Zella sambil mendelikkan matanya.

"Kita naik bus aja, nih? Nunggu di halte, kan?"tanya Aleysia mengganti topik pembicaraan.

"Eehh iya maaf gue lupa, supir gue hari ini libur dulu biasalah pulang kampung. Jadi gak apa-apa ya kita naik bus dulu hari ini?"tutur Calista merasa sedikit bersalah.

Memang, biasanya kami sering berangkat dan pulang bersama Calista. Dia yang menawarkan terlebih dahulu untuk pergi bersamaan ke sekolah. Namun sayang, hari ini ada halangan. Ya, terpaksa kami harus naik bus dan menunggu di halte yang jaraknya cukup jauh dari sekolah kami.

Saat kami sedang berbincang-bincang menuju halte, terdengar suara langkah kaki yang begitu bising di belakang kami. Sepertinya langkah kaki itu tidak hanya seorang saja namun beberapa orang.

Mereka mulai mengikuti kami dan kami pun mulai berjalan cepat karena mereka mulai mendekati kami. Namun disaat kami akan berlari, Jessy malah berhenti dan membalikkan ke arah mereka. Dengan seketika pun mereka sontak terkejut dan mulai salah tingkah.

"Ngapain loe berhenti? Ayoo!"ajak Calista sambil menggerak-gerakan tangan Jessy.

Jessy terdiam dan menyipitkan matanya. "Tunggu deh. Gue kenal sama mereka."

Aku dan yang lainnya keheranan. Memangnya siapa mereka?

"Wwaahh, parah nih orang minta di hajar ya kayaknya."ujar Jessy sambil melipat kemeja sekolahnya.

"Ihh, apaan sih loe? Jangan main hajar-hajar aja. Emangnya dia siapa?"bentak Aleysia.

"Gak baik, Jess. Ini bukan di pertandingan taekwondo lu. Jadi jangan main hantam aja!"seru Zella mulai ketakutan.

Jessy menghela nafas. "Okey gue jelasin. Kalian masih inget lima laki-laki yang di tengah-tengah Belva sama Arzetta waktu itu? Yang dikerubuni banyak cewek?"jelas Jessy.

Aku mencoba mengingatnya dan setelah beberapa saat kami pun ingat pada kejadian hari itu. Hari dimana lima laki-laki itu berdiri di tengah-tengah Belva dan Arzetta kemudian memandangi kami dengan sinis seakan-akan ingin memangsa kami.

"Tapi darimana lo tau kalau itu mereka? Kan mereka pake masker?"tanyaku yang masih tak percaya.

Jessy mendegus kesal. "Heuuhh, liatin nih ya."katanya sambil berjalan ke arah lima laki-laki itu yang sedang pura-pura menatap keadaan jalanan walau sebenarnya mereka tahu Jessy menghampirinya. Lima laki-laki itu langsung kebingungan. Terlihat mereka ingin pergi namun kalah cepat dengan Jessy yang menghampiri mereka.

"Ngapain kalian ngikutin kita? Buka masker kalian!"seru Jessy setelah sampai di hadapan mereka.

Akhirnya kelima laki-laki itu membuka maskernya secara bersamaan. Terlihat wajah Jessy yang gugup. Mungkin baru pertama kali ia berhadapan dengan laki-laki yang begitu tampan dan keren. Jessy menelan dalam-dalam ludahnya.

Karena tak tega melihat Jessy sendirian akhirnya aku beserta yang lainnya menghampiri Jessy dan kelima laki-laki itu. Ternyata benar, mereka lebih tampan jika ditatap sedekat ini. Pantas saja wanita-wanita terpesona.

"Mampus, mampus loe! Kagak kuat kan liat cowo ganteng?"ujar Aleysia lirih tepat di telinga Jessy. Mata Jessy langsung menggambarkan kebingungan.

"Guu..guee nanya. Ngapain kalian ngikutin gue sama sahabat-sahabat gue?"tanya Jessy mengulang.

Seorang lelaki yang berada di tengah keempat lelaki lainnya menjawab sambil maju ke hadapan Jessy. "Jangan ke-GRan lu. Siapa juga yang ngikutin kalian? Gak ada kerjaan tau gak?"

"Ganteng-ganteng galak."bisikku pada Zella namun aku malah mendapat bentakkan dari Zella.

"Kalau gitu kalian ngapain ada di belakang kita terus selama jalan?"tanya Aleysia.

Mereka terdiam sejenak.

"Gibran! Udahlah to the point aja. Buang-buang waktu tau gak?"ujar seorang lelaki yang mempunyai kaki hantu. Ya, alias tertinggi di antara yang lain.

"Ohh jadi namanya Gibran?"batinku.

"Gimana sih lu, Van? Yang harusnya ngomong itu ya si Gavin!"jawab Gibran, lelaki yang sempat aku sebut tampan dan akhirnya aku tahu namanya. "Gavin, maju lu cepet!"seru Gibran. Sepertinya Gibran adalah pemimpin mereka karena permintaannya selalu dituruti.

Seorang lelaki berpostur tinggi dan berbadan agak tegap mulai maju. Ya, Gavin.

"Gue peringatin. Jangan ganggu adek gue, Belva!"katanya dengan nada agak keras.

Aku dan sahabat-sahabatku cukup terkejut. Ternyata salah satu diantara mereka adalah kakak laki-laki dari Belva.

"Aduan banget sih punya adek?"tutur Calista yang membuat mata Gavin melotot karena tak terima adik perempuannya itu dipojokkan.

Jessy tertawa renyah. "Ohh jadi lu kakanya? Bilangin ke adek lu jangan urusin hidup orang lain!"

"Urusin hidup sendiri aja biar jadi orang yang bener!"bentak Zella sambil menginjak kaki Gavin dan lalu meninggalkan kelima laki-laki itu. Sedangkan Gavin berteriak dan merasa begitu kesakitan

"Aah, sakit woy! Berani banget sih tuh cewe!"teriak Gavin yang tak digubris oleh kami.

"Kan gue udah bilang jangan lawan mereka. Kayaknya mereka itu punya kekuatan atau gak sihir gitu? Susah banget dikalahin."ujar laki-laki berwajah genit. Dialah Eric.

"Berisik lo! Ayo bantuin Gavin."ajak seorang laki-laki yang paling pendiam diantara mereka karena sedari tadi ia hanya terdiam memandangi kejadian-kejadian di hadapannya. Ialah Elios.

"Eehh, bentar-bentar gue kejar mereka dulu. Woyy tunggu!"teriak Vano sambil berlari mengejarku dan sahabat-sahabatku. Namun sayang, kami sudah masuk ke dalam bus.

Akhirnya aku dan sahabat-sahabatku memasuki bus yang telah kami tunggu-tunggu. Kami tertawa terbahak-bahak melihat tingkah para lelaki itu.

"Nekat lo, Jess. Lo juga, Zell."ucap Calista.

"Kalo gak dilawan nanti kebiasaan."jawab Jessy.

• • •

"Ihh, kasian gue sama mereka."ucap Nayfira membuat semunya berhenti menulis. Mereka sedang berada di markas "Ladies Brave" tepatnya sedang mengerjakan PR yang baru saja mereka dapatkan di sekolah tadi.

"Siapa?"tanya Aleysia.

"Cowo-cowo ganteng itu hehe."jawab Nayfira sambil meringis malu.

"Ya elah, Nay masih mikirin itu. Ihh kalo gue ogah."ketus Zella sambil meraih cemilan di hadapannya. Dasar tukang ngemil!

"Jangan bilang lo suka sama salah satu diantara mereka?"tanya Jess pada Nayfira.

"Bukan suka tapi TER PE SO NA ."jelas Nayfira.

"Nih, gue kasih info buat lo, Nay. Gue punya temen yang kenal mereka."tutur Calista sambil meraih laptop kesayangannya dan mulai mencari tahu lima laki-laki itu.

Dengan sigap Nayfira langsung menghampiri Calista begitupun dengan yang lainnya.

"Euumm katanya pada gak mau tau tentang info mereka tapi ko nyosor-nyosor pengen tau?"goda Nayfira.

"Diem lu!"seru Aleysia sambil menutup wajah Nayfira.

Setelah beberapa saat, teman Calista itu mengirim profil kelima laki-laki itu. Ternyata teman Calista satu sekolah dengan mereka dan sekolah itu adalah sekolah khusus laki-laki yang tempatnya tak jauh dari sekolah Calista dan kawan-kawan.

Gibran.

Dengan wajah yang cukup tampan namun menarik selalu menjadi sorotan wanita-wanita. Konon, ia adalah leader diantara keempat laki-laki itu. Mempunyai sifat yang agak keras namun lucu dan agak sombong dengan kelebihannya. Sifatnya yang garang membuat sahabat-sahabatnya takut padanya. Bibirnya pun kadang tidak terkontrol bila sedang emosnya naik.

Elios.

Wajah yang tampan dan bersinar namun flat. Tak seperti sobat-sobatnya yang tebar pesona, ia justru jarang menampilkan pesonanya di hadapan wanita-wanita. Elios adalah laki-laki paling pendiam dan kalem di antara mereka namun jarang tersenyum dan cuek. Tapi don't forget! Sekalinya senyum, ia bisa menggemparkan jagat raya atau membuat wanita-wanita meleleh bagaikan coklat panas.

"Ohh jadi namanya Elios?"tutur Aleysia yang membuat semuanya menoleh ke arahnya. Seketika Aleysia terkejut.

"Eeuummm."ujar sahabat-sahabatnya dengan serentak.

"Eehh udah lanjut-lanjut!"kata Aleysia dengan gugup.

Vano.

Ia terkenal dengan sebutan "Si kaki hantu" karena kakinya yang begitu panjang alias tinggi. Mempunyai mata yang agak tajam hingga wanita yang melihatnya pasti akan terpanah dengan mata tajamnya itu. Agak ramah karena selalu menyapa orang tua di sekitarnya namun agak jutek. Satu lagi, dia paling penyayang. Apalagi pada wanita yang sudah menjadi bagian hidupnya yaitu Ibunya dan adik perempuannya.

Vano mempunyai adik perempuan yang begitu ia sayangi. Siapa saja yang menyakiti bidadari keduanya setelah Ibunya, maka Vano tak segan-segan untuk melabrak.

Ava

Ialah adik Vano. Wanita berparas cantik dan lucu. Sifatnya agak manja pada Vano. Tapi kemanjaan itu membuat Vano semakin sayang padanya. Sifat ramah pun dan senyumnya yang manis melengkapi kecantikannya.

Gavin.

Memiliki wajah yang sederhana, badan yang tegap dan atletis. Agak cool namun agak pendiam juga, fisiknya tak kalah dengan Vano yang hampir menyusul tinggi badan si kaki hantu itu. Ia terkenal paling playboy dan paling banyak digandrungi wanita dibandingkan yang lainnya. Sahabat terdekat Gibran namun Gavin kurang suka pada Gibran yang mempunyai sifat keras.

Belva

Selain Vano, Gavin juga mempunyai adik perempuan wanita yaitu Belva. Wajahnya yang garang dan pengacau membuat semua orang benci padanya tapi ia sungguh menyayangi keluarganya dan rajin. Terbukti ia selalu membantu Ibunya dengan penuh ketulusan di toko kue milik Ibunya.

Arzetta

Sahabat baru Belva. Ia adalah sosok penghasut dan pintar merusak hubungan orang lain. Namun di sisi keburukan, ia mempunyai sifat yaitu rajin dalam mengerjakan pekerjaan yang ada di rumahnya walau asisten rumah tangga telah singgah di rumahnya.

Eric.

Pria genit diantara yang lainnya . Sosok yang paling humoris namun ceplas-ceplos dan bawel. Katanya kalo gak ada dia gak rame karena mulutnya yang nyerocos bisa ngecairin suasana. Jail? Jangan ditanya. Itu sudah menjadi bagian sifatnya apalagi kegombalannya pada wanita-wanita. Tapi di sisi lain ia punya sifat mudah marah bila siapapun telah menyakiti wanita apalagi menyakiti fisik semacam kekerasan.

Mereka adalah orang-orang populer. Kenapa bisa? Katanya sih karena orang tuanya yang mempunyai beberapa aset dan sifat dermawan. Wajah yang tampan adalah alasan utama mereka populer.

Jangan kalian lihat fisiknya saja, otaknya gak kalah sama fisiknya tuh. Menurut artikel mereka sering juara di perlombaan. Kemudian khususnya untuk Vano dan Erik yang cerdas dalam bidang akademik.

Profil lima laki-laki yang dikirimkan teman Calista membuat lima wanita pemberani ni terpaku. Bagaimana tidak? Mulai dari kepribadian, paras, dan postur tubuh yang mempesona.

"Wwaaahh, pilih-pilih bisa kayaknya mumpung sama-sama lima orang nih."ujar Calista sambil menggeser-geser kursor keyboard laptopnya.

"Ehh lu gimana sih? Kita benci sama mereka tapi malah pilih-pilih."ujar Jessy.

"Walaahh, jangan munafik lo. Gue yakin lu juga suka sama salah satu diantara mereka, kan?"tanya Calista sambil menjulurkan lidah. Jessy hanya terdiam.

Tapi di sisi lain Zella mundur dari kerumunan itu dan langsung membuka lembaran-lembaran buku yang akan di kerjakannya.

Sahabat-sahabatnya keheranan. "Kenapa lo, Zell?"tanya Nayfira.

"Gak apa-apa. Kalian lanjut aja pilih-pilih cowonya. Gue mau lanjut ngerjain tugas aja."jawab Zella sambil tersenyum tipis.

"Jangan jadiin masa lalu ganggu lo, Zell. Cowo masih banyak. Makannya jangan dalem banget suka sama seseorang."tutur Aleysia menenangkan. Sahabat-sahabat Zella lalu menghampiri Zella.

"Ihh kenapa jadi mellow gini suasananya? Ayo-ayo gue milih, dehh."ujar Zella sambil tertawa.

"Hhhuuuhh, lu mah!"ucap sahabat-sahabat Zella sambil mengacak-acak rambut Zella bahkan Jessy dengan kebiasaannya menjitak kepala Zella.

Zella merengut kesal. "Ihh, diem kalian!" Sahabat-sahabatnya hanya menertawakan Zella.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status