Share

Kenyataan

Malam ini langit terlihat cerah.

Lin Guang sedang menemani Zhen Shui di ruangannya. Zhen Shui berbaik hati memberikan beberapa buku pada Lin Guang untuk dibaca. Katanya, Lin Guang bisa membaca mereka bila bosan.

"Apa ini tidak berlebihan, Pangeran?"

"Kurasa tidak. Kau calon istriku, tidak ada salahnya belajar."

Pipi Lin Guang bersemu merah. "T-tapi saya tidak bisa membaca, Pangeran."

Zhen Shui menaikkan alis. "Bukan masalah. Aku bisa mengajarimu sekarang."

"Be-benarkah? Terima kasih banyak, Pangeran!" Seru Lin Guang riang.

Sejak saat itu, setiap malam Lin Guang selalu pergi ke ruangan Zhen Shui. Wu Jian tidak bisa mencegahnya, ia tak punya hak. Dan ia tidak perlu menaruh curiga, karena ia tahu Lin Guang tidak akan berbohong padanya. Di pagi hari ia akan bangun dengan wajah gembira. Wu Jian seharusnya turut senang, tapi tidak bisa.

"Minum tehmu dulu. Hari ini kau ada pelajaran Guqin."

"Wu Jian, dengar. Sekarang aku mulai bisa membaca buku! Pangeran Zhen Shui sangat baik!"

Wu Jian memaksakan senyum. Setelah menghabiskan sarapan, Lin Guang harus didandani. Dan hanya Wu Jian seorang lah pelayannya sekarang. Ia yang mengurus segala sesuatu untuk Lin Guang, termasuk pakaian. Hari ini ia memilihkan hanfu dengan warna biru muda, sangat cocok dikenakan Lin Guang.

Perempuan itu melepas pakaiannya semalam di depan Wu Jian. Karena mereka berasal dari desa, hal seperti ini tidak perlu terlalu diributkan. Wu Jian memakaikannya hanfu dengan hati-hati, begitu pula ketika memasang jepit rambutnya. Sudah setengah tahun sejak mereka meninggalkan desa. Tidak terasa.

"Tiba-tiba aku merindukan ibu."

"Aku akan mengunjunginya untukmu."

"Terima kasih, Wu Jian! Aku tahu aku bisa mengandalkanmu. Tolong bilang pada ibu, aku minta maaf karena tidak bisa ke sana sendiri."

Wu Jian mengangguk. 

Selesai berdandan, Lin Guang keluar dari ruangan. Wu Jian membantu mengangkat bagian belakang pakaiannya yang panjang menuju ruang penghormatan. Setiap pagi, semua orang harus melakukannya pada Kaisar. Termasuk Lin Guang yang belum mempunyai status resmi di sini. 

Di sana sudah ada banyak orang yang berkumpul. Kaisar datang bersama permaisuri yang biasanya tidak hadir. Permaisuri melakukan perjalanan bisnis selama satu tahun, memperluas relasi kerajaan dan kabarnya baru kembali tadi malam. Wajahnya ditutupi oleh kerudung semi-transparan berwarna merah, sulit untuk melihat wajahnya. Apalagi Wu Jian yang berada di belakang Lin Guang.

Wu Jian juga tidak begitu peduli.

Selesai melakukan penghormatan, Lin Guang harus mengikuti pelatihan juga. Hari ini adalah jadwal belajar Guqin. Wu Jian dengan senang hati menemaninya. Sudah tugasnya untuk selalu berada di sisi Lin Guang.

Siang hari, Wu Jian mengantarkan makan siang untuk Lin Guang. Lin Guang tersenyum seperti biasa dan mengajak Wu Jian agar makan bersamanya. Wu Jian menggeleng, mengatakan bahwa ia sudah makan. Di sini, sama sekali tidak ada kesulitan pangan. Lin Guang dan dirinya tidak akan pernah kelaparan.

Wu Jian teringat harus mengunjungi Desa Liao. Apa kabar ibu Lin Guang sekarang, juga Ketua Desa? Ia juga merindukan semua orang di desanya.

***

Desa Liao terletak di balik gunung, bahkan jalannya masih tidak berubah. Bebatuan kasar menghalangi kudanya, mengharuskan Wu Jian turun sendiri untuk melanjutkan perjalanan. Dengan kuda, ia bisa mempercepat perjalanan menjadi empat hari. Kaisar pernah berjanji akan memperbaiki keadaan desanya, semoga saja itu benar.

Tapi hal itu tidak tampak dalam penglihatannya.

Desa Liao terlihat mengerikan. Banyak rumah yang hancur, pula sisa abu yang masih ada di sana. Sepertinya belum terlalu lama. Wu Jian pergi ke rumah Ketua Desa terlebih dulu, tapi bahkan bangunannya sudah tiada. Apa yang sebenarnya terjadi selama ia dan Lin Guang pergi?

Rumahnya dan Lin Guang pun sudah tidak ada.

Kaki Wu Jian terantuk sesuatu. Sebuah gelang kaki, milik ibunya Lin Guang. Ia genggam benda itu dengan erat.

Wu Jian harus bicara pada Kaisar.

***

"Kau menuduhku? Berani sekali."

"Anda yang bertanggung jawab atas tempat itu, Kaisar."

Wu Jian menemui Kaisar ketika Lin Guang pergi bersama Zhen Shui ke taman hari ini. Kaisar hanya menghela napas. "Kenapa aku harus melakukan itu pada Desa di mana Lin Li tinggal?"

Wu Jian mendengar soal itu. Lin Guang memberitahunya mengenai apa yang terjadi antara ibunya dan Kaisar. Memang sedikit masuk akal, tapi Wu Jian tidak punya orang lain dalam pikirannya. Yang bisa memusnahkan satu desa pastilah memiliki pasukan dalam jumlah besar.

"Bukan aku, aku mengatakan yang sebenarnya." Kaisar masih kukuh dengan jawabannya.

"Kalau bukan Anda, lalu siapa? Asal Anda tahu, ketika Lin Guang mengetahui ini, ia akan mengutuk Anda."

"Begini saja. Aku akan menyelidikinya. Desa Liao juga bagian dari negara ini. Aku tidak bisa membiarkannya begitu saja."

"Apa saya bisa mempercayainya?"

"Terserah padamu."

Wu Jian tidak bisa marah meski ia ingin. Pada akhirnya ia melempar gelang kaki yang ia temukan pada Kaisar dan berlalu pergi.

***

"Lihat, Wu Jian! Pangeran Zhen Shui memberikanku buku baru lagi! Semua bukunya sangat bagus, kau juga harus membacanya bersamaku! Aku akan mulai, ya."

Bersama dengan Lin Guang sangat menyenangkan. Tetapi hatinya masih kalut. Ia tidak tahu harus berkata apa bila Lin Guang menanyakan soal ibunya. Lin Guang masih membaca, namun Wu Jian tidak fokus mendengarkan. Ia tidak mungkin menjadi pembohong, tapi menceritakan yang sebenarnya akan lebih menyakitkan bagi Lin Guang.

"Wu Jian? Ada apa?"

"Hm, bukan apa-apa." Wu Jian menyandarkan kepalanya di pundak teman masa kecilnya. Lin Guang sedikit terkejut, tapi ia biarkan saja.

"Apa kau lelah, Wu Jian?"

"Sangat lelah."

Memang benar Wu Jian lelah dengan hidupnya. Semua pergi satu per satu. Sekarang hanya Lin Guang yang ia miliki di dunia ini. Wu Jian merasakan tangan lain menggenggamnya, ia tersenyum kecil. Berada di sisi Lin Guang sudah lebih dari cukup.

Dan ia akan segera kehilangannya juga.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status