Share

Kedatangan

Lin Guang tahu bahwa ini bukanlah tempatnya. Setiap saat ia selalu mendapat pandangan sinis dari orang-orang istana. Beberapa dari mereka mempertanyakan keputusan Kaisar untuk menikahkan anaknya dengan seorang gadis desa. Walau begitu, ia akan tetap bertahan di tempat ini untuk orang-orang desanya.

Hal yang ia syukuri adalah Wu Jian masih menemaninya di sini. Lin Guang tidak butuh orang lain selama Wu Jian ada untuknya. Ia dengar pelatihan kasimnya telah selesai dan kini bisa menemani Lin Guang kemanapun. Lin Guang sangat senang karena tidak benar-benar terpisah dari teman masa kecilnya.

Hari ini Lin Guang menemani Zhen Shui menyambut kedatangan Xin Yuan, calon istrinya yang lain dari Kerajaan Zhe. Xin Yuan sangat cantik, anggun, juga berkelas. Wanita itu kabarnya ahli dalam membawakan syair. Berbeda jauh dengan Lin Guang yang sebelumnya bahkan tidak bisa membaca.

Zhen Shui terlihat tidak peduli, tapi Lin Guang tahu bahwa seharusnya Xin Yuan yang pantas menjadi permaisuri negeri ini di masa depan. Ia pasti akan tampak sangat serasi dengan Zhen Shui. Keberadaan Lin Guang tidaklah berarti.

Xin Yuan tiba bersama rombongannya. Kaisar menyambutnya langsung, menyampaikan terima kasih karena Xin Yuan telah memenuhi permintaannya untuk pindah ke mari lebih cepat. Xin Yuan hanya tersenyum.

"Saya merasa tersanjung atas invitasi ini, Anda tidak perlu berterima kasih. Saya harap kerajaan kita bisa menjalin hubungan yang lebih baik ke depan."

Kaisar merasa terharu atas jawaban itu. Menurutnya, Xin Yuan akan mampu memenuhi harapannya untuk rakyat di masa mendatang. Sementara Xin Yuan menatap aneh pada perempuan lain yang menunduk di sisi Zhen Shui. Banyak pertanyaan yang langsung muncul di benaknya, namun karena sedang ada kaisar maka ia mengurungkan niatnya.

"Mari, Puteri Xin Yuan."

"Tidak perlu repot-repot, Kaisar."

Penyambutan Xin Yuan sangat meriah, bahkan Qin Ai memasakkan begitu banyak makanan untuk siang ini. Berbagai hidangan tersaji di meja, aromanya sedap dan didominasi oleh daging serta arak untuk menyambut rombongan Xin Yuan.

Xin Yuan duduk di sebelah Zhen Shui, memulai konversasi.

"Pangeran, kudengar Anda juga suka membaca kasusastraan." Xin Yuan memujinya.

"Kalau mau, kau bisa melihat di perpustakaan." Balas Zhen Shui, basa-basi sebagai formalitas. Bagaimana pun, ia masih berada di hadapan Kaisar.

"Anda baik sekali."

Wu Jian melihat Lin Guang tampak tidak percaya diri. Lantas ia menepuk punggung teman masa kecilnya dan memberikannya beberapa patah kata.

"Lin Guang, jangan dipikirkan. Setidaknya posisi kalian sama."

Lin Guang menoleh ke arahnya dengan tatapan aneh. "Bukankah wajar jika merasa demikian, Wu Jian? Kita, apalagi aku ... hanya berasal dari desa."

"Namun kau telah berusaha, bukan?" Hibur Wu Jian. Tampak sedikit binar dalam sepasang netranya setelah mendengar ucapan temannya.

"Terima kasih."

Wu Jian tidak tahu sampai kapan dia akan berpura seperti ini. Ia mengikuti Lin Guang menuju ruang perjamuan untuk menyambut Xin Yuan. Puteri dari kerajaan lain itu memang tampak anggun serta berpendidikan. Tutur katanya pun amat sopan. Ketika ia duduk di sebelah Zhen Shui, semua orang sibuk memuji. Tidak sedikit dari mereka yang mempertanyakan keputusan Kaisar menikahkan anaknya dengan Lin Guang yang berasal dari desa.

Wu Jian melihat Lin Guang yang sedikit sedih ketika ucapan tak menyenangkan itu terdengar. Memang sedikit sulit bila harus  menghadapi situasi seperti ini. Mereka bukanlah siapa-siapa dan tidak punya latar apa-apa. Wu Jian menatap kembali Xin Yuan dan Zhen Shui yang sedang berbicara. Mereka memang tampak serasi satu sama lain. Tidak lama kemudian, Kaisar berpamitan untuk mengurus beberapa hal.

Itu benar. Seharusnya Zhen Shui melepaskan Lin Guang bila ia sudah memiliki perempuan lain. Masalah akan terselesaikan dan ia tidak harus melihat Lin Guang yang berduka. Wu Jian tidak tahu apa yang dipikirkan Zhen Shui, mungkin sebaiknya ia berbicara mengenai ini. Siapa tahu Pangeran Zhen Shui akan bermurah hati, 'kan?

Meski itu terdengar mustahil sekarang.

Yang lebih penting, ia juga harus mencari tahu keberadaan ibunya dahulu. Wu Jian berharap masih bisa berjumpa dengannya lagi dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Selama ini ia tidak pernah khawatir akan keadaan ibunya, tapi semuanya tak lagi sama. Wu Jian percaya harusnya ibunya tidak mungkin berada jauh dari negeri ini.

"Lalu siapa dia, Pangeran Zhen Shui?"

Mendadak Xin Yuan menanyakan hal tersebut seraya menunjuk Lin Guang, membuat semua orang di sana terkejut. Zhen Shui menerangkan dengan perlahan bahwa Lin Guang adalah gadis yang dipilihkan sang Ayah untuknya. Xin Yuan berkilat tidak suka, tetapi ia hanya mengangguk setelah mendapat jawaban tersebut.

"Begitu."

Lin Guang hanya menunduk.

Selepas perjamuan itu, Pangeran Zhen Shui mengantarkannya berkeliling istana dengan beberapa pelayan. Lin Guang kembali ke ruangannya bersama dengan Wu Jian, raut wajahnya terlihat kusut. Wu Jian tidak tahu sejak kapan Lin Guang seperti itu.

"Wajahmu jelek, Lin Guang." ujarnya, berusaha mengalihkan pikiran Lin Guang.

Lin Guang tidak merespon seperti yang ia harapkan. "Wu Jian, mungkin harusnya kita kembali ke desa."

Wu Jian terperanjat. Saat ini ia tidak mungkin membiarkan Lin Guang kembali ke desa dan mengetahui yang sebenarnya; bahwa desa mereka sudah tidak ada. Bahkan Wu Jian masih menyembunyikan gelang kaki Lin Li yang ia temukan.

"Tapi tidakkah Pangeran Zhen Shui akan khawatir? Selain itu desa kita begitu jauh, aku ragu baik Pangeran atau Kaisar akan mengizinkan."

Lin Guang tampak menimang kembali perkataan Wu Jian. Ada benarnya juga, lagipula dia berada di sini atas sebuah perjanjian. Bila dia kembali ke desa hanya karena Xin Yuan, bukankah itu artinya dia akan melanggarnya?

"Maaf, Wu Jian. Aku tidak memikirkannya sejauh itu."

Wu Jian menghela napas lega. Namun ia sendiri tidak tahu sampai kapan harus berbohong pada Lin Guang. Tidak mungkin untuk selamanya, 'kan?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status